Mohon tunggu...
Zahra Rabbiradlia
Zahra Rabbiradlia Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger

Passionate mother, freelance translator, author of Metamorfosa Botulisme, and blogger at zahra-rabbiradlia.com.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Motori Presidensi G20, Indonesia Punya Taring Kembangkan Investasi Hijau

30 Juli 2022   14:17 Diperbarui: 30 Juli 2022   14:20 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengutip dari Kompas.com, Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas Medrilzam mengatakan, pendapatan per kapita Indonesia akan terus stagnan dan tidak akan mencapai target 12.000-13.000 dollar AS jika tidak menerapkan ekonomi hijau. Dengan demikian, cita-cita menjadi negara maju 2045 akan sulit terealisasikan.

Dengan ekonomi hijau, penciptaan lapangan kerja dan investasi hijau bisa didorong. Menurut Medrilzam, ekonomi hijau dapat menciptakan 4,4 juta lapangan kerja baru di Indonesia pada 2030, yang tiga perempatnya menyerap tenaga kerja perempuan. Masih di tahun yang sama, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dapat meningkat hingga Rp593-Rp638 triliun.

Dengan segala keuntungannya, kini Indonesia tengah serius menerapkan ekonomi hijau yang saat ini jadi fenomena global. Hal ini dibuktikan dengan kenaikan persentase EBT Indonesia yang mencapai 11,20 persen pada tahun 2020. Jika investasi hijau terus diprioritaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar 6 persen per tahun, yang ujung-ujungnya memberi dampak positif berupa kenaikan pendapatan per kapita.

Motori Presidensi G-20, Indonesia Punya Taring Untuk Mengembangkan Investasi Hijau

investasi-hijau-62e4d5463555e4211a2f1582.jpeg
investasi-hijau-62e4d5463555e4211a2f1582.jpeg
Di tahun 2022, Indonesia resmi memegang Presidensi G-20 dengan mengusung tema Recover Together, Recover Stronger. G20 adalah forum kerja sama multilateral yang bertujuan mewujudkan pertumbuhan global yang kuat, berkelanjutan, dan inklusif. Forum strategis yang terdiri dari 19 negara dan Uni Eropa ini merepresentasikan lebih dari 60 persen populasi bumi, 75 persen perdagangan global, dan 80 persen PDB dunia. Oleh karenanya, hasil pertemuan G20 memiliki dampak yang besar bagi pemulihan ekonomi dunia.

Rangkaian pertemuan dan diskusi Presidensi G20 dilakukan sejak 1 Desember 2021 hingga puncak KTT G20 November mendatang. 

Forum G20 merupakan pertemuan antar petinggi negara, Gubernur Bank Sentral, kementerian, dan ahli di bidang terkait untuk merumuskan kebijakan strategis demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif pasca badai COVID-19. 

Demi menyuarakan pentingnya G20 bagi Indonesia, Bank Indonesia pun menyelenggarakan G20 BI-Stronger Fest yang salah satu agendanya adalah Greenfest (festival gaya hidup ramah lingkungan).

Sebagai presidensi dan satu-satunya wakil Asia Tenggara, Indonesia punya taring kuat untuk menentukan arah pembahasan G20 nanti. Indonesia dapat mengorkestrasi agenda pembahasan G20 untuk menghasilkan dampak positif dalam pemulihan aktivitas perekonomian dunia, juga mengangkat isu topikal agar bisa disolusikan bersama dengan negara anggota lainnya.

Presidensi G20 Indonesia memiliki tiga isu prioritas utama, yakni arsitektur kesehatan global, transformasi digital, serta transisi energi berkelanjutan. Transisi energi menjadi isu penting sebab anggota G20 menyumbang sekitar 75 persen dari permintaan energi global. Merupakan bagian dari Jalur Sherpa atau jalur non keuangan, transisi energi memiliki kelompok kerja bernama Energy Transitions Working Group (ETWG) yang fokus pada keamanan energi, akses, efisiensi, transisi energi, teknologi ramah lingkungan, serta investasi hijau.

Mempromosikan investasi hijau menjadi penting karena mampu memulihkan ekonomi nasional dan internasional, juga mengukuhkan posisi geoekonomi Indonesia di pentas global. Investasi hijau juga berperan besar dalam akselerasi penurunan emisi karbon.

Pengejawantahan transisi energi sejatinya telah diterapkan Indonesia secara mandiri dalam beberapa kebijakan, seperti target penurunan emisi karbon, peningkatan pemanfaatan EBT, penggalakan bio energi ke B50, pembangunan pembangkit listrik berbasis EBT, dan penerbitan green sukuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun