Mohon tunggu...
Tomy Bawulang
Tomy Bawulang Mohon Tunggu... Human Resources - Pembaca

Pendengar, Penyimak, , dan Perenung

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Memahami Multi Konteks Evolusi

4 Februari 2021   08:59 Diperbarui: 5 Februari 2021   10:43 1108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori teori evolusi juga mempengaruhi perkembangan ilmu psikologi. Pengaruh teori teori evolusi dalam konteks ilmu psikologi terutama didasarkan pada argumentasi logis bahwa proses evolusi tidak saja terjadi pada morfologi eksternal tetapi juga pada morfologi internal termasuk otak, dan ini berdampak juga secara psikologis. Mekanisme perubahan morofologi internal tersebut merupakan adaptasi dan evolusi psikologis yang bertujuan utama, sama seperti tujuan besar evolusi yakni untuk bertahan hidup (survival) dan berkembang biak (reproduction)[5]. Namun dalam perkembangannya, konsep dan teori evolusi psikologi saat ini tidak hanya bicara soal survival dan reproduction  tapi telah mencakup berbagai aspek psikologis yang lebih luas, termasuk didalamnya bagaimana proses internalisasi berfikir, pola perilaku individu dan kelompok, kognisi sosial, serta moral reasoning. Nah, moral reasoning ini adalah pola internalisasi nilai nilai (values) baik nilai agama, nilai etika , dan budaya, yang terus menerus mengalami perubahan seiring perubahan jaman. Mungkin ini, jika saya bisa menebak, yang dimaksud dan diadopsi bebas oleh Abu Janda sebagai "evolusi akhlak'.  

 

Dalam konteks teknologi, kata evolusi ditujukan pada fase perubahan dan perkembangan teknologi. Contohnya, dalam teknologi komunikasi, proses berkembangnya telegraf  ke telefon kabel  sampai ke texting dengan gawai cerdas (smart phone), adalah sebuah proses evolusi[6]. Tidak sampai disitu, bahkan lebih spesifik, dari teknologi texting pager -- SMS -- BBM -- ke WhatsApp, juga adalah sebuah proses evolusi, baik dari sisi kuantitas, kualitas, dan morfologis/ bentuk kan? Jadi jika saya menyebut bahwa teknologi BBM nya BlackBery adalah sebuah proses evolusi yang belum selesai, ini benar dan tidak bisa dikatakan penistaan atau penghinaan inferioritas terhadap BBM, tentunya dalam konteks evolusi tekonologi! [7].

 

Dalam konteks ilmu ilmu sosial, pengunaan kata evolusi juga merupakan hal yang sangat lazim. Dalam rumpun ilmu sosial, kata evolusi diartikan sebagai sebuah proses perubahan sosial yang mencakup perubahan budaya dan perilaku sosial baik dalam konteks yang luas (i.e. masyarkat luas/ umat manusia) maupun dalam konteks khusus yang berfokus pada kelompok masyarakat tertentu atau dalam istilah sosiologis Thomas Dietz dan rekan rekannya disebut mikroproses dan makroproses [8]. Perubahan bagaimana hijab yang aslinya merupakan budaya berbusana wanita wanita di Timur Tengah dan hari ini menjadi bagian budaya dan dianggap sebagai 'kearifan lokal' di beberapa wilayah di Indonesia adalah sebuah contoh proses evolusi,  ya evolusi budaya[9] .

 

Teori Evolusi Darwin dan Kesalahpahaman Awam

Lantas bagaimana sebenarnya teori Charles Darwin tentang evolusi?

Mungkin kebanyakan kita akan kaget bahwa Charles Darwin sendiri tidak menggunakan kata evolusi untuk menjelaskan teorinya pada awal pemikiran itu diperkenalkan dalam buku Origin of Species (1959). Inti dari klaim Charles Darwin adalah bahwa spesies yang ada hari ini adalah hasil perubahan panjang dan modifikasi (descent with modification) dari spesies spesies sebelumnya yang dalam bukunya disebut "common ancestor" atau bisa diterjemahkan secara bebas "moyang yang sama". Perubahan ini terjadi seiring mekanisme seleksi alam -- natural selection. Seleksi alam ini terjadi karena keterbatasan sumber daya alam, sehingga hanya organisme atau makhluk hidup yang memiliki daya adaptasi terhadap perubahan dan seleksi alam yang bertahan (survive) dan berkembang biak (reproduction).  Seleksi alam, sepanjang waktu kemudian menghasilkan satu populasi spesies yang sesuai (adapted) dan semakin sesuai dengan perubahan alamiah.   Terdengar sederhana dan oversimplifikasi namun itulah inti teori evolusinya Charles Darwin. Saya sendiri tidak menerimanya secara total karena menurut saya yang suka membaca mashab pemikiran logical empiricist, konstruksi argumentasi Darwin yang menggunakan pendekatan deduktif "hypothetico-deductive" ini bermasalah dari sisi konstruksi logikanya. Sebagai sebuah teori yang menggunakan pendekatan hypothetico-deductive,  konstruksi premis (axiom) dan simpulan (theorem)nya butuh rekonstruksi yang cukup serius. Namun ini bukan fokus dari tulisan ini. Saya lebih tertarik mengungkapkan bagaimana simpulan sederhana teori Darwin ini kemudian disalah mengerti oleh banyak orang. Ada banyak miskonsepsi teori Darwin yang sering mengemuka dan jadi bahan perdebatan. Dalam tulisan ini saya hanya mengangkat tiga miskonsepsi yang relevan dengan perdebatan evolusi yang di picu cuitan tweeter Abu Janda. Berikut tiga miskonsepsi tentang teori evolusi Darwin tersebut:

Pertama, evolusi adalah teori tentang asal mula kehidupan. Pemahaman ini keliru sebab teori evolusi bukan bicara tentang asal mula kehidupan, meskipun memang ada beberapa catatan dalam teori tersebut yang menyinggung soal asal mula molekul organik tapi ini bukan fokus dari teori evolusi. Jadi jika ada sahabat sahabat yang suka berkhotbah "Jadi menurut Darwin kita diciptakan sebagai monyet atau gorila" ini bagian dari kekeliruan memahami substansi teorinya. Yang diulas dalam teori evolusi bukanlah 'titik mula" segala sesuatu atau "titik awal" penciptaan, tapi lebih kepada penjelasan tentang bagaimana proses perubahan yang terjadi setelah 'titik awal'[10].

Kedua, nenek moyang manusia adalah Gorila atau orang utan/ape.  Dalam bukunya The Origin of Species (1859) Darwin tidak sama sekali menyebutkan soal gorilla, monyet , kera, atau orang utan sebagai moyang manusia. Memang Darwin dalam bukunya The Descent of Man (1871) kemudian menyatakan secara hipotetik, sekali lagi secara hipotetik bahwa moyang manusia yang adalah homo sapiens makhluk sosial yang berjalan dan berdiri tegak seperti yang kita sekarang ini adalah hasil adaptasi evolusi dari homonini yang jutaan tahun sebelumnya berbentuk homini yang lain seperti  Ardipithecus, Australopithecus, dan species homo yang lain. Homonini  secara genetika diklasifikasikan sebagia primata. Itulah sebabnya pada jutaan tahun lalu, moyang kita berbagi ruang hidup dibumi ini dengan makhluk primata lain yang 'mirip- orang utan' (Apelike primates) atau dalam waktu modern saat ini evolusi terkininya kita sebut Gorilla. Dalam teori evolusi dikatakan bahkan Gorrila sendiri adalah hasil evolusi dari primata pendahulunya Dryopithecus. Disinilah jebakan logikanya, bahwa kita secara genetika adalah primata dan bahwa kita hidup berbagi ruang dengan primata lain yaitu moyangnya gorila, dan bahwa kita dan homini homini yang punah memiliki kaitan genetika, dan bahwa kita dan gorila sama sama menghadapi ancaman kepunahan dan sama sama berevolusi. Sebuah 'seri pernyataan logis hyphotetico-deductive yang panjang dan butuh penalaran yang panjang untuk memahaminya bukan? Makanya yang nalarnya pendek, tidak akan sampai untuk memahaminya sampai pada ujung kesimpulannya. Dengan demikian, tidak juga keliru kemudian jika Charles Darwin menggunakan deskripsi morfologis gorila untuk mendeskripsikan  bentuk yang 'paling dekat' atau 'paling mirip' dengan hominis hominis yang ada pada jutaan tahun lalu, yang hari ini berevolusi menjadi makhluk homo sapiens  yang turunannya adalah  anda, saya, Abu Janda, dan semua yang bertikai tentang moyang kita dan evolusi!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun