Mohon tunggu...
Tomy Bawulang
Tomy Bawulang Mohon Tunggu... Human Resources - Pembaca

Pendengar, Penyimak, , dan Perenung

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Memahami Multi Konteks Evolusi

4 Februari 2021   08:59 Diperbarui: 5 Februari 2021   10:43 1108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Seperti saya sampaikan diawal bahwa saya tidak punya kepentingan terhadap perseteruan Abu Janda dan pihak pihak yang bertikai. Kepentingan saya sebagai praktisi pendidikan adalah mengedukasi publik tentang cara berfikir yang 'waras' dan logis, sehingga kita tidak mudah terbawa dalam konflik sosial karena pemahaman yang parsial atau keliru terhadap berita atau apapun dialam media sosial. Makanya saya menggunakan pendekatan "logic" yang sederhana yang saya adopsi dari Patrick Hurley[14] .

 

Dengan pendekatan logic ini kita tahu bahwa urutan logika dalam memaknai bahasa itu adalah: Proposisi/statement -- Premise -- Konklusi/Kesimpulan. Proposisi adalah pernyataan atau statement. Statement, menurut Patrick Hurley, adalah sebuah kalimat yang apakah benar atau salah yang harus memiliki komponen untuk berdiri sebagai kalimat deklaratif. Sebuah kalimat seru/aklamasi, maupun kalimat tanya, tidak masuk dalam kategori statement/proposisi. Maka anak kalimat  "evolusi kau sudah selesai?" yang adalah kalimat tanya, tidak memenuhi syarat untuk disebut sebagai statement. Artinya, prosesnya berhenti disitu dan tidak bisa dilanjutkan sampai pada titik kesimpulan. Jadi kesimpulan bahwa anak kalimat ini mengandung unsur SARA adalah kesimpulan yang tidak memiliki landasan logic.

 

Premise adalah alasan reasoning  yang memberi dasar validitas sebuah kesimpulan. Jika kita gunakan keseluruhan kalimat dalam tweetnya Abu Janda agar kita bisa menemukan premis (dipaksakan), maka, kemungkinan premisnya adalah karena Natalius Pigai kapasitasnya dipertanyakan "apa kapasitas kau" -- (premis 1), maka, proses evolusi nya dipertanyakan "sudah selesai evolusi kau?" (premis 2). Perhatikan bahwa kedua kalimat ini tidak memiliki logical link yang jelas dan oleh karena itu kesimpulannya mengambang dan tidak explisit. Disinilah terletak jebakan dialektika berfikis logis pembaca, karena bagi yang nalarnya deficit, akan segera memaksakan kehendak untuk menjadikan "premise" tentang evolusi, sebagai sebuah landasan kesimpulan: Ini Ujaran kebencian yang mengandung SARA!. Ini cara bernalar yang deficit dan prematur.

 

Keseluruhan tweet Abu Janda, jika pun harus dipaksakan untuk dicarikan landasan teorinya agar bisa diulas dan didebat barangkali mendekati apa yang disebut Hurley sebagai "simple noninferential passages" atau ujaran sederhana non inferensial. Menurut Hurley, ujaran seperti ini adalah:

 

 "unproblematic passages that lack a claim that anything is being proved. Such passages contain statements that could be premises or conclusions (or both), but what is missing is a claim that any potential premise supports a conclusion or that any potential conclusion is supported by premises" (hal.16)

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun