Berbasis semua isu yang menjadi sorotan publik itu banyak pihak yang kemudian menyimpulkan (sesuatu yang bisa saja terlalu prematur sebetulnya), bahwa Presiden Prabowo terlihat seperti sedang terjebak dalam pusaran paradoks.
Janji kampanye, komitmen dan tekad kuatnya terkait banyak agenda dan pekerjaan rumah sebagaimana dikemukakannya dengan lugas dalam pidato pelantikannya terasa kontradiksi dengan kebijakannya dalam memilih postur kabinet dan figur-figur pembantunya di kabinet dan badan-badan lainnya. Â Â
Terhadap semua isu yang banyak disoroti publik itu sekali lagi, para pihak baik pendukung (termasuk tentu saja Presiden Prabowo dan lingkaran satunya di Istana) maupun pihak pengkritik perlu sama-sama bersikap bijak.
Caranya sederhana saja. Bagi Presiden dan Timnya terima saja masukan dan kritik ini dengan lapang dada sambil berusaha keras membuktikan sesegera mungkin (dalam seratus hari kedepan misalnya), bahwa pilihannya adalah tepat. Jika para pengkritik yang benar dan pilihan kebijakan Presiden terbukti keliru, segera pula lakukan perbaikan.Â
Tidak ada yang tabu bagi Presiden, bahkan misalnya jika harus mereshuffle Menteri atau Wamennya. Dan untuk itu, Presiden punya hak prerogatif yang diberikan konstitusi.
Kemudian bagi para pengkritik pilihan kebijakan Presiden, tugas mulia sebagai smart and good citizen sudah dikemukakan. Selanjutnya, terima saja dulu pilihan kebijakan Presiden yang sudah diambil seraya jangan pernah berhenti untuk terus mengawal dan mengoreksi dengan tulus dalam waktu-waktu kedepan. Semuanya semata-mata demi menjaga Indonesia, memajukan Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H