Isu penting dan menarik lainnya dari pidato Prabowo, yang sekaligus menghidupkan optimisme kebangsaan adalah terkait ajakan dan komitmennya untuk introspeksi dan melakukan koreksi atas berbagai kenyataan faktual yang masih dihadapi bangsa ini.
"Marilah kita berani mawas diri, menatap wajah sendiri, dan mari berani memperbaiki diri sendiri, mari berani mengoreksi diri kita sendiri."
Seruan yang jujur dan lugas Prabowo itu merupakan rangkaian dari paparannya seputar masih banyaknya kebocoran anggaran, penyelewengan dan korupsi di tubuh pemerintahan.
"Kita harus menghadapi kenyataan, bahwa masih terlalu banyak kebocoran penyelewengan korupsi di negara kita. Ini adalah yang membahayakan masa depan kita dan masa depan anak-anak kita dan cucu-cucu kita. Kita harus berani mengakui terlalu banyak kebocoran-kebocoran dari anggaran kita penyimpangan-penyimpangan kolusi di antara para pejabat politik pejabat pemerintah di semua tingkatan dengan pengusaha-pengusaha yang nakal pengusaha-pengusaha yang tidak patriotik."
Prabowo lalu menyinggung fakta-fakta kemiskinan yang masih melanda rakyat. Anak-anak yang pergi sekolah tanpa sarapan, kekurangan gizi, tanpa pakaian yang layak, sekolah-sekolah yang belum diurus dengan baik, rakyat yang belum memiliki pekerjaan yang layak dan seterusnya.
Kesemua fakta problematik itu harus disadari dan diakui dengan jujur dan berani. Jangan dibiarkan seolah-olah tidak ada masalah hanya karena kita terpana dengan angka-angka statistikal capaian-capaian pembangunan.Â
Dengan nada retoris Prabowo bahkan menyinggung perihal rasa bangga diterima di kalangan G20, bangga disebut sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi ke 16 terbesar di dunia. Tapi boleh jadi kita bahkan tidak memahami dan gagal melihat gambaran utuh dari keadaan bangsa ini.
Maka frasa kuncinya memang mawas diri dan keberanian mengoreksi kedalam. Hemat saya ini adalah salah satu bagian terpenting dari orasi pembuka Presiden kita. Frasa ini bisa menjadi landasan yang kuat untuk "mengoreksi" tagline "Keberlanjutan" yang selama ini cenderung dipahami sebagai "keberlanjutan tanpa pengecualian."
Premis yang logis sudah sangat jelas sejak kontestasi Pilpres memasuki fase kampanye dan debat tempo hari. Keberlanjutan mestinya memang dimaknai secara proporsional.
 Lanjutkan semua arah kebijakan dan deretan program pemerintahan Jokowi yang sudah on the track untuk kepentingan rakyat dan kemajuan negara bangsa, tetapi jangan ragu untuk mengoreksi bagian-bagian yang potensial tidak memberikan kebaikan dan kemaslahatan bersama. Dan lakukan pembaharuan (perubahan proporsional, terukur dan terkendali) dalam bidang dan sektor apapun.
Habisi Korupsi dan Teladan Kepemimpinan
Dua isu menarik lainnya, yang juga dapat menghidupkan optimisme dari pidato Prabowo adalah soal komitmennya melakukan pemberantasan korupsi. Kejahatan luar biasa yang terbukti telah menyengsarakan rakyat dan merugikan negara. Pada salah satu bagian pidatonya Prabowo menegaskan:
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!