Tentang kedaulatan, demokrasi dan persatuan, Prabowo menegaskan, "Kita harus ingat bahwa kekuasaan itu adalah milik rakyat, kedaulatan itu adalah kedaulatan rakyat. Kita berkuasa seizin rakyat kita menjalankan kekuasaan harus untuk kepentingan rakyat. Kita harus selalu ingat setiap pemimpin dalam setiap tingkatan harus selalu ingat, pekerjaan kita harus untuk rakyat."Â
Narasi itu dikemukakan Prabowo dalam rangkaian paparannya perihal cita-cita para pendiri republik yang menghendaki agar bangsa ini hidup dalam suasana gemah ripah loh jinawi toto tentrem kertoraharjo, baldatun toyyibatun warbbun gahfur. Bangsa yang dimana rakyat cukup sandang, pangan, papan. Cita-cita kita adalah melihat wong cilik iso gemuyu. Rakyat kecil bisa senyum, tertawa dan bahagia.
Dalam kaitan itu pula Prabowo menegaskan bahwa demokrasi adalah keniscayaan. Para leluhur bangsa telah mewariskan ajaran bahwa menjunjung setinggi-tingginya kedaulatan rakyat adalah salah satu sendi utama sebagaimana tertuang dalam ideologi Pancasila.
Namun ia mengingatkan, bahwa demokrasi bangsa ini haruslah demokrasi yang khas untuk indonesia, yang cocok untuk bangsa kita. Yakni demokrasi yang berasal dari sejarah dan budaya kita, demokrasi yang santun dimana berbeda pendapat harus tanpa permusuhan.Â
Koreksi adalah bagian penting dari tradisi demokrasi. Tetapi mengoreksi harus tanpa caci maki, bertarung tanpa membenci, bertanding tanpa berbuat curang.
Demokrasi kita harus demokrasi yang menghindari kekerasan, adu domba, dan saling menghasut. Demokrasi yang sejuk, damai, dan menghindari kemunafikan. Demokrasi yang tetap mengedepankan persatuan, kebersamaan dan kerjasama.Â
Karena hanya dengan persatuan dan kerjasamalah amanat para pendiri bangsa dan cita-cita bersama bisa diwujudkan.
Hemat saya esensi dan alur pikir Prabowo perihal kedaulatan, demokrasi dan persatuan itu sejatinya harus dipahami secara resiprokal. Artinya, jika kita maknai narasi Prabowo sebagai pesan, maka pesan itu bukan hanya untuk lawan-lawan politik dan pengkritiknya. Melainkan juga untuk para elit pendukung dan relawannya, bahkan juga untuk dirinya sendiri.
Kita sepakat, kontestasi politik adalah bagian yang niscaya dalam demokrasi karena kekuasaan dan para pemimpin hanya boleh dirotasi dengan cara pemilihan. Dan dalam pemilihan pastilah ada kompetisi.
Dan kita juga sepakat, bahwa kontestasi hanyalah bagian dari sejarah panjang perjalanan bangsa ini. Kontestasi dan kompetisi harus ada ujungnya. Bahkan ketika akhir dari kontestasi dan kompetisi itu diwarnai dengan tendensi kecurangan dan berbagai kelemahan, ujung itu tetap harus hadir, dan hasilnya harus diterima oleh semua pihak.
Kini Prabowo sudah dilantik dan mengucapkan sumpah/janjinya sebagai Presiden pengemban amanah mayoritas rakyat. Pada bagian lain pidatonya, ia berjanji akan bekerja untuk seluruh rakyat Indonesia, termasuk untuk mereka yang tidak memilihnya pada Pilpres 2024 lalu. Demikianlah memang sejatinya seorang pemimpin dalam tradisi demokrasi.