Tadi malam saya melihat, lebih dari sekedar menata kata, Anies juga piawai merumuskan gagasan-gagasannya yang bergizi. Ngonek dengan tema-tema debat yang disiapkan KPU.Â
Dirumuskan secara utuh dan komprehensif, dipaparkan dengan artikulasi yang jelas dan lugas, serta mudah dicerna dan difahami. Dan semuanya itu cukup ia tuangkan dalam sesi paparan pembuka yang jika dibaca hanya butuh waktu tak lebih dari 4 menit.
Demikianlah. Setelah memulai dengan penegasan semangat "waktunya perubahan", kemudian memetakan kondisi ketimpangan, ketidaksetaraan dan ketidakadilan pada bangsa ini, Anies kemudian menegaskan misinya untuk mengubah keadaaan itu. Berikut ini narasinya.
"Kita menginginkan persatuan karena ditopang dengan rasa keadilan. Persatuan itu tidak mungkin terjadi dalam ketimpangan. Persatuan membutuhkan rasa keadilan. Karena itu, misi kami, tegas. Mewujudkan bangsa yang sehat, yang cerdas, yang sejahtera, berbudaya dan bersatu."
Peaceful Tanpa Kehilangan Daya Kritis
Selain apa yang diuraikan di atas, ada dua sisi lain lagi yang menarik dari Anies dalam debat terakhir tadi malam. Pertama menyangkut soal substansi tema-tema yang dibahas.Â
Kedua soal cara bagaimana Anies menyampaikan gagasan, sanggahan dan sikapnya terhadap lawan debat, khususnya terhadap Prabowo yang dalam banyak momen kampanye terbukanya di berbabai daerah kerap menyindir bahkan meledek Anies.
Soal substansi tema. Dalam catatan saya, semua isu strategis terkait tema diadress oleh Anies. Tidak ada yang terlewat, meski tentu saja sesuai durasi waktu yang tersedia yang memang pendek-pendek.Â
Anies bicara beberapa aspek detail dari tema umum pendidikan, ketenagakerjaan, kesejahteraan sosial, sumber daya manusia, bahkan juga kebudayaan dan inklusi.
Dalam konteks ini, setara dengan Ganjar yang juga cukup komprehensif menyasar isu-isu penting. Hal ini dilakukan baik dalam merespon pertanyaan terulis tim Panelis maupun dalam sesi saling tanya dan sanggah.
Soal cara penyampaian. Berbeda cukup jauh dengan debat-debat sebelumnya, Anies tampil dengan cara yang lebih peaceful, kalem dan tak memancing emosi lawan, namun tanpa kehilangan daya kritis dan kelugasannya. Sebut saja misalnya ketika Ganjar bertanya soal Bansos dengan nada "memancing".