Teknisnya, siswa membawa dua buah buku bekas yang sudah mereka baca dari rumah, yang nantinya akan ditukar dengan satu buku koleksi perpustakaan sekolah.Â
Dengan demikian, buku milik sekolah akan bertambah tanpa terasa memberatkan siswa. Hal ini bisa diterapkan dalam skala kecil, pojok baca di kelas dengan siswa kelas tersebut.
3. Mengadakan Lomba
Kegiatan ini dilakukan oleh sekolah yang temanku menjadi guru di sana. Meski sekolah itu tergolong elit, tapi hal yang sama bisa diterapkan sekolah lain. Tinggal sesuaikan saja anggarannya. Yang dilombakan tak hanya desain ruang, tapi juga keaktifan warga kelas di pojok baca mereka.
4. Motivasi dan Teladan
Inilah hal yang paling penting. Temanku yang sekolahnya sukses menjadikan pojok baca sebagai tempat yang ramai dikunjungi siswa, mengaku kerap memberi motivasi pada siswa agar mereka menyukai kegiatan membaca.
Jika guru menginginkan siswa suka membaca, maka guru pun wajib memberikan teladan. Lebih dari itu, orang tua merupakan orang pertama yang menjadi model bagi anak-anak mereka.Â
Jadi tak usah menuntut sekolah menjadikan anak-anak kita penggemar buku, jika kita bukan orang yang terbiasa dengan buku. Adil, kan.
Baca juga: Lansia Komorbid pun Bisa Sembuh dari Covid, Asal Tak Termakan HoaksÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H