Dari wawancara itu, kusimpulkan bahwa kendala yang paling berarti adalah kualitas dan kuantitas buku. Sering terjadi, koleksi buku sangat terbatas dengan topik bahasan yang kurang cocok untuk anak-anak.Â
Nyatanya, anak-anak yang tak suka membaca pun, jika diajak ke toko buku dan dibebaskan ke rak yang mana, mereka pasti punya pilihan.
Kemudian dari wawancara itu pula, kusarikan langkah-langkah yang bisa dilakukan oleh pihak sekolah, terutama para wali kelas, bagaimana agar siswa betah berada di pojok baca.Â
Tentu dalam konteks sekolah tatap muka, anggaplah kondisi normal. Kalaupun tak bisa dipraktikkan sekarang, semoga dalam waktu dekat.
Agar Siswa Tertarik Meramaikan Pojok BacaÂ
Inilah yang dilakukan sekolah-sekolah yang sukses membuat siswa mereka betah membaca di pojok baca:
1. Melibatkan Siswa
Seperti piket bersih-bersih, mengelola pojok baca juga sebaiknya melibatkan para siswa. Jika memang yang dimaksudkan sebagai pojok baca adalah ruang kecil di luar kelas, maka piket bisa dijadwalkan per kelas.Â
Jika di dalam kelas, jelas makin mudah. Minimal petugas piket mengelap debu yang melekat di buku, biar yang mau baca nggak geli duluan!
2. Memperhatikan dan Menyiasati Koleksi
Salah satu keponakan bercerita, bagaimana ia dan teman-temannya setiap pekan mengganti buku yang ada di pojok baca di kelas mereka, dengan buku yang ada di perpustakaan sekolah. Karena mereka yang memilih, tentu saja pilihannya sesuai dengan minat siswa itu sendiri.
Sebelum di sekolah yang sekarang, si kakak pernah sekolah di SD lain yang menerapkan program swap book.Â