Menjelang sore, sepasang lansia datang entah dari mana. Melihat mereka mendekat, Tora mengambil posisi di tengah. Keduanya tidak pindah ke bangku lain, malah saling berbagi tempat. Masing-masing duduk di sebelah Tora, kanan dan kirinya.
"Namaku Tora ..."
"Nomi," keduanya menyambung bersamaan. Ketiganya tersenyum.
"Ibuku pernah kedatangan tamu ... "
"Itu tamu yang keberapa?" tanya si nenek.
Tora berpikir sejenak.
"Kemarin kau sudah cerita yang ketujuh. Lanjutkan saja, Nak! Jangan diulang dari awal," pesan si kakek.
"Baik, kuingat-ingat dulu," ujar Tora.
Kedua lansia itu sabar menunggu.
"Waktu itu hujan. Aku sendirian di kamar. Suara petir keras sekali, aku sangat ketakutan. Aku ingin memeluk Ibu, tapi kamarnya terkunci. Ibu pasti berlindung dalam pelukan temannya yang lain lagi.
Kadang aku pikir ibuku adalah orang yang curang. Ia suka mengobrol dengan banyak orang, teman-temannya itu. Tapi tak mau bicara banyak denganku. Ia seperti orang-orang di taman ini, yang selalu menjauh karena tak ingin mendengar ceritaku." Tora mendongak. Hening.