Saya berasumsi, selama keberadaan investor asing masih terus mendominasi di pasar saham, maka bersiap saja IHSG kita akan mudah sekali terombang-ambing.Â
Mereka takkan pernah pusing memikirkan dampak perilaku panic selling yang dilakukan akan memperburuk stabilitas kondisi ekonomi nasional. Pada dasarnya, mereka berinvestasi hanya untuk mencari keuntungan. Dan memang, itu sah-sah saja. Â Â
Investasi saham             Â
Apa yang membuat kebanyakan masyarakat kita masih enggan berinvestasi? Kurangnya pemahaman tentang investasi di pasar modal khususnya saham. Banyak salah kaprah dan kekeliruan dalam memandang investasi saham dan itu masih terpelihara sampai sekarang.
Masyarakat kita masih banyak yang menganggap produk keuangan sebatas pada layanan di bank, misalnya menabung uang atau deposito. Sementara untuk berinvestasi, bentuk yang paling awam diketahui adalah investasi emas, tanah atau properti.
Memang sangat disayangkan. Padahal bila mau belajar lebih serius  dan dalam lagi untuk mencari tahu tentang investasi saham, kita akan paham bahwa itu sangat dekat sekali dengan kehidupan kita sehari-hari.
Ya, dibalik lembaran saham yang diperdagangkan di BEI dan bisa kita beli itu, ada bisnis perusahaan yang bekerja dan menghasilkan produk-produk yang kita gunakan sehari-hari. Jadi, bukan hanya sekadar lembaran yang cuma untuk disimpan lalu dijual bila sudah ada keuntungan.
Ketika kita membeli saham Unilever (UNVR) misalnya, kita harus paham bahwa kita baru saja membeli perusahaan besar yang menghasilkan aneka produk yang kita butuhkan sehari-hari. Sebut saja mulai dari sabun mandi, deterjen, pasta gigi, shampo, teh celup, dan masih banyak lagi.
Atau saat kita memiliki saham Telkom (TLKM), ingatlah bahwa kita menjadi salah satu investor/pemilik perusahaan besar yang menyediakan layanan internet yang kita gunakan sehari-hari mulai dari berkomunikasi, browsing, atau seminar-seminar daring yang kian menjamur di masa pandemi saat ini.
Itu baru dua contoh saja. Sebagai informasi, saat ini sudah ada sekitar 700 perusahaan publik yang tercatat di BEI dan sahamnya diperdagangkan alias bisa kita miliki.
Masih ada banyak perusahaan raksasa dengan nilai kapitalisasi perusahaan yang besar dan pastinya sudah kita kenal produk-produknya misalnya Bank BCA (BBCA), Bank BRI (BBRI), Bank Mandiri (BMRI), Bank BNI (BBNI), Aneka Tambang (ANTM), Perusahaan Gas Negara (PGAS), Astra Internasional (ASII), Bukit Asam (PTBA), Mayora Indah (MYOR), Waskita Karya (WSKT), Kalbe Farma (KLBF), Gudang Garam (GGRM) dan sebagainya.