Mohon tunggu...
Firdaus Ahmadi
Firdaus Ahmadi Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan Penulis

Dosen dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

The Ocid

30 Maret 2021   14:27 Diperbarui: 30 Maret 2021   14:34 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

The Ocid.
--- firdaus79
Nama aslinya adalah Muhammad Rasid Ridlo, yang bercerita tentang pemuda anak orang kaya yang akhirnya tersadar ketika mulai banyak masalah -- masalah yang datang kepadanya dan keluarganya. Dia selalu teringat akan ibu dan ayahnya yang selalu melindunginya dan selalu mencintainya. Akhirnya dia berusaha untuk membalas budi kebaikan mereka salah satunya dengan berusaha untuk menjadi seorang pengusaha seperti latar belakang keluargannya, tanpa sepengetahuan mereka dengan memanfatkan keahlian - keahliannya. Ditengah masalah yang menghimpit kelurganya terlihat sifat asli adik dan kakak - kakaknya yang meminta jatah saham di perusahaan keluarga, kecuali Ocid. Masalah pribadinyapun ikut menjadi andil dia menjadi seorang yang lebih baik, teman -- temannya yang hanya memandang kedua orang tuanya dan memandang rendah dirinya termasuk wanita yang dicintanya dan guru sekolahnya yang sangat dia hormati. Hal -- hal itu yang membuat dia menjadi seorang "petarung"  yang hebat, hingga sebagai pengusaha  akhirnya bisa masuk ke lingkaran kekuasaan Istana, lingkungan kekuasaan di Republik ini, lalu bagaimana akhir cerita Ocid? Keluarganya dan wanita yang dicintainya?

1.  Introduction

Rasyid adalah anak ke tiga dari empat bersaudara, anak pasangan dari bapak Abdurahman dan ibu Riana, rupanya sih biasa - biasa saja tidak tinggi tidak pendek, rambut agak panjang dengan sedikt jenggot, katanya dia adalah orang yang agak pemalas, mungkin dia pikir dirumah ini, tempat kita tidur seharian, dirumahnya di sekitar Bekasi, kalau selesai kerja, kalau udah pulang waktunya tidur.

Waktu ibunya bertanya, "memang kamu kerja dimana?, kerja kok ngga jelas kadang perusahaan sini kadang di perusahaan situ , kadang tidak pulang hampir berminggu - minggu bahkan berbulan -- bulan. Bagaimana tidur kamu?, Bagaimana makan kamu?", dan masih banyak lagi.

Ocid hanya menjawab," Ocid kerja di Perusahaan Kontraktor bu, yang kalau kontrak habis, nganggur atau dapat proyek lagi di Perusahaan yang lain".

Ocid dipanggil namanya oleh orang tuanya, nama sebenarnya Muhammad Rasyid Ridlo nama ulama dari timur tengah, tapi karena ibunya dan saudara -- saudaranya yang lagi senang sama sinetron di televisi, maka jadilah namanya dipanggil Ocid, katanya nama kesayangan.

Ia lulusan Fakultas Teknik Sipil di sebuah Universitas Swasta di Jakarta berbeda dengan keluarga yang berlatar belakang kedokteran, bahkan keluarganya memiliki sebuah Rumah Sakit disekitar Bekasi, beberapa klinik dan sekolah kesehatan di Kerawang dan Bekasi. Kata orang, keluarga Ocid orang sangat mampu, tapi dia tidak mau bergantung  selamanya pada orang tuanya, pikirnya orang tua sudah kerja keras membesarkan dia dan saudara -- saudaranya sekaranglah waktunya membalas kebaikan mereka.

Yang  juga perlu diketahui bapak Ocid dr. Abdurahman, M.Kes  adalah seorang pensiunan Polisi  setelah lulus AMN (sekarang AKPOL) dia diperintahkan untuk melanjutkan ke Pendidikan Kedokteran dengan pertimbangan waktu itu di daerah -- daerah belum ada Rumah Sakit  untuk polisi dan keluarga yang tugas di daerah. Di situlah juga ia bertemu dengan ibunya Ocid yang juga dokter, yang lagi tugas di daerah. Ibunya Ocid dr. Riana, SpA dulu seorang polisi / polwan / polisi wanita sama dengan bapaknya, namun setelah kakaknya Ocid yang kedua lahir ibunya Ocid mengundurkan diri dari kepolisian. Sekalian dia ingin membangun usaha klinik sendiri dengan bantuan bapaknya dan keluraga ibunya yang akhirnya sekarang menjadi sebuah Rumah Sakit.

Saudara Ocid semua lulusan dokter di Perguruan Tinggi Negri  dan Perguruan Tinggi Swasta ternama, hanya dia bukan. Yang tua yang pertama laki -- laki sudah nikah dan punya satu anak laki -- laki dan telah menyelesaikan Pasca Sarjana di Australia yang kedua seorang wanita sudah nikah tapi belum punya anak juga sudah menyelasaikan  Pasca Sarjana di Singapura  mereka berdua mengambil Jurusan bisnis, maklum biar ada yang bisa mewarisi perusahaan orang tuanya, sedangkan yang bungsu perempuan baru menyelesaikan Kedokterannya. Ocid sudah diminta melanjutnya Pasca Sarjana di luar negri tapi menolaknya,

Kata Ocid,"setelah menuntut ilmu, sekarang waktunya kerja",

Kata ibunya,"kamu masih kecil, masih butuh waktu untuk belajar, cari sekolah yang dekat aja, biar bapak dan ibu gampang ngawasinya. Cari misalnya di Malaysia atau Singapura, disana banyak kampus -- kampus bagus",  ibunya berbicara sambil melihat - lihat computer.

Kakaknya yang kedua dr. Aryati, MBA ikut menambahkan," iya Cid kalau mau cari yang sesuai background Ocid, Arsitek, di Malaysia juga banyak kampus -- kampus teknik arsitek, sekalian lagi banyak proyek -- proyek siapa tau ada yang butuh bantuan, kalau sekolah bisnis sebaiknya di Singapura". Sambil menyembutkan nama -- nama  kampus yang ada.

Adiknya yang baru lulus Kedokteran tidak diizinkan kuliah keluar negri, maklum anak bungsu, perempuan lagi, ibunya yang melarang, nanti kalau sudah punya suami yang bisa jaga, baru bisa kuliah di luar negri, sama nasibnya seperti kakaknya yang kedua.

2. The Conflict 

Ocid sebenarnya punya usaha sendiri yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya, tehnik arsitektur yaitu usaha design bangunan / arsitek dan  kontrakator, tapi dia merahasiakan dari keluarganya. Belum besar katanya, belum saatnya. Uang yang ia kumpulkan sedikit demi sedikit bahkan saat ia masih kuliah. Waktu kuliah ia pernah ikut kuliah kerja praktek di kontraktor asing dengan membawa nama kampusnya. Setelah  proyeknya selesai,  manajer  di perusahaan kontraktor asing itu, pak Sucipto terkesan dengan kerjaanya, ulet dan bertanggung jawab dan mangajaknya untuk ikut mengerjakan proyek -- proyek lainnya.

Kata pak Sucipto,"kami sedang mengerjakan proyek membangun sebuah mall di Surabaya dan Bali, kalau bisa kamu ikut kami mendesign dan seting segala suatu disana",

Ocid menganguk saja," tapi saya harus lapor ke kampus pak, kira -- kira berapa lama proyeknya selesai, pak?".

"Kira -- kira enam bulan", jawab pak pak Sucipto

"Kamu kan masih bujang, pacar saya lihat tidak ada, lapor ke kampus yang harus kamu utamakan, saya kira keluarga kamu pasti senang, kamu akan dapat pengalaman lebih selain pendapatan yang cukup", tambah pak Sucipto,

"saya usahakan pak", jawab Ocid. Tinggal ia bingung bagaimana caranya bicara dengan orang tuanya, pasti bakalan banyak tanya, yah bilang aja disuruh tugas ke Surabaya.

Setelah ia lulus kuliah, pak Sucipto dia sekarang menjadi Direktur perusahaan kontraktor asing itu menyuruh ia untuk membuat sebuah perusahaan yang baru namun dengan usaha yang kecil, agar mendapat limpahan proyek -- proyek kecil dari perusahaan induknya walaupun secara tidak resmi.

"Cid, coba kamu bikin usaha kecil seperti CV untuk mentransfer / menindaklanjuti proyek -- proyek kecil dari perusahaan induk seperti kitcehen set, dining set, cash flow buat rumah, AC dan sebagianya, kamu tanya - tanya ke Departmen Perindustrian dan ke Notaris", kata pak Sucipto, Ocid agak bingung, bagaimana caranya?, akhirnya dia lihat -- lihat di internet lalu ke Departmen Perindustrian dan ke Notaris.

Bakalan jadi calon pegusaha nih, walaupun memang darah seorang pengusaha sudah mengalir di dalam darah dagingnya, namun dia masih menimbang maklum baru pertama, sedangkan orang tuanya masih tidak tahu. Cukup lama Ocid menimbang, hingga akhirnya dia siap menjalankannya, adalah pak Sucipto yang akan membimbingnya, ada keluarga yang ia yakin pasti akan membantunya jika Ocid mengalami kesulitan. Walau perusahaaan yang masih kecil tapi usahanya sudah ada dan berjalan baik karena job -- job dari perusahaan induk sering datang terutama dari temannya sang Direktur. Tinggal Ocid yang harus berterima kasih dengan pak Sucipto, tau sama taulah.

            Seiring dengan berjalannya waktu, kelurga Ocid mendapat beberapa cobaan yang cukup berat. Kakaknya yang paling tua dr. Abdullah, MBA tergoda mengikuti perlombaan pemilihan Walikota di daerahnya. Dana dari keluarga dari Rumuh Sakit, klinik dan sekolah tersedot buat biaya kampanye.

Waktu itu dirumah orang tuanya, dr. Abdullah, MBA kakaknya Ocid menjelaskan," pak bu, saya diajak ikut dalam pemilihan Walikota tahun depan, dari partai biru, memang masih tahap pembicaraan awal, tapi dengan dukungan bapak dan ibu, kami percaya ini akan berjalan baik",

"memang kamu punya pengalaman di partai? Kenal siapa saja di partai?", Tanya bapaknya Ocid

"mereka teman -- teman saya waktu kuliah di kedokteran, kami sering bicara masalah -- masalah yang terjadi di Daerah kita, kebetulan kita sama -- sama satu daerah", jawab dr. Abdullah, MBA, setelah ia menikah.

"apa yang menjadi masalah terutama di daerah kita?", sepertinya bapak mau mentest anaknya.

"terutama di masalah kesehatan dan pendidikan,  Alhamdullillah kita punya pengalaman di dua hal tersebut, kita punya rumah sakit, klinik dan sekolah, logikanya itu bisa jadi alat kampanye buat rakyat di wilayah kita", jelas dr. Abdullah, MBA

"saya lihat kamu kayaknya belum punya pengalaman di pemerintahan, ibu masih belum yakin kamu bisa memimpin  masih belum yakin", ibunya menjelasakan

"kami belum memutuskan masalah tersebut bu, masalah tersebut masih berupa wacana didalam partai", jelas dr. Abdullah, MBA,

Akhirnya setelah berdiskusi dengan partai pendukung disepakati dr. Abdullah, MBA menjadi wakil walikota dengan pertimbangan masih muda, istilahnya belum punya jam terbang, nanti pemilihan berikutnya insya Allah.

            Sebenarnya bukan itu saja masalah yang ada di keluarganya. Istrinya dr. Abdullah, MBA kakaknya ipar Ocid, mba Rina  termakan bujuk rayu keluarganya untuk menyuruh mas Abdullah kakaknya Ocid, untuk meminta jatah warisan Rumah Sakit atau klinik, mungkin buat keluarganya dan keluarga besarnya. Terus terang hal ini akan membangkitkan konflik antara mas Abdullah dengan saudara lainnya, terutama kakaknya yang kedua, sementara orang tua hanya bisa mengelus dada, termasuk Ocid jadi ikut tambah bingung antara urusan dia di perusahaanya dengan masalah keluarganya.

Dihadapan orang tuanya dr. Abdullah, MBA, menjelaskan,"pak bu, kalau bisa kita berbagi tugas di rumah sakit, klinik dan sekolahan, sebaiknya saya mendapatkan tugas mengelola rumah sakit, terus terang saya sangat menyukai di rumah sakit dan para anak buah, juga sebaliknya", sehalus mungkin dia membicarakannya kepada orang tuanya.

Pak Abdurahman bapaknya Ocid berkata," kamu sudah mengatakan berkali -- kali, memangnya ada apa sebenarnya, jangan lupa bapak pernah menjadi polisi".dia memang agak keras dalam mensikapinya.

Ibunya mengelus pundak bapaknya berusaha menenangkan situasi.

"tidak terjadi apa -- apa pak, hanya ingin memastikan dan menjelaskan ke para anak buah dan keluarga dari Rina", jelas dr. Abdullah, MBA,

Menjawab seperti itu telah membuka apa sebenarnya terjadi, rupanya keluarga istrinya yang memintanya untuk meminta "haknya" sebagai salah satu anak dan tertua dalam keluarga bapak Abdurahman. 

            Sebenarnya Ocid sudah tidak terlalu ambil pusing dengan urusan di Rumah Sakit, klinik, sekolahan dan usaha lain keluarganya, dia sekarang punya usaha sendiri, Sebuah Perusahaan sendiri yaitu perusahaan kontraktor dan developer yang jadi besar dengan proyek -- proyeknya hingga ia harus membuat beberapa perusahaan sebagai anak perusahaan dan semuanya sama sekali tidak diketahui keluarganya. Usahanyapun sudah menyebar kemana -- mana.    

            Sementara orang tuanya akhirnya menyerah juga dengan keinginan anak -- anaknya, belakangan kakaknya yang kedua dr. Aryati, MBA ikut -- ikut meminta bagiannya dalam keluarga. Demikian juga adiknya dr. Jati, M.Kes meminta bagiannya sendiri, semuanya memikirkan ego mereka sendiri - sendiri, tanpa memikirkan orangtua sendiri yang melahirkan dan membesarkan mereka, Masya Allah. Ocidpun pernah bertanya kepada kakaknya yang kedua dan adiknya,

"jangan ikut -- ikut mas Abdullah, minta warisan, ingat orang tua, kasihan", kata Ocid

Ocid berusaha menasehatkan kepada saudaranya, "bukan sekarang waktunya, warisan itu dibagikan nanti setelah kedua orang tuanya meninggal", Masya Allah.

Kata kakaknya yang kedua, "ini untuk melindungi asset -- asset keluarga kita dari mba Rani dan kamupun juga harus meminta bagiannya, kita jangan sampai kalah sama keluarga mba Rani".

Ocid sebisa mungkin menasehati," kita harus bersabar terhadap apa yang terjadi, belum tentu mas Abdullah serius terhadap yang diinginkan, mungkin dia lagi pusing mengingat akan ada pemilu dan dia persertanya, mungkin dia mau menginvestaris asset dia untuk persiapan kampanye".

            Ocidpun sebisa mungkin merendahkan amarah saudara yang lain, tapi mereka tetap ingin meminta bagiannya.

Ocid pun bertanya kepada kakaknya yang paling tua, dr. Abdullah, MBA dan dia  menjawab, " ini hanya untuk memastikan tugas, wewenang dan tanggung jawab kita", bahasa -- bahasa politis yang baru saja dia pelajari. Dia pengen Rumah Sakit jadi bagian dia, sementara klinik -- klinik juga sekolah jadi bagian adik -- adiknya. Klinik kan kecil tak seperti Rumah Sakit.

            Mengingat akan ada pemilihan kepala daerah dimana kakaknya yang tertua jadi pesertanya maka bapak Ocid mengatakan,

"Insya Allah, setelah pilkada akan dibagi -- bagi semua", usahanya untuk menenangkan semuanya. Lupakan agama kalau setan sudah  memasuki pikiran kita. Hanya Ocid yang tidak meminta bagiannya.  

Bapaknya Ocid bertanya,"kamu minta bagian yang mana, kamu bukan orang berlatar belakang kesehatan dan juga dari pendidikan, jadi apa yang kamu minta". Mereka mau samakan Ocid dengan saudara yang lainnya.  

Ocid menjawab," bukan sekarang waktunya pak, warisan itu dibagikan setelah kedua orang tua meninggal", sama dengan yang dia katakan kepada saudara -- saudaranya, sebenarnya malas dia berbicara seperti itu.

Rencananya Rumah Sakit untuk kakaknya yang pertama, klinik -- klinik untuk kakaknya yang nomor dua sekolahan untuk adiknya sedangkan untuk Ocid tanah seluas duaribu meter, Masya Allah kalau dia tidak dibukakan hatinya oleh Allah SWT dan tidak punya urusan di bisnis -- bisnisnya yang dia kelola, mungkin dia akan meminta jatah.

            Alhamdullillah kakaknya menang di pilkada, dan menjadi wakil walikota . Kakaknya yang keduapun menjadi anggota DPRD menggantikan temannya yang meninggal dunia (pergantian antar waktu/PAW), jadi agak mengobati rasa sakit atas peristiwa yang telah terjadi.   

3. The Conflict Continues

            Setelah pembagian "warisan", atau bapak Ocid menyembutnya "bagi tugas", selesai, beberapa hari kemudian ibunya jatuh sakit, Ocid tidak ada di tempat waktu itu, bukan hanya dia tidak suka cara -- cara saudaranya, dia lebih baik memilih mengurus yang lebih penting. Ocid baru tahu kabar itu waktu dia ada proyek di Arab Saudi. Ia sedang mengerjakan arpateman dan beberapa rumah milik orang -- orang kaya disana. Ocid bingung juga ketika saudaranya memberitahukan berita tersebut, katanya ibu sering memanggil nama dia,  akhirnya ia pulang.

            Sesampainya di rumah, bukan saja dia terkejut mendengar masalahnya, masalah "warisan" memang sudah selesai, tapi masalah yang lain bahkan yang lebih sakit rasanya datang ke keluarga Ocid, bapak Ocid ternyata sudah menikah lagi sejak tiga tahun yang lalu, sejak masalah warisan belum terjadi. Ibu tiri Ocid ternyata masih saudara kakak ipar Ocid dari kakak yang pertama yang menjadi peletup masalah warisan di keluarganya, mba Rani. Tabir itu terbuka ketika ibunya Ocid bertemu dengan bapak Ocid dengan madunya di sebuah mall, ibunya Ocid sedang berbelanja waktu itu, tapi yang heran tidak ada keributan, sama sekali. Mereka bertiga langsung duduk di restoran, setelah duduk di sebuah restauran mereka mulai pembicaraan,

Ibunya Ocid memulai pertanyaan dengan bertanya?." Siapa ini, pak?", datar saja pertanyaanya

Bapaknya sangat gelisah dan sambil meminta maaf berkata,"ini ibu leni, dia istri siri bapak, sebenarnya kami sudah lama nikah, hampir tiga tahun, kami mohom ma'af, kami ingin memberitahukan tapi suasana belum memungkinkan, ibu leni juga masih keluarga dari Rani".

Ibunya Ocid tidak berkata banyak hanya terlihat matanya memerah hampr menangis, kemudian berkata," bapak seharusnya bicara dulu kepada ibu, termasuk izin dari ibu, walaupun izin dari anak pasti tidak mungkin, intinya bicara dulu",

"iya bu, bapak mahon ma'af sekali", jawab bapak Ocid.

Sementara madunya ibu Ocid hanya tertunduk lemas. Sambil mengatakan meminta maaf. 

            Mereka orang tua yang sangat tahu etika, sedramatisnya apapun situasinya meraka tetap harus tenang, banyak orang yang lihat, jangan sampai mempermalukan diri sendiri dan keluarga. Subhanallah. Setenang situasinya, tapi ketiga orang itu pasti merasakan campur aduk perasaanya, gundah gulanda, terutama ibunya Ocid.

            Pulangnya ibunya tertidur, berharap ini hanyalah mimpi buruk. Ketika ia bangun ia pun menangis, beberapa saat kemudian ia panggil anak -- anaknya, alangkah terkejutnya fakta yang baru disampaikan oleh ibunya, rasa marah, kesal, benci menjadi satu.

Sambil menahan geram, kak Aryati kakaknya Ocid mengatakan, "pasti bapak diguna -- guna, tidak mungkin hal ini sampai terjadi, orang tidak tahu diuntung", sambil kak Aryati menyebut nama Rani istri kakaknya.

Sambil menahan tangisnya adiknya Ocid mengatakan,"bapak kok tega sama ibu, sama kita semua ".

"saya bisa menuntut mereka karena menguna - gunai bapak", saut kak Aryati

"tenang semua kita harus check semuanya, saya akan tanya Rani tentang masalah ini", kak Abdurahman berusaha menanangkan adik -- adiknya. Semuanya ada kecuali Ocid  

Ibunya Ocid berusaha juga menenangkan anak -- anaknya, berusaha bersikap bijak dengan mengatakan, "kalian harus tetap hormat kepada bapak kalian, dia juga yang membesarkan, mensekolahkan, dan mendidik kalian, kalian sudah besar sudah berkeluarga jangan sampai di murkai Allah karena durhaka pada orang tua, ingat anak -- anak kalian, mungkin ibu yang salah, ibu terlalu sibuk dengan urusan bisnis sampai harus melupakan bapak,". Bapaknya tidak ikut dalam memberikan penjelasan ini, menunggu situasi mereda, itu juga yang mereka bicarakan bertiga waktu di mall.

"kemana Ocid?",  tanya ibu Ocid, mungkin dia baru sadar tidak ada Ocid, rasanya masalah menjadi terlalu berat baginya.

"tidak tahu bu, tadi udah kita sms untuk datang, mungkin sedang dijalan", jawab kak Aryati.

"kasih tahu kalau ibu Ocid sudah pulang, sekarang ibu mau istirahat, dan juga kalian harus istirahat banyak ingat kepada Allah, istighfar", kata ibunya, sambil dipapah ke kamar tidur dengan anak -- anaknya.

Tapi anak -- anaknya tidak semudah itu memberi maaf kepada bapaknya, waktu itu Ocid tidak ada ikut, hanya mendengar dari saudara -- saudaranya.

            Kakaknya yang nomor dua, kak Aryati diberitahukan orang lain yang memperkenalkan antara bapak Ocid dengan ibu tirinya adalah adik dari bapaknya sekaligus juga paman mereka om Hasan Widi, yang terkenal sebagai orang yang antagonis, terkenal suka memfitnah orang tanpa adanya bukti dan suka berbisnis yang tidak jelas, makanya selalu meminta duit kepada bapaknya Ocid. Mungkin mau balas jasa, tapi effeknya luar biasa.

Yang Ocid mau tanyakan: "apa hubungannya antara kakak iparnya yang ternyata adalah saudara ibu tirinya dengan pamannya yang antagonis itu", akhirnya bisa terjawab walaupun masih berdasarkan spekulasi.

Kak Aryati menjelaskan, "mereka orang -- orang membenci keluarga Ocid terutama dari pihak ibunya Ocid, karena bapak ibunya Ocid atau kakeknya tidak meyetujui bisnis adik bapaknya dengan tidak memberikan modal, tidak jelas bisnisnya, kakeknya juga tidak mengetujui waktu kakaknya pertama menikah dengan mba Rani", kakaknya ipar sekarang, karena masalah "bukan orang jawa". 

            Bisnis Rumah Sakit pertama -- tama modalnya dari kakeknya Ocid yang sekarang berkembang menjadi klinik -- klinik diluar rumah sakit dan sekolah kesehatan. Almarhum kakeknya Ocid, RM. H. Teguh Satrio Jumawa adalah seorang bangsawan dari Yogyakarta dan terkenal ahli dalam berbinis tapi terkenal tegas dan tidak suka yang aneh -- aneh dalam berbisnis. Dia terkenal pengusaha tanah dan bangunan di Yogyakarta.

            Sementara masalah ini pun dibiarkan berlalu begitu saja, yah habis mau bagaimana lagi, sudah terjadi. 

4. His Personal Life

            Didalam keluarga, teman dan tetangga, Ocid adalah orang yang cukup terbuka, kecuali masalah bisnisnya. Katanya rumah, keluarga, teman adalah tempat ia beristirahat, bercanda, ngobrol dan tempat bermain, biasanya ia bermain badminton dengan tetangganya. Satu hal lagi ada seorang wanita yang pernah ia sukai, temannya sekolah dulu, kakak kelasnya dan masih teman seangkatan kak Aryati dan sekarang menjadi tetangganya. Ocid baru tahu ia sebagai tetangga Ocid karena baru pindah tepat di depan rumah Ocid.

            Sekarangpun dia masih terlihat cantik diantara semua teman wanita Ocid, pintar, masih single, namanya Devy Raisha,  sekarang menjadi Dosen dan sedang mengambil Pasca Sarjana di Universitas Pendidikan Negri di Jakarta dan masih ada bisnis kursus dan bimbingan belajar yang ia jalani,  usaha dan keinginan yang ia cita -- citakan sejak dahulu, teman - temanya banyak yang ikut bekerja dengan Devy, dari menjadi staf sampai instruktur dan dosen. Dari usaha bisnis itulah ia mendapat dana untuk mengambil Strata dua dan sekarang mengambil Strata tiga, Subhanallah. 

            Orang dirumah yaitu pembantunya hanya mengatakan, "ada tetangga baru didepan rumah, katanya kenal mas Ocid dan mba Aryati katanya pernah sekolah bareng", mereka tidak mengasih tahu kalau ia adalah Devy, tetangga barunya, masya Allah, tapi yah sudahlah, mereka tidak tahu. Mereka sempat berbicara antara Ocid, Devy, Dona kedua orang tuanya dan teman -- temannya yang juga teman -- teman Ocid waktu sekolah dulu, mereka baru selesai menghandiri hajatan. Sedangkan Dona adalah teman seangkatan Ocid dia adiknya Devy dan mereka sekarang sudah membuat ikatan alumni dari sekolah Ocid, hampir semua ada disitu kecuali Ocid. Ketuanya Adi Nugroho dan wakil ketuanya adalah Devy, ternyata mereka berpacaran, Dona yang kasih tahu. Walaupun masih terbilang kakak kelasnya, dulunya Adi Nugroho adalah "pesaing" Ocid dalam hal perlombaan, Bedanya Adi Nugroho jadi juara perlombaan untuk meningkatkan  nama baik sekolah, sedang Ocid sebaliknya, perlombaan dalam hal negatif seperti tawuran, perokok, mabok dll, anak Pejabat  di zaman Orde baru. Astaghfirloh, tapi keduanya merupakaan orang terbilang cukup dekat dengan Devy..  

            Mereka baru bertemu dengan Ocid sewaktu istirahat setelah main badminton di depan rumah Ocid, di samping rumah Devy, di situ ada lapangan badminton, tanah milik orang tuanya. Disitu Devy, Dona dengan orang tuanya dan teman temannya, baru pulang sehabis menghandiri hajatan. Ocid mungkin sudah lupa tapi mereka tidak, benar -- benar waktu bertemu yang tidak tepat.

Sewaktu bertemu didepan rumah Ocid, Devypun langsung bertanya kepada Ocid,"bagaimana kabarnya? sudah lama tidak bertemu, kemana aja?",

Ocid berusaha menutupi kegugupanya ,"yah baik -- baik saja, tidak ada yang berubah, begini -- gini aja", masya Allah masih cantik seperti yang dulu.

Ibunya Devypun, ibu Dina sempat bertanya setelah menerima cium tangan Ocid," kamu kemana aja? Kok tidak pernah berkumpul dengan teman -- teman lainnya, mereka sering berkumpul loh".

"saya tidak tahu bu, ada perkumpulan dengan teman -- teman lainnya", jawab Ocid 

Adi Nugroho menambahkan,"kami semua sepakat membuat forum alumni sekolah tempat teman -- teman berkumpul untuk mencari inspirasi dalam berbisnis dan bersosialisasi terutama dengan sesama teman -- teman alumni dan adik -- adik kita dari sekolah juga berkerjasama dengan persatuan orang tua sekolah".

"saya sama sekali tidak tahu, kapan ada pertemuan lagi", jawab Ocid

"sekarang setelah sholat maghrib, insya Allah", jawab Devy

"oke, apa agendanya", tanya Ocid

"kita akan melakukan pertemuan informal membahas rencana pameran di sekolah, rencana bisnis francise, dan santunan bagi adik -- adik murid sekolah kita", jawab Adi Nugroho

Ibu Devy menambahkan,"kamu harus datang Cid, sekalian silataruhmi dengan teman -- teman yang lain", perkataan yang langsung diamini teman -- teman Ocid yang lain.

" Insya Allah saya akan datang", jawab Ocid 

             Mereka akan mengadakan pertemuan informal di rumah Devy malam itu dan Ocid diundang. Didalamya mereka berbicara banyak hal seperti rencana -- rencana forum alumni seperti santunan buat orang yang tidak mampu, rencana bisnis, rencana keagamaan, dan bahkan ada kegiatan musik dan olahraga, banyak sekali agenda - agenda mereka dan mereka sering mengadakan pertemuan dan rapat seperti itu. Benar -- benar Ocid ketinggalan dari teman -- teman terutama dalam kegiatan - kegiatan masalah sosial, atau memang sengaja mengingat masa lalunya yang tidak terlalu bagus. Didalamya ada orang -- orang yang sudah terbilang sukses seperti: Devy pengusaha kursus bahasa Inggris dan bimbel dan baru mengikuti program Stata tiga, manager bank si Adi Nugroho, Kapten polisi, dosen, teman lainnya yang baru selesai program S3, pengusaha kuliner dan banyak lagi kecuali Ocid, waktu ditanya dia hanya menjawab ia berkerja di perusahaan Kontraktor dan Develepor, terlihat tidak rasa kebanggan dari teman -- temanya, Devy dan ibunya, standard saja. Ocid diajakpun bukan saja dia teman sekolahnya tapi melainkan Ocid adalah anak seorang pengusaha dan pensiunan Polisi, mungkin mereka ingin agar orang tuanya bisa menjadi pembimbing dan penasehat dalam hal berbisnis dan bersosialisasi, maklum selain bapaknya pensiunan Polisi dan ibunya seorang pengusaha Rumah Sakit/Klinik, syukur - syukur mereka bisa membantu dalam hal permodalan.

            Sejak saat itu Ocid selalu diajak jika ada pertemuan -- pertemuan yang membahas kegiatan - kegiatan Forum Alumi Sekolah.  Yah sekalian pengen melihat -- lihat adiknya Devy si Dona syukur bisa mengobrol, dulu waktu bertemu pertama kali bertemu dia terlihat gemuk, sekarang sudah menjadi gadis remaja yang cantik, berjilbab lagi, baru lulus perguruan tinggi pendidikan negri di Jakarta dan pernah menjadi salah satu mahasiswa yang ikut pertukaran mahasiswa di Australia. Diam - diam Ocid menimbang antara Devy dengan Dona, dua -- duanya sama -- sama cantik dan pintar tapi Dona lebih muda, dengan pertimbangannya Ocid jadi semangat mendekatinya, yah coba -- coba aja.

Waktu bertemu di rumanya Devy dalam acara Forum Alumni Sekolah, Ocid berusaha mendekatinya.

"bagaimana kabarnya? katanya sudah menyelesaikan Strata Dua gimana mau lanjut lagi?  kayak kakaknya?", Ocid bertanya sekadar basa -- basi.

"baik -- baik saja, saya masih mencari -- cari sekolah dan waktu yang tepat", jawab Dona

"kamu belum atau sudah Strata Dua?", tanya Dona

"saya masih Strata Satu", jawab Ocid, pertanyaan yang menjebak, sebenarnya Ocid sudah menyelasaikan Strata Dua MBA di universitas di Amerika, dia sekolah sewaktu sedang melakukan sebuah proyek kontraktor dan developer di Amerika. Dan tidak mungkin dikasih tahu. Sebenarnya dia hanya basa -- basi,  Alhamdullillah Dona merepon cukup baik.

"sekarang kamu kerja dimana?, apa dirumah sakit milik ibunya?, tanya Dona kayaknya serius bertanya.

"saya kerja di perusahaan kontraktor dan developer, memangnya kenapa?", jawab Ocid sekaligus bertanya, kayaknya Dona mulai serius.

"saya punya teman kuliah, ibunya lama sakit, kasihan deh, kami juga berusaha mengumpulkan dana, yah kalau keluarga kamu mau bantu, mungkin dengan memperlunak biaya pengobatan,  syukur -- syukur  mengratiskan," minta Dona

Ocid menjawab,"ada yayasan yang khusus bergerak di bidang sosial terutama di masalah pengobatan, masalah nanti gratis atau tidak bisa dibicarakan, kalau Dona mau, saya bisa perkenalkan terhadap orang yang saya kenal", bual Ocid, dia memang punya yayasan yang bergerak di bidang sosial dananya didapat dari CSR perusahaan -- perusahaannya.

            Mungkin, sudah waktunya Ocid mencari jodoh, orangnya ada di depan rumah lagi, lebih gampang usahanya. Tapi nanti dulu ternyata yang "antri" sudah banyak, teman -- temanya Ocid dan tetangga yang single juga mengincar Dona, belum termasuk teman -- teman kuliahnya, makannya kalau ada pertemuan pasti ramai, masing -- masing pengen menunjukkan diri dan kemampuannya, belum lagi kakaknya yang juga cantik, kaya dan masih single, kalau Devy sudah mempunyai calon, Dona mau dicalonkan dengan teman Ocid yang lain Rudi yang sekarang menjadi Manajer Pemasaran dan Service disebuah bank kenamaan. Yah namanya usaha. 

5. The Blow up

Relasinya Ocid yang duduk di pemerintahan mengajaknya untuk ikut dalam badan baru yang dibentuk Presiden bernama Dewan Ekonomi Nasional, dulu bernama Dewan Pertimbangan Agung, tugasnya adalah memberikan masukan -- masukan tentang masalah -- masalah perekonomian dan bisnis di Indonesia. Sesuai dengan latar belakang Ocid yang selama ini memang seorang pengusaha dan pernah duduk sebagai anggota KADIN Indonesia sebagai Wakil ketua bidang kewirauasaan dan industri akhirnya tanpa pikir panjang diapun menyetujui ajakan temannya, yah siapa tahu bisa menjalin relasi dengan pusat kekuasan di Republik ini.    

Waktu terus berlalu, pemerintahpun dipercaya untuk mengadakan Konferensi Internasional APEC di Bali, dan Ocid menjadi salah satu juru bicara Pemerintah dari Dewan Ekonomi Nasional, dia akan sering berbicara di televisi baik secara pengamat atau juru bicara pemerintah. Even sebesar ini pasti akan diliput oleh media di seluruh dunia terutama Indonesia, dia tidak menyadari bahwa ini akan menjadi hal yang akan merubah hidupnya dan turning point kehidupannya selama ini. Memang beberapa orang tidak mengenal Ocid selain dia harus mencukur rambutnya agar lebih rapi, orang masih tidak percaya terutama keluarganya, teman -- temanya, saudara -- saudaranya tapi ibu yang baru melihat di televisi yakin itu Ocid, walaupun Ocid tampak berubah, lebih rapi, tapi dia yang melahirkan dan membesarkanya dia pasti tahu. Saudara -- saudara atas perintah ibunya berusaha meneleponnya, juga temannya tapi tidak bisa, teleponya mati, pasti dia lagi sibuk,  ini Konfrensi Internasional banyak orang -- orang penting yang datang, Pengusaha, Menteri dan terutama para Kepala Negara.

Dan merakapun hanya bisa melihat saja Ocid di televisi, dan banyak tetangga, saudara dan teman -- teman yang datang kerumah Ocid, mereka menanyakan keadaan tersebut.

Karena masih tidak bisa menghubungi Ocid merekapun melihat beritanya di televisi dan internet mencari tahu siapa Ocid sebenarnya dan mendapatkan hal yang luar biasa, di salah satu majalah kenamaan Forbes, di internet dikatakan ia termasuk orang kaya di Indonesia, kekayaannya masuk empat puluh orang terkaya di Indonesia, trilyunan, typhoon. Masya Allah, disitu tertulis Muhammad Rasyid Ridlo, Pengusaha Kontraktor dan Devoleper dan Pengusaha Batu Bara dan Gas, Ocid memang menginvestasikan sebagian kekayannya ke usaha pertambangan dan memimpin salah satu perusahaan pertambangan terbesar di Indonesia selain perusahannya sendiri.

Melihat hal tersebut ibunya hanya menangis teringat betapa Ocid dulu orang tidak begitu diperhatikan karena sering membuat ulah, berantem, tawuran, rokok, mabuk, dan tidak berprestasi, ibunya hampir tidak sadar bahwa setelah lulus sekolah dan Perguruan Tinggi Ocid sedikit demi sedikit - sedikit dia mulai berubah. Dia ingat, orang tuanya yang selalu melindungi dia dari segala macam masalah, yang sudah membesarkan dia, mensekolahkan dan itu yang membuat Ocid sedikit demi sedikit berubah. Intinya dia selalu ingat kepada orang tuanya, terutama ibunya, dan tentu saja dengan hidayah dari Allah SWT.

Bapaknya di tempat istrinya yang baru, dia memang membelikan rumah untuk kelurganya yang baru, terlihat haru dan sedih, dan memikirkan hal sama. Mereka terlalu memikirkan anak -- anak yang lainnya yang sukses menjadi dokter sesuai mereka inginkan yang bisa kuliah diluar negri dan akan mewariskan usahannya dan menjadi pejabat didaerah, lupa bahwa ada orang yang lebih memikirkan mereka dibandingkan anak - anak lainnya. Bapaknya pun menelepon menanyakan Ocid,  dan dijawab sama, Ocid sedang ada di Bali.  

Hal sama juga dialami Devy, ibu Dini ibunya, Dona dan teman -- teman lainnya, mereka merasa bersalah dalam menilai Ocid, merasa lancang, menggurui Ocid segala macam doktrin pengusaha kalau sedang bertemu di pertemuan -- pertemuan alumni, tentang sosialisasi entrepreuship, tentang susah payah menjadi pengusaha, tentang semuanya. Yang terlihat kasihan adalah Devy, dia yang susah payah mensarankan kepada Ocid untuk memanfaatkan fasilitas yang ada untuk menjadi seorang enterprenurship, dia yang dulu sering memberikan saran untuk Ocid menjadi orang lebih baik ketika Ocid dulu terlibat masalah di sekolah dan terhadap teman -- temannya. sekarang semuanya terlihat jelas. Devypun bertemu dengan kak Aryati di rumah Ocid diantar ibunya, ia ingin mengungkapkan semua yang mau ia katakan, yang ia rasa.

"kali ini Ocid bercandanya keterlaluan, kenapa sih dia tidak bilang?, dia pasti marah sama kita", Tanya Devy sambil menahan air mata,

ibu Dini sambil mengelus pundak Devy mengatakan,"kamu harus sabar".ibu Dini sudah bisa membaca, apa yang Devy rasa.

Kak Aryati menjawab,"kami juga tidak tahu", kak Aryati adalah teman Devy, mereka satu kelas waktu SMA. Dia juga tahu apa yang Devy rasakan.

Sambil menambahkan,"kami semua sangat terkejut tapi sekaligus bahagia, ibu, bapak dan saudara yang lainnya tidak menyangka Ocid akan seperti ini, sesukses ini, dia tidak pernah meminta bantuan sedikitpun kepada kita, kepada keluarga, benar -- benar sendirian". Kak aryati bercerita sambil meneteskan air mata.

Ibu dini menambahkan,"sekarang kami dan teman -- teman Ocid, terutama saya pribadi dan guru -- guru Ocid sangat bahagia dengan kesuksesan Ocid, saya tidak menyangka akan seperti ini",

Kak Aryati mengatakan," kita semua terkejut bu, sekarang kita hanya berdoa, semoga Ocid baik -- baik saja dan menyelesaikan tugasnya dengan baik". Kak Aryati juga merupakan murid bu Dini

Ibunya Ocid datang menghampiri dan langsung meminta maaf kalau -- kalau Ocid melakukan kesalahan.   

Setelah beberapa hari acara APEC berlangsung Ocidpun kembali kehotelnya, istirahat sambil melihat -- lihat handphonenya, kok banyak miscall juga SMS/WA dilihat disitu ada nomor rumahnya, ibunya, saudara -- saudaranya, teman -- temannya, jangan -- jangan ada sesuatu yang terjadi dengan ibunya, hanya itu yang ada di pikiran Ocid, waktu ia ke pergi ibunya memang sedang sakit. Langsung diteleponya ibunya, waktu itu jam sepuluh malam. Ibunya yang langsung menjawab, dan Ocid mendengar suara tangisan, yang dia pikir ada apa?

Ibunya bertanya," ini benar Ocid", setengah berteriak

"iya bu, kenapa bu, apa ibu baik - baik saja",  jawab Ocid

Terdengar ibunya menangis dan bertanya,"kamu yang ada di tivi ya, lagi di Bali",Ocid kaget mendengar, bukannya ibu tidak suka melihat berita masalah ekonomi dan politik, lebih suka sinetron, terus kita abis dicukur biar tidak ketahuan, mana di  Bali lagi bukan di Bekasi, belum selesai kagetnya Ocid, terdengar ibunya menangis sambil mengatakan,

"ibu minta maaf sekali kepada Ocid, atas semua kesalahan ibu juga bapak dan saudara -- saudara Ocid, sering melupakan Ocid, tidak mempikirkan Ocid, ibu meminta maaf sekali", banyak yang ibu katakan malam itu, ada saudara -- saudaranya di malam itu menemani ibunya menghadapi keadaan ini. Kakaknya yang kedua dr. Aryati, MBA, mengambil hanphone sambil menenangkan ibunya sambil memeluknya sambil mengatakan kepada Ocid,

"saya juga meminta maaf atas semua kesalahan -- kesalahan kami, kami sadar kamilah yang salah, kapan kamu bisa pulang? Kami semuanya akan selalu berdoa agar kamu selalu sehat dan baik -- baik saja disana".

Sejenak Ocid tertegun, dia langsung berpikir dia sering diwawancara televisi nasional atau internasional pasti bukan saja saudaranya yang menonton tapi keluarga besarnya, temanya juga tetangganya pasti juga menonton, terlalu sibuk urusan bisnis sampai -- sampai ia lupa yang menonton telivisi bukan hanya ibunya.

Kayaknya jawaban iya atau bukan Ocid bukan lagi issue penting, akhirnya Ocid hanya bisa menjawab, "acara memang sudah selesai, tapi loby -- loby bisa sampai dua minggu", sekarang adiknya berbicara sambil bertanya dan berusaha menenangkan situasi,

" mas, duitnya banyak banget, pantas tidak ikut bisnis Rumah Sakit sama sekolahan, ngga level kali, kitakan lihat di internet, duitnya banyak banget, mas bantuin kita donk, di sekolahan, rumah sakit atau diklinik, terserah aja, tapi yang bagus semuanya", adiknya terus mencrocos, sementara adiknya melihat ibunya bisa tersenyum kecil  sambil mengusap air mata, sama sekali tidak menyangka anak yang ketiga the forgotten child anak yang terlupakan akhirnya bisa menjadi orang yang berhasil dan membuat bahagia keluarganya.

Ocid hanya bisa menjawab, "saya masih lama di Bali, kalau mau ketemu, saya akan kirim pesawat menjemput ibu, bapak dan saudara semuanya dengan keponakannya sekalian untuk berlibur ke Bali, saya punya hotel di Buleleng, walaupun masih hotel bintang tiga, insya Allah cukuplah untuk menikmati liburan, yah daripada ke puncak, bosen, nanti orang saya akan mengurusnya".

Paginya dari anak buah Ocid datang katanya mereka dari kru pesawat pribadi Ocid makanya memakai seranggam pilot, katanya siap membawa keluarga Ocid ke Bali, pesawat ada di Halim Perdanakusuma. Keluarga agak bingung tapi tetap senang. Langsung sibuk semua telepon kesana kesini, terutama telepon bapaknya.

Sampai di Bali mereka diantar sampai Bulelang, mereka adalah ibu, bapak, saudari dan suaminya, juga keponakannya Ocid, kecuali kakaknya yang pertama, dia ada rapat membahas anggaran dengan DPRD. Sesampainya di hotel mereka terkesima lihat hotel si Ocid, bagus katanya, pemandangan juga bagus tapi Ocid sedang tidak ada di tempat, sedang ada loby -- loby masalah bisnis. Sengaja Ocid membawa keluraganya ke Bali agar bisa meredakan situasi, bayangkan kalau Ocid yang harus kerumah, keluarga, teman, saudara, tetangga pasti akan tumplek dan bertanya banyak hal.

Malamnya orang yang ditunggu akhirnya datang, dengan tenang Ocid menghampiri mereka, dipeluknya ibu, bapaknya, saudaranya juga keponakannya, alhamdullillah mereka sudah bisa menguasai perasaan mereka, walau sempat menitikan air mata, secara keseluruhan mereka sudah bisa tenang. Setelah masing -- masing duduk Ocid langsung bertanya?

"gimana kabar semua? Ibu, bapak, saudara, keponakan sehat -- sehat saja? Gimana rumah, tetangga semuannya baik -- baik saja?", sengaja banyak bertanya sekedar untuk melupakan hal -- hal yang sedang terjadi.

"kami baik -- baik saja, kamu sehat -- sehat saja",jawab ibunya.

"agak capai bu, tapi semuannya baik -- baik saja", jawab Ocid

"saudara yang lain tidak ikut bu, seperti adik -- adik ibu, om Dani, bibi Leni", tanya Ocid

"mereka hanya menitip salam saja, mereka bahagia dan senang sekali, waktu kita sampai di Bali adikmu telepon mereka, sekalian sms hotel kamu yang di Bulelang",jawab Ibunya

Adiknya menambahkan,"iya mas, di pesawat tidak cukup buat mereka yang mau ikut, beli lagi yang lebih besar biar semuanya bisa ikut". Langsung dijawab dengan tertawa oleh Ocid dan keluarga yang lain.

"gimana pak, semua sehat -- sehat saja", Ocid bertanya kepada bapaknya juga kepada keluarga barunya, dan saudara bapaknya, sengaja tidak disebutkan namanya karena rasanya agak aneh.

"semua baik saja saja, semua pada menitip salam", jawab bapaknya.

"teman -- teman, ibu guru dan tetangga juga bertanya tentang kamu", kata ibunya

"insya Allah, nanti akan saya bicara dengan mereka", kata Ocid

Kakak Ocid yang kedua dr.Aryati, MBA menambahkan,"katanya si Devy mau ulang tahun minggu ini, saya dikasih tau sama ibunya".

"oh yah, saya baru ingat, kalau tidak salah bulan Desember, terakhir saya datang waktu di sma", jawab Ocid

"kamu diundang sama Devy, kalau sempat datang, namanya tetangga, teman special lagi", tambah kak Aryati, mereka sudah tahu masalahnya,

"nanti dahulu saya lihat jadwal kita", jawab Ocid

"waduh saya baru inget, saya akan bertemu dengan investor di Singapura dari Hongkong besok, jadi kemungkinan, saya akan langsung pergi besok",tambah Ocid

"yaa, terus kita bagaimana, masa liburan cuman sebentar", adiknya menjawab sambil memelas

"kalau liburan terus aja, hotel punya kita ini, mau lama udah ngga masalah", jawab Ocid  

Tinggal ibunya bertanya,"pertemuan tidak di Bali aja?".

"yaa namanya orang yang punya duit, mau kemana ketemu terserah dia, tinggal kita mau atau tidak",  jawab Ocid. Mereka pasti tidak merasa tidak enak, hanya Ocid yang mereka harapkan untuk bertemu. Akhirnya mereka putuskan untuk pulang bersama besok, masalah liburan bisa dilanjutkan esok hari, waktu disuruh datang ke Bali mereka juga sedang ada kerjaan. Karena naik pesawat pribadi mereka datang, plus mau lihat hotel Ocid.

Ocid pun langsung menceritakan usaha dia dari waktu hampir selesai kuliah sampai berhasil dan bertemu dengan beberapa orang yang dia tidak akan dia lupakan.

            Sebelum pergi dari Bali Ocid menitipkan sesuatu kepada mba Aryati,

"kemungkinan saya tidak datang di acara ulang tahun Devy, saya nitip aja hadiah ulang tahun", diambilnya logo perusahaannya dari kerah depan baju Ocid, logo berbentuk pin kalajengking,  logo group perusahaan Ocid, logo yang mencerminkan usahanya dari awal hingga sekarang, naik turunnya usahanya, jungkir baliknya usahanya Ocid, berbentuk kalajengking karena dulu Ocid pernah digigit kalajengking hingga membuat dia kejang dan pingsan sewaktu Ocid ikut kamping sekolahnya ke Bogor, waktu itu Devy yang menolongnya dan teman -- temanya yang kemudian membawanya ke rumah sakit. Keluarganya cemas akan keadaan Ocid waktu itu, tapi beberapa hari kemudian Alhamdulillah keadaan Ocid mulai membaik, mungkin karana kenakalan Ocid dulu Allah kasih cobaan agar dia sadar.  

Mba Ariyati agak ragu menerimanya, terlalu dalam,"kamu serius".

"tidak apa -- apa mba, nanti mereka akan tahu", jawab Ocid, diambilnya secarik ketas dan ditulisnya, I've been make it, too, Dev, I've been make it, too (saya juga berhasil dev, saya juga berhasil), Ocid mulai terbuka hati dan pikirannya tentang orang yang selama ini menyayanginya.

....

Read more story in KBM App. Click link below :
https://kbm.id/book/detail/250a14c2-ceea-2b94-8553-055a3e68c997?af=8cbc46d2-6e30-e36a-8074-57a954144e5b

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun