"Tetap saja aku merasa bersalah karena pergi dengan pacar orang."
"Maaf membuatmu merasa bersalah. Tapi aku cuma ingin ngrobrol sama kamu malam ini. Kapan lagi aku punya kesempatan?"
"Aku masih punya waktu satu jam di sini sebelum aku harus pulang. Berceritalah sesukamu, kudengarkan."
Aku meraih cangkir americanoku, menghirup aromanya perlahan, meminumnya. Dari ekor mataku, aku dapat menangkap matanya mengamatiku. Lama sekali. Ayolah, bisakah dia sedikit bisa berkompromi? Bisa tidak, dia tidak perlu menatapku seperti itu? Menyebalkan sekali.
"Kamu tambah cantik sekarang," katanya tiba-tiba. Aku bukan tipe perempuan yang akan langsung tersipu malu saat dipuji seperti itu jadi aku cuma bilang 'terimakasih.'
"Sudah bisa pakai lipstik ya?"
Aku mendelik. Terkekeh dia melihat ekspresiku.
"Kamu dulu tomboy sekali. Aku nggak pernah lihat kamu dandan. Takjub rasanya aku melihatmu malam ini."
"Kadang waktu dan perjalanan bisa merubah seseorang, kan?"
"Kalau perasaan manusia, bagaimana?"
"Itu sih cuma kamu sendiri yang bisa jawab. Aku enggak tahu."