Mohon tunggu...
Ria Jumriati
Ria Jumriati Mohon Tunggu... Penulis - Menulis ada jiwa, maka menulislah agar bisa memiliki banyak jiwa

Manusia biasa yang hanya suka menulis. www.riajumriati.blogspot.com https://www.wattpad.com/user/RiaJumriati

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Karma Getih - Bab Satu

7 Maret 2017   12:09 Diperbarui: 7 Maret 2017   12:35 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar:richardusgunawan.blogspot.com

            “Nduk, nduk…dimana koe ?” Teriaknya pelan. Tapi Dahayu tak juga menampakkan diri. Mbah Kijah mencari kedalam kamarnya. Tak ada, hatinya kembali diliputi perasaan tak enak. Peristiwa kehilangan Dahayu, sudah sering ia alami, bahkan ketika ia masih bayi, pernah hilang selama 3 jam dan kembali dalam keadaan baik sekali,  tanpa diketahui siapa yang telah membawa bayi berumur 2 bulan itu. Hal itu masin terulang saat ia berumur 5 tahun. Ketika ditanya kemana saja selama menghilang, Dahayu sendiri tak bisa menjawabnya. Sejak lahir, hidup Dahayu memang banyak diliputi hal hal mistis kental dengan kemisteriusan.

Mbah Kijah pun melangkah keluar, untuk mencari, sosok Hanum tiba tiba muncul didepan pintu.

            “Mbah..sudah pulang ?”

            “Iya, kamu lihat dimana Dahayu ?” Tanyanya cemas

            “Barusan dia pamit, katanya diajak Pak Abdil untuk dipotret ditempat foto di Desa Kenasih. Dia minta di izinkan kalau Mbah pulang” Tutur Hanum pelan.

            “Foto ? Dengan Pak Abdil ? Untuk apa ?! Mbah Kijah mulai panik

            “Katanya untuk passport ke Malaysia”

            “Apa ?! Siapa yang memberinya izin ? Berani-beraninya Pak Abdil mengambil cucuku tanpa seizinku !” Ujarnya marah dan panik.

            “Aku tidak tahu Mbah, aku cuma dititipi pesan. Tadinya Dahayu memang menolak, tapi Pak Abdil memaksa. Katanya biar nanti dia yang bicara dengan Mbah Kijah” Jelas Hanum sambil membetulkan gendongan anaknya yang berwajah arab. Terdengar desahan kesal Mbah Kijah. Tapi ia hanya dapat terduduk lemah dengan wajah kesal.

            “Katanya sih cuma sebentar. Sebelum sore sudah pulang” Lanjut Hanum mencoba menenangkan.

            “Ya sudah Num, terima kasih yaa..biar aku tunggu saja disini”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun