Menurut Coser, pembeda antara kami, kelompok kami (the we-group) atau dalam internal kelompok (in-group) dengan orang luar atau kelompok-kelompok lain, kelompok-kelompok luar (out-groups) hanyalah dalam atau melalui konflik. Fungsi positif konflik yang memperkuat struktur dapat terlihat pada saat suatu kelompok sedang mengalami konflik dengan orang luar atau kelompok luar. Kelompok dalam satu strata atau kasta akan terikat dalam satu solidaritas yang kuat akibat permusuhannya atau penolakannya terhadap anggota strata atau kasta yang lain. Dalam hal ini, hierarki posisi kelompok tetap dipertahankan sebagai respon atas penolakan dengan kelompok-kelompok lain tersebut (Coser 1956:35).
Konflik di Bima terjadi dengan kelompok atau kampung lain yang masih memiliki hubungan kekerabatan, baik hubungan kekerabatan dalam ikatan genealogis sebagaimana a kindred category Roger M. Keesing, maupun ikatan kekerabatan sosial (social ties) seperti hubungan pernikahan. Namun, kindred category dalam masyarakat Bima mengalami dinamika bersama konflik yang eksis di masyarakat karena ada permasalahan kekerabatan seperti unfixed identity of kinship, aloofness of kinship dan sebagainnya yang dibahas dalam tesis ini.
Metode Penelitian
Dalam penelitian tentang konflik dalam kekerabatan di Bima, subyek penelitian dalam tesis saya adalah masyarakat pelaku tawuran antar kampung yang mengalami langsung proses terjadinya tawuran dan juga orang-orang tua (sesepuh, tokoh masyarakat dan sebagainya) yang berpengalaman menghadapi konflik.
Selain pelaku tawuran, subyek penelitian ini yaitu masyarakat Bima secara umum yang mengetahui bagaimana proses dan dinamika tawuran antar kampung, mengetahui sistem dan pola-pola konflik yang terjadi dan mengetahui bagaimana identitas kolektif dan tindakan kolektif berbentuk tawuran itu terjadi, serta orang yang mengetahui sejarah dan genealogi terjadinya tawuran antar kampung.
Karena fenomena tawuran antar kampung belum diketahui akar permasalahannya dalam situasi konflik yang sangat kompleks, maka pengumpulan data yang saya lakukan yaitu dengan metode etnografi (penelitian etnografi). Penelitian etnografi dilakukan untuk memperoleh data etnografi yang merupakan hasil pengamatan terhadap situasi ‘alamiah’ atau aktual yang terjadi dalam tawuran antar kampung di Bima. Umumnya penelitian etnografi, penulis melihat secara utuh dan seobyektif mungkin apa yang sebenarnya terjadi pada fenomena tawuran tersebut dengan meminimalisir asumsi-asumni penulis pribadi.
Selain melakukan pengamatan langsung (observasi) dengan metode induktif, penulis melakukan berbagai wawancara mendalam (deep interview) dan observasi partisipasi (participant observation) yang melibatkan informan dan juga mengumpulkan data dokumentasi yang berkaitan dengan fenomena tawuran tersebut.
Dalam penelitian lapangan di Bima, penulis menggunakan cara deskripsi, yakni cenderung bertanya “bagaimana” tentang proses dan terjadinya fenomena tawuran tersebut sehingga penulis bisa mengungkapkan secara rinci jejaring relasi dan proses interaksi sosial yang melingkupi atau melatarbelakangi fenomena tawuran antar kampung berdasarkan penjelasan para informan.
Selain analisis deskriptif, penulis juga menggunakan pengalaman (life experience) penulis sebagai bagian dari analisa permasalahan. Maka, studi ini merupakan kolaborasi dari deskripsi hasil pengamatan langsung dan refleksi autobiografi penulis sendiri.
Oleh karena itu, dalam proses penelitian tersebut, penulis mengharapkan tercapainya inferensi kausal untuk melihat secara jernih hubungan-hubungan kondisional yang terjadi dalam proses dan terjadinya tawuran antara kampung di Bima. Penelitian ini diharapkan mampu menemukan struktur tersembunyi (hidden structure) yang ada dalam masyarakat yang mengatur pola konflik dalam kekerabatan di masyarakat Bima.