Mohon tunggu...
Mira Apriani
Mira Apriani Mohon Tunggu... -

Nama : Mira Apriani TTL : Curup, 2 April 1991 Alamat : Jln. Merawan 12 RT 26 RW 07 Sawah Lebar Bengkulu Jurusan : Ilmu Komunikasi Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Hobby : Menulis Anak ke : 2 dari 2 Bersaudara Cita-Cita : Bisnis Women, Pengusaha, Penulis, mendirikan Pers Islam Motto : Allah menjadikan kita seperti apa yang kita pikirkan Makes : Sate Madura Mikes : White water Prinsip : Jujur TB : 163 cm BB : 47

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Makhluk dalam Cermin

21 Desember 2010   02:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:33 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Kata dokter, sore ini kita sudah boleh pulang. Ibu akan segera bersiap-siap. Kamu jangan sedih lagi yach " Pinta Ayahnya.

"Siap Komadan.....!!! tegas Rindu sambil tangan kanannya diletakkan di pinggir kening yang mulus.

"gitu donk...! Goda ayah.

Beberapa menit kemudian, rindu dan kedua orang tuanya pulang dengan menggunakan angkot, keluarga ini tak mempunyai kendaran pribadi. Jadi, kemanapun mereka mesti mempersiapkan ongkos.

Setengah jam perjalanan mereka sudah sampai dirumah, karena jarak Rumah Sakit tidaklah terlalu jauh dari rumah rindu. Rindu merasa senang bias kembali lagi ke istananya, meskipun rumahnya tidak terlalu besar. Tapi, cukup nyaman.

Rindu segera memasuki kamar tercinta, tak lupa kehadiran rindu dikamar disambut sebuah Cermin di dekat pintu kamar. Rindu tersenyum melihat cermin itu, ternyata makhluk dalam cermin masih mengikuti gerak-gerik rindu, dalam artian masih ada banyang rindu di benda itu. Tapi, lama kelamaan bayangan ini itu mengabur, sehingga lama-kelamaan hilang. Rindu kaget, "bayang ku mana?", aku tidak lagi mimpi kan?? Kemana bayang ku dicermin ini? Aku masih hidup kan? Yah...aku masih hidup. Tapi, kemana makhluk dalam cermin ini?? Tidak mungkin hilang....ini cermin, bukan kaca....!!! Tegas rindu. Mata rindu mulai terasa kabur, Rindu sesegera mungkin istirahat, merebahkan tubuhnya di kasur kesayangan. Kepala rindu terasa pusing kembali, suara semakin kedengaran kecil. Hingga benar-benar hilang.

"Rinduuuuuuuu.....!!!Jerit ibunya

"Jangan tinggalkan ibu dan Ayah nak, kitakan sudah berjanji untuk bersama, kamu juga sudah berjanji untuk tidak meninggalkan kami, tapi mengapa engkau pergi? Mengapa? Sesal ibunya.

"Kamu lah permata kami, hidup kami. Jika kamu tak ada, untuk apa kami hidup?? Tak ada kebahagiaan lagi yang kami punya, Rinduuuu....!!! Jerit ibunya kembali.

Ayah rindu hanya bisa menangis pilu, memandangi sang ibu yang sedang memeluk si buah hati semata wayang, yang sekarang telah pergi tak kembali. Tak ada yang bisa sepasang suami istri ini lakukan, kecuali mendoakan belahan jiwa mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun