"Ya..ini harus betul-betul padu," sebut SU.
Kita melihat  kompetetisi ini dari sisi itu. Bahwa dalam satu permainan sepakbola yang cepat, itu kalau "pressure" (tekanan) harus dijawab dengan "pressure". Dalam beberapa pertandingan yang disaksikan SU, ketika dia diserang, kemudian "counter attack" (serangan balik) menyerang, cepat ke depan, tepapi, lambat naik. Ini pertanda bahwa belum terlalu padu dalam mengelola dan memenej kekuatan fisik dan otak serta harmonisasi dalam bermain.
Jika masih ada "space" (ruang) pertandingan itu kalau ketat, paling sekitar 30-40 m, di situ titik pusatnya. Â Tetapi kenyataannya, ini kan masih ada di depan dan di belakang, lowong. Kompetisi yang ketat itu kalau misalnya "pressure" lawan dengan "pressure".
"Tidak boleh harus 'defensif' (bertahan) begitu?!," kata saya lagi.
"Tidak bisa. Makanya, yang biasa dilakukan sekarang di Turnamen Piala Menpora, begitu kalah bola, dia mundur ke tengah. Itu bagian dari strategi, tetapi  kalau kompetisi tidak boleh terjadi," kata SU.
"Karena bisa kecolongan lewat belakang?," imbuh saya.
"Ya. Sin Tae Yong (pelatih Timnas Indonesia asal Korea Selatan) mengatakan, tim Indonesia itu hanya bisa bermain 20 menit. Kenapa? Karena itu dia atur irama permainannya agar dapat bertahan. Tetapi Sin Tae Yong tidak mau seperti itu. Di situ harus cepat. "Press" (tekan) di mana-mana "press".Â
"Total football' seperti dilakukan Belanda itu?," sebut saya.
"Ya, 'total football' yang dilakukan Belanda dan Korea Selatan juga seperti itu. Â Di mana kalah bola di situ dia "press". Nah, ini kan masih ada lowong. Masih ada "space". Kemudian masih banyak juga terjadi pelanggaran ("free kick"). Â "Free kick" itu bagian daripada konsentrasi dan memahami konsep bermain. Misalnya, salah posisi kita bisa terkena dan biasa melakukan "free kick".
Â
PSM dan Pemain Lokal