Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Sulitnya Mencari Kerja, Masifnya PHK Tanpa Lapangan Kerja Baru

9 Oktober 2024   15:03 Diperbarui: 11 Oktober 2024   07:00 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Masifnya PHK. (Sumber: Freepik.com)

Tahun 2024 adalah tahun yang sangat dramatis bagi kehidupan pekerjaan anak saya. Panggil saja anak saya, Anne (bukan nama sebenarnya), seorang milenial yang bekerja di perusahaan startup terkemuka dengan jabatan terakhir sebagai UX Senior Manager.

Di tahun sebelumnya yaitu 2023, Anne sudah mulai merasa aneh karena top manajemen mulai mengurangi atau PHK beberapa karyawan. Alasannya banyak pekerjaan yang "redundant" atau jenis pekerjaan yang sama dikerjakan oleh beberapa orang. Jadi perlu efisiensi.

Tetapi bukan main kagetnya Anne, justru di pertengahan Januari 2024, dia dipanggil oleh supervisor, bahwa dia terkena PHK. Dia hampir tak percaya, bagaikan mendengar petir di siang hari. 

Dalam waktu yang sangat singkat 2 minggu dia harus bereskan semua pekerjaan, dan menyerahkan kepada penggantinya. Juga urusan administrasi pun mulai dibereskan.

Dia tak sendirian terkena PHK, ada ratusan teman di kantornya yang mengalami hal yang sama. Mereka masih terlena dengan rasa galau "kenapa gua kena PHK". Mereka adalah para milenial yang produktif dan menguasai teknologi digital sesuai dengan kemampuannya dan keahliannya.

Dilemanya, teman-temannya mengajak untuk menuntut kepada perusahaan atas beberapa poin misalnya tidak dibayarnya uang cuti, alasan perusahaan layoff adalah kerugian, pemberitahuan layoff yang dianggap mendadak.

Dengan berpikir waras, Anne tak mau menuntut perusahaan karena pasti menuntut berarti harus punya lawyer dan bukti-bukti yang sah. Waktu akan terbuang habis untuk mengurus tuntutan kepada perusahaan.

Akhirnya dia "move-on", mencari pekerjaan baru dari berbagai sumber baik dengan agresif sekali. Sementara teman-temannya, merasa yakin, bahwa mereka harus menuntut perusahaan karena haknya tak terpenuhi. Mereka anggap masih mencukupi banyak pesangon selama mereka tak bekerja.

Dengan network yang luas (setelah satu bulan tak bekerja), Anne dapat pekerjaan baru di start-up yang sudah berjalan lancar, posisi yang sama.

Tidak mudah untuk melaluinya, ada proses interview yang berkali-kali. Ada mini proyek sebagai bukti kemampuan Anne atas pekerjaan baru yang harus dilakukan. Meskipun Anne bisa lakukan dengan baik. Tapi masih panjang proses interview dengan tiga atasan yang cukup "tough".

Akhirnya, Anne berhasil diterima di perusahaan start-up baru dengan waktu percobaan kerja selama 3 bulan.

Dalam kurun waktu kerja, Anne menemukan jenis pekerjaan yang berbeda dengan apa yang dipikirkannya. Dia seorang specialist, tetapi dia harus menjadi seorang generalist.

Namun, dengan resiliensi yang tinggi, dia mencoba untuk belajar mengejar kekurangannya .Hampir setiap Sabtu-Minggu, Anne tidak pulang ke rumah, tetap di kos. Dia belajar dan terus mengejar pekerjaan yang belum pernah dikuasainya.

Sayangnya, usaha kerasnya selama hampir 2 l/2 bulan itu tak berbuah manis. 2 minggu sebelum akhir masa percobaan, dia dipanggil oleh atasannya, Anne dianggap "fail" aatau gagal untuk masa percobaannya.

Hatinya hancur karena dia tidak bisa menerima hal itu. Tetapi fakta berbicara lain. Tuntutan pekerjaan jauh lebih tinggi dari ekskpektasinya.

Lalu, saya sebagai ibunya tentu memberikan support dan mendampinginya dalam krisis kepercayaan dan kesulitan mendapatkan pekerjaan baru.

Dia terus berusaha mendapatkan pekerjaan. Dia rajin sekali untuk menghubungi teman-temannya dan relasi yang telah lama terjalin melalui networking . 

Akhirnya setelah satu bulan tak bekerja , Anne mendapatkan referensi satu pekerjaan di suatu perusahaan konvesional manajemen keuangan.

Anne mulai bertukar pikiran dengan saya. Apakah pilihannya untuk bekerja di perusahaan konvesional bukan start up merupakan pilihan yang benar?

Kami diskusi panjang, sampai kepada kesimpulan, saat ini perusahaan startup masih dalam tahap "technology winter" banyak PHK berlangsung. Jika dia masuk ke perusahaan startup, kemungkinan untuk mendapat PHK akan terjadi lagi.

Setelah beberapa kali interview dan test tentang proyek pekerjaan, Anne diterima. Sekarang belum selesai masa percobaan. Doakan semoga semuanya berjalan lancar.

PHK 2024

Di tahun 2024, tantangan pekerjaan di Jakarta-Banten sangat berat karena meningkatanya PHK. Selama Januari-Augustus 2024, ada sejumlah PHK sebesar 46.240, angka ini akan berlangsung meningkat mencapai 70.000 sampai bulan September 2024.

Terdapat 10 start-up yaitu Tokopedia, Tiktoshop, Xendit, Lamudi, JD.ID, Ruangguru, Zenius, Pahamy, LinkAja, SiCepat yang telah mengadakan PHK besar-besaran karena alasan belum adanya profit dan efisiensi keuangan. 

Tentunya dari pihak investor telah mendesak CEO untuk secepatnya bekerja produktif dan mendapatkan keuntungan . Selama ini perusahaan masih dianggap alami kerugian, maka solusinya adalah PHK.

Bukan hanya perusahaan start-up saja yang mengadakan PHK tetapi perusahaan manufaktur juga melakukan PHK. Perusahaan manufaktur selama periode Agustus 2024 mengalami kontraksi 49.3 karena kehilangan output pesanan baru , penurunan marginal jumlah tenaga kerja.

Seringkali perusahaan menggunakan alasan atau dalih "silent layoff" atau status "resign" untuk PHK karena biayanya lebih murah dan alasan untuk laporan ke Kementrian Tenaga Kerja lebih mudah.

PHK vs Lapangan Kerja

Jumlah PHK sbesar 46.240 menuju 70.000, sementara lapangan pekerjaan yang tersedia belum ada. Pemerintah sendiri hanya memberikan solusi untuk mitigasi PHK dengan mempertemukan manajemen perusahaan dengan pekerja yang kena layoff (biasanya hal ini sudah terlambat). 

Juga Kementrian Tenaga Kerja mengatakan ada 178 pekerjaan di Bursa Kerja Nasional atau Job Fair Nasional tanggal 23 -25 Agustus 2024 diadakan di Jiiexpo Kemayoran , terdapat 110 ribu lowongan pekerjaan dari 110 perusahaan

Sebagian teman-teman anak saya juga belum mendapatkan pekerjaan. Mereka juga sempat mengeluh betapa sulitnya mendapatkan pekerjaan seperti yang mereka impikan. 

Ada juga yang masih ingin menikmati uang pesangon dan menganggap uang pesangon masih mencukupi kebutuhan beberapa bulan ke depan.

Ada juga yang ingin mendapatkan pekerjaan tetapi harus sesuai dengan keinginannya seperti kerja work from home. Alasan mereka untuk kerja work from home karena flexibilitas dan balancing antara work dan life.

Namun, apakah dengan mengikuti keinginan para calon pencari pekerja seperti di atas, mereka dapat pekerjaan? Sudah sulit lapangannya masih memimpikan keinginan sendiri.

Faktor-faktor yang menyebabkan PHK meningkat

1. Perusahaan Teknologi yang efisiensi keuangan: Rata-rata perusahaan teknologi melakukan pemangkasan karyawan untuk mengurangi biaya.

2. Perusahaan manufaktur tidak berkembang: Kurangnya inovasi dan investasi menyebabkan stagnasi dan akhirnya mengakibatkan PHK.

3. Dampak Undang-undang Cipta Kerja: Ketidakpastian hukum membuat pengusaha ragu untuk berinvestasi yang berimbas pada peluang kerja.

4. Kurangnya dukungan dari Pemerintah: kebijakan yang tidak efektif dalam menciptakan lapangan kerja baru.

Cari pekerjaan baru

1. Network (jaringan)

Pentingnya membangun koneksi professional. Meskipun, mencari kerja di Linkedln dianggap efektif apabila Anda menggunakan dengna benar. 

Ada beberapa contoh teman anak juga dapat kerja lewat Linkedln dan Chatbot (untuk mereka yang ingin cari pekerjaan di bidang teknologi).

Mencari tawaran pekerjaan melalui LInkedln melalui rekruter, Anda harus mengetahui lebih dulu bagaimana seorang rekruter mencari talents di Linkedln.

Biasanya rekruter mennggunakan dua cara atau tools atau manual. Ada survey yang mengatakan rekruter lebih sering gunakan cara manual. Tantangannya harus Anda pelajari .

Network melalui teman atau relasi yang bekerja di perusahaan. Umumnya ini jauh lebih praktis karena mereka lebih mengetahui type pekerjaan apa dan siapa yang sedang dicari.

2. Switch Career (Beralih karier)

Perlu sekali mempertimbangkan perubahaan karier. Banting stir untuk perubahan karier memang tidak mudah. 

Tetapi kondisi saat ini mengharuskan Anda untuk siap mempertimbangkan untuk berubah karier. Contohnya industry atau bidang yang sedang tumbuh dan peluang yang ada di dalamnya.

3. Reslience (ketahanan)

Definisi dan pentingnya ketahanan dalam menghadapi tantangan pekerjaan memang sangat berat. Tapi hanya orang yang punya resilence tinggi yang bisa berhasil mengatasi tantangan. Tips untuk membangun ketahanan mental dan adaptasi di pasar kerja yang terus berubah.

Kesimpulan

Tantangan tahun 2024 untuk mendapatkan pekerjaan semakin sulit dihadapi oleh pencari kerja. Penekanan pada pentingnya proaktif dalam mencari peluang dan mengembangkan diri.

Harapannya kondisi pasar kerja dan ajakan bagi pencari kerja untuk terus berjuang meskipun dalam kondisi sangat sulit sekali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun