Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Siaga Bencana Melalui Sandiwara Radio “Asmara di Tengah Bencana”

22 Agustus 2016   15:44 Diperbarui: 23 Agustus 2016   15:25 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

 Mitigasi dari BNPB:

www.inatanaya.com
www.inatanaya.com

Bila  bencana –bencana itu dapat diprediksi sedini mungkin, pasti korban yang jatuh tidak akan sebanyak yang seharusnya.  Sosiaslisasi tentang suatu bencana menjadi kendala di negara kita yang rawan dengan bencana.  Geografis alam yang rawan memang tak bisa dihindarkan sama sekali dari rawan bencana. Tetapi menghindari bencana sebelum terjadi menjadi hal yang utama dan terutama.

Badan Nasional Penanggulangan  Bencana (BNPB)  adalah lembaga yang selalu berkaitan dengan penanganan bencana-bencana.  Urusan bencana menjadi hal yang utama bagi BNPB.   BNPB sudah memetakan  tempat-tempat rawan bencana.

Sebelum bencana, BNPB sudah memberikan membantu memberikan sosialisasi tentang bencana yang terjadi di tempat itu dan bagaimana harus melakukan evakuasi.  Sayangnya, masyarakat lokal yang sering tertimpa bencana itu ketika mereka  dievakuasi dan diminta untuk pindah dari tempat asalnya agar tidak tertimpa bencana  , tidak mengindahkan sama sekali.  Setelah selesai bencana , mereka itu akan kembali lagi ke tempat asal bencana, mendirikan tempat dan rumah dimana persis terjadinya bencana. Seolah mereka merasa kebal terhadap bencana. Padahal secara pengetahuan siklus bencana itu akan datang berulang kali di tempat yang sama dimana bencana pernah terjadi.

Jika masyarakat yang rawan tertimpa bencana sulit untuk dipindahkan, lalu bagaimana sikap pemerintah dalam hal ini BNPB untuk mengatasi solusi agar masyarakat tak tertimpa bencana?  Temuan dari BNPB bahwa masyarakat rawan bencana itu memang sudah meningkat pengetahuannya,  tetapi  belum memiliki sikap dan budaya tentang daerah rawan bencana.

Kesadaran dari masyarakat untuk punya sikap dan budaya bagaimana jika bencana datang tidak juga dilakukan. Itulah kelemahan dari masyarakat  tentang penanganan bencana. Mereka tidak bisa menolong dirinya sendiri, ketergantungan dari BNPB yang biasanya dapat membantu jika bencana memang sudah terjadi.

DR Sutopo Purwo Nugroho , Kapusdatin BNPB, sosialisasi kepada masyarakat rawan bencana menjadi acuan penting .  BNPB  mencari ide yang sangat berbeda dengan lembaga yang lain dan ide itu harus mudah dipahami oleh masyarakat .   Ide yang dientaskan adalah melalui jalur kebudayaan yang disukai masyarakat setempat , yaitu sandiwara radio.

Sandiwara radio yang mengambil tema kisah Roman Sejarah rakyat Jawa Tengah  yang berjudul “ Asmara di Tengah Bencana”.   Roman Sejarah ini merupakan karya dari Bapak S. Tidjab dengan pemeran utama: Nanang   sebagai Kasila,Ajeng, Ivone sebagai Rose, Harry sebagai Laksono, Eddie Sebagai Dhosa, Siska sebagai Jawa, Ajeng sebagai Atmakusumah, Elsa sebagai Surya, Nenny sebagai Haryoko, Guritno dan Rifky.

Mengangkat  tema kisah Asmara di Tengah Bencana ini dasarnya adalah mengangkat kembali cerita kejayaan sejarah Matraman . Tema Cerita yang sangat lekat dengan rakyat tempat  bencana seperti di Gunung Merapi (erupsi Gunung Merapi)  dibumbui dengan cerita kepahlawanan (heroik) dan cerita asmara dam moralitas dan sosialisasi.   Kisah  kolosal kebesaran sejarah  sengaja diangkat karena  rakyat di daerah rawan bencana itu ternyata masih menyukai  program radio sebagai  alat komunikasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun