Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Siaga Bencana Melalui Sandiwara Radio “Asmara di Tengah Bencana”

22 Agustus 2016   15:44 Diperbarui: 23 Agustus 2016   15:25 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gunung  berapi  ada di seluruh dunia. Letak Indonesia  di  lokasi yang terkenal akan gunung berapinya  yang berada di sepanjang busur Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire) yang berawal dari Selandia Baru dan berakhir di Nikaragua dengan Indonesia juga berada di dalamnya. Daerah ini juga sering disebut sebagai sabuk gempa Pasifik.    Jumlah gunung berapi yang aktif  di Indonesia adalah 10.  Ke 10 itu adalah Gunung Merapi (status waspada sejak 2004),  Gunung Kelud (status Waspada sejak 28 Pebruari 2014), Gunung  Sinabung (status waspada sejak 2005),  Gunung Bromo (status SiAGA sejak 2015) , Gunung Egon (status SIAGA sejak 2016), Gunung Soputan (status SIAGA sejak 2016), Gunung KarangGetang (Siaga sejak 2013), Gunung Lokon (status SIAGA sejak 2011),  Gunung Kerinci (siaga sejak 2007), Gunung Awu (Status Waspada sejak 2015).

Bencana yang terjadi di Indonesia bukan hanya gunung berapi saja. Tetapi Indonesia juga  negara yang rawan dengan bencana lainnya . Bencana yang sangat rawan terjadi di Indonesia adalah banjir, tsunami, gempa bumi, kebakaran hutan , tanah longsor dan lain-lainnya.

Banyak penduduk yang tinggal di daerah rawan bencana itu.  Dampak dari terjadinya rawan bencana itu akan membuat mereka kehilangan harta benda dan nyawa sekali pun.   Hal ini akan mengakibatkan dampak besar bagi status ekonomi, sosial dan lingkungan. Ekonomi mereka jadi morat marit karena kehilangan tempat tinggal dan harta benda,  secara sosial mereka harus meninggalkan tempat tinggalnya hidup di penampungan  dengan tidak bisa bekerja maupun sekolah, juga lingkungan pun rusak dan harus diperbaiki.

Mitigasi atau penanggulangan bencana  dilakukan oleh Pemerintah sesuai dengan kebijakannya.  Namun,  diharapkan bahwa Pemerintah daerah atau  provinsi harus  berada di garis depan dalam manajemen bencana alam.     Lemahnya sistem manajemen bencana alam sudah diperbaiki sejak terjadinya bencana tsunami.   

Sebelum  terjadi bencana,   ada Lembaga  yang disebut  BMG atau Badan Meterorologi bertugas memonitor, melihat kegiataan gunung berapi yang sedang aktif.   Gunung berapi yang aktif itu perlu dimonitor karena pelaporannya sangat membantu dalam sosialisasi bagi masyarakat sekitar  tentang status gunung Merapi.  Ada 4 status yang diberikan untuk gunung berapi:   Awas (warna merah),  Siaga (orange),

Ketika status gunung merapi sangat rawan, maka perlu kewaspadaan dari rakyat di sekitar gunung berapi untuk melakukan persiapan atau evakuasi.

Sayangnya, tidak semua bencana di Indonesia dapat dimonitor dengan mudah. Beberapa bencana seperti tsunami, gempa bumi dan kebakaran hutan dan tanah longsor datang secara tiba-tiba dan kita belum mempunyai badan atau alat yang canggih yang mampu untuk memprediksi kapan kedatangan gempa , kebakaran dan tanah longsor.  Akibatnya  korban-korban bergelimpangan, baik itu korban manusia maupun korban harta benda.

Pengalaman hidup yang terjadi pada ibu saya.  Beliau berada di kota Muntilan (12 km dari Erupsi Gunung Merapi) dirawat oleh seorang pembantu dan perawat dengan kondisi yang sudah sangat senior yaitu 89 tahun dalam keadaan  tidak dapat berjalan dan harus tidur karena kedua kakinya yang patah dan telah dioperasi itu sudah dalam keadaan osteoporosis.    Erupsi Merapi yang terjadi pada tahun 2004, tanda-tanda yang kelihatan sudah di depan mata.  Ada hujan pasir membuat siang hari menjadi gelap gulita.  Kelihatan lahar melelh dari gunung.  Keluarlah Semburan pekat yang disebut dengan  WEDUS GEMBEL, karena bentuknya seperti bulu dombal ikal yang pekat bergulung-gulung.   Hujan abu akan memenuhi seluruh rumah.   Makin pekat memenuhi rumah dan lingkungan bahkan jalan pun tak bisa dilalui.   Tanda-tanda evakuasi sudah diberikan oleh pemerintah setempat.  Semua orang secepatnya bergerak untuk evakuasi ke luar kota, ada yang berangkat ke Semarang,  Pekalongan, Pemalang, Tegal ,Cirebon, menjauh dari kota-kota Jogya, Muntilan dan Magelang.   Signal Waspada sudah diterima, tetapi terlambat bagi mereka yang punya kendala untuk evakuasi.  Rakyat bergerak sendiri-sendiri untuk mengevakuasi diri dan keluarga. Sosialisasi hanya terbatas dengan signal Waspada saja tanpa diberikanpengarahan lebih lanjut.

Saya yang berada di Jakarta, sangat gentar melihat kondisi ibu saya. Saya mencoba menghubungi beberapa ambulans dan rumah sakit di Semarang untuk mengevakuasi ibu saya.  Namun, saya tak berhasil karena mereka semua menolak mengirimkan ambulans ke Muntilan mengingat bahaya lumpur yang menggenani jalan raya di Muntilan, Magelang.   

Apa yang saya bisa perbuat?  Saya tak bisa berkomunikasi dengan ibu saya karena semua peralatan elektronik mati, tidak ada lampu,  tidak ada air minum, tidak ada air bersih, tidak ada makanan yang dijual karena semua toko, supermarket tutup.   Kondisi kota Muntilan bagaikan kota mati. Saya hanya pasrah total kepada Tuhan, apakah ibu saya bisa bertahan di rumah dengan kondisi yang demikian.   Saya tidak bisa menghubungi siapa pun karena semua saudara juga sudah bergegas untuk evakuasi ke luar kota.  Selama hampir 3 minggu kondisi itu berjalan dengan mencekam.  Barulah minggu ke empat kondisi berubah perlahan menjadi stabil.  Ibu saya dengan keterbatasan fisik dan makanan masih dapat bertahan. Ini adalah pertolongan Tuhan semata.

Saat saya berada di rumah sakit daerah di Muntilan, saya sering berjumpa beberapa pasien yang mengalami keluhan yang psikis yang bermacam-macam seperti dada sakit, nafas tersengal-sengal . Akar permasalahan sakit mereka adalah mereka merasa kehilangan dan kesedihan yang mendalam karena kehilangan mata pencarian/nafkah, harta benda, ternak serta orang yang dicintainya yang meninggal karena erupsi Gunung Merapi.

 

 Mitigasi dari BNPB:

www.inatanaya.com
www.inatanaya.com

Bila  bencana –bencana itu dapat diprediksi sedini mungkin, pasti korban yang jatuh tidak akan sebanyak yang seharusnya.  Sosiaslisasi tentang suatu bencana menjadi kendala di negara kita yang rawan dengan bencana.  Geografis alam yang rawan memang tak bisa dihindarkan sama sekali dari rawan bencana. Tetapi menghindari bencana sebelum terjadi menjadi hal yang utama dan terutama.

Badan Nasional Penanggulangan  Bencana (BNPB)  adalah lembaga yang selalu berkaitan dengan penanganan bencana-bencana.  Urusan bencana menjadi hal yang utama bagi BNPB.   BNPB sudah memetakan  tempat-tempat rawan bencana.

Sebelum bencana, BNPB sudah memberikan membantu memberikan sosialisasi tentang bencana yang terjadi di tempat itu dan bagaimana harus melakukan evakuasi.  Sayangnya, masyarakat lokal yang sering tertimpa bencana itu ketika mereka  dievakuasi dan diminta untuk pindah dari tempat asalnya agar tidak tertimpa bencana  , tidak mengindahkan sama sekali.  Setelah selesai bencana , mereka itu akan kembali lagi ke tempat asal bencana, mendirikan tempat dan rumah dimana persis terjadinya bencana. Seolah mereka merasa kebal terhadap bencana. Padahal secara pengetahuan siklus bencana itu akan datang berulang kali di tempat yang sama dimana bencana pernah terjadi.

Jika masyarakat yang rawan tertimpa bencana sulit untuk dipindahkan, lalu bagaimana sikap pemerintah dalam hal ini BNPB untuk mengatasi solusi agar masyarakat tak tertimpa bencana?  Temuan dari BNPB bahwa masyarakat rawan bencana itu memang sudah meningkat pengetahuannya,  tetapi  belum memiliki sikap dan budaya tentang daerah rawan bencana.

Kesadaran dari masyarakat untuk punya sikap dan budaya bagaimana jika bencana datang tidak juga dilakukan. Itulah kelemahan dari masyarakat  tentang penanganan bencana. Mereka tidak bisa menolong dirinya sendiri, ketergantungan dari BNPB yang biasanya dapat membantu jika bencana memang sudah terjadi.

DR Sutopo Purwo Nugroho , Kapusdatin BNPB, sosialisasi kepada masyarakat rawan bencana menjadi acuan penting .  BNPB  mencari ide yang sangat berbeda dengan lembaga yang lain dan ide itu harus mudah dipahami oleh masyarakat .   Ide yang dientaskan adalah melalui jalur kebudayaan yang disukai masyarakat setempat , yaitu sandiwara radio.

Sandiwara radio yang mengambil tema kisah Roman Sejarah rakyat Jawa Tengah  yang berjudul “ Asmara di Tengah Bencana”.   Roman Sejarah ini merupakan karya dari Bapak S. Tidjab dengan pemeran utama: Nanang   sebagai Kasila,Ajeng, Ivone sebagai Rose, Harry sebagai Laksono, Eddie Sebagai Dhosa, Siska sebagai Jawa, Ajeng sebagai Atmakusumah, Elsa sebagai Surya, Nenny sebagai Haryoko, Guritno dan Rifky.

Mengangkat  tema kisah Asmara di Tengah Bencana ini dasarnya adalah mengangkat kembali cerita kejayaan sejarah Matraman . Tema Cerita yang sangat lekat dengan rakyat tempat  bencana seperti di Gunung Merapi (erupsi Gunung Merapi)  dibumbui dengan cerita kepahlawanan (heroik) dan cerita asmara dam moralitas dan sosialisasi.   Kisah  kolosal kebesaran sejarah  sengaja diangkat karena  rakyat di daerah rawan bencana itu ternyata masih menyukai  program radio sebagai  alat komunikasi.

Isi dari cerita "Asmara di Tengah Bencana”, mengambil setting cerita Tumenggung Jaya Lengkara dan anaknya, Raditya sedang dalam perjalanan pulang dari tugas di Kadipaten Pajang. Terjadi perampokan. Ditugaskannya anak buahnya untuk mengatasinya.  Semua orang yang terlibat dalam perampokan dibunuh kecuali 1 orang yang dibiarkan hidup  “Umnyang”.  Umnyang  tinggal di Ndalame Katumenggunan sebagai abdi Raditya.   Raditya sejak kecil sudah dipertunangkan dengan Puspaningrum , anak Tumenggung  Puspayudha.  Tetapi Raditya menolak untuk menikah karena dia tak menyukai sikap dan sifat  Puspaningrum.   Ketika Raditya mengajak Umnyang berkuda untuk berburu dan terpaksa menginap  di rumah Lurah Jatisari. Raditya bertemu dengan putri lurah bernama Sekar Kinanti. 

Untuk kedua kalinya ketika Raditya bertemu dengan sekar Kinanti, dia sedang mencuci kakinya yang kotor , ingin mencuci dengan air dari sungai. Terasa air sungai begitu panas.    Dilihatnya pohon yang kering dan renggas dan hewan-hewan yang sedang  berlari turun  da melintasi  ke arah yang lebih aman.  Itulah tanda-tandanya erupsi gunung.     Raditya dan Umnyang menawarkan diri untuk jadi relawan menyelamatkan penduduk.  Ditengah letusan Merapi, Raditya melamar Sekar Kinanti.

Sayangnya  jalinan kasih kedua merpati itu tak mendapat restu dari orangtua Radtya. Ki Tumenggung Jaya Lengkara dan istrinya sangat marah.  Dipanggilnya putranya.  Tetapi dia menolak dan akhirnya Raditya tinggal bersama istrinya yang sedang hamil tak mau pulang. 

Saat Ki Tumenggung Jaya Lengkara sedang bertempur melawan Surabaya, beliau gugur.  Barulah Raditya mau pulang dan tinggal bersama istrinya di tempat kediaman ibunya.  Raditya diminta untuk membina prajurit Mataram. Dia sibuk ikut pelatihan dibawah Tumenggung Yudhaprana. 

Suatu hari datang Tumenggung Puspayudha , istri dan putri sulungnya, meminta kepastian kapan Raditya dapat menikahi Puspaningrum.    Ibu Raditya dengan taktiknya berhasil membuat  Sekar Kinanti tak kerasan dengan memperlakukan kasar. Akhirnya, dia ditemani Umyang kembali ke kampungnya.

Di kampung itu sebagai janda kembang, Sekar Kinanti sangat terganggu dengan banyaknya lamaran. Akhirnya  Umyang diminta untuk berpura-pura jadi suaminya.

Saat  Raditya pulang dari pelatihan selama tiga bulan, dia terkejut tak menemukan istri dan anaknya. Ibunya justru membuat cerita yang tak baik tentang Sekar bahwa dia selingkuh dengan Umyang.  

Kemarahan Raditya pun tak terelakan, dia mendengar hal yang sama di kampung  Jatisari bahwa Sekar Kinanti memang sudah menikah. Kemarahan itu menjadikan dirinya ingin melawan Umyang.

Cerita ini akan terus berlanjut dari suatu pertempuran seru antara kerajaan Mataram yang akan melawan Batavia.  Keseruan sebuah kisah heroik, dan tragedi cinta  serta  tragedi bencana yang menyertainya.

Asmara di Tengah Bencana merupakan cerita bersambung ,50 episode. Tiap episode berlangsung selama 30 menit. Disiarkan di 20 stasiun radio.Jadwal  Tayang Sandiwara  Radio BNPB 2015

  • Jawa Timur   GE FM             93,8 MHz    Madiun       19.10 -19.40
  • Senaputra FM                      04,1 MHz    Malang        19.00 -19.30
  • Gema Surya                         94,2 MHz     Ponorogo    19.00 -19.30
  • Soka  FM                             102,1 MHz     Jember        19.00 -19.30
  • Jawa Tengah SPS FM             96,6 MHz   Sala tiga       19.00 -19.30
  • Studi 99 FM                            95,5 MHz   Purbalingga 16.30- 17.00
  • CJDW FM                                107  MHz   Boyolali        19.30 - 20.00
  • Radio H FM                             89,6  FM    Karanganyar19.00- 19.30
  • Merapi Indah                        104,9MHz   Magelang     19.00 - 19.30
  • Yogjakarta      EMC FM             97,8 MHz  Yogjakarta    19.00 -19.30
  • Persatuan FM                          107,2 MHz   Bantul         19.00 -19.30
  • Jabar & Banten   Gamma FM  106,5 MHzMajalengka     16.00- 16.30
  • Fortuna FM                                90,7 FM  Sukabumi         19.00-19.30
  • Aditya FM                                   91,5 MHzSubang            19.00-19.30
  • Thomoson FM                            99,6 MHzBandung          19.00-19.30
  • Elpass FM                                 103,6 MHz Bogor              19.00-19.30
  • HOT  FM                                     88,2 MHz Serang             19.00-19.30
  • GeNJ FM                                     95,7 MHz Rangkasbitung 19.00-19.30
  • Radio KomunitasLintas Merapi FM 107,90 MHz Klaten    19.00-19.30
  • Radio Komunitas Kelud FM              88,4 MHz      Kediri   19.00 – 19.30

                       

Evaluasi Sosialisasi Sandiwara Radio:

Kekuatan sosialisasi radio yang menekankan kepada cerita yang berdasarkan kekuataan suara dari nara sumber , karakater yang dimainkan (imajinasi dari pemain watak) serta  kekuatan radio itu sendiri.  

Keberhasilan sosialisasi ini akan terletak saat evaluasi setelah terjadinya gempa atau bencana .  Dari masyarakat yang terkena dampak bencana itu, apakah mereka sudah siap dan mengetahui gejala awal dan bagaimana  membekali dirinya dalam bencana sebelum dapat dibantu oleh orang lain atau oleh BNPB.

Tentunya sosialisasi  sandiwara radio punya peran sangat penting sekali karena BNPB sendiri sudah mengkaji beberapa metode sosialisasi yang sebelumnya telah dilakukan seperti Wayang kulit, wayang orang yang dihadiri oleh ribuan masyarakat setempat.  Juga cara lain seperti handling media melalui BB, pelatihan para wartawan, ekskursi para wartawan ke tempat bencana, komik .  Bahkan  di lantai 11 tempat BNPB itu ada tempat simulasi yang mengajarkan dan mengedukasi bagaimana menyelamatkan diri saat bencana  datang.

 Bp Achmad Zaini selaku Direktur Utama PT. Vox Pop Media dan praktisi  radio memberikan paparannya  tentang   sandiwara radio dengan genre drama yang pernah berjaya di tahun 1990 itu mengandalkan efek suara, dialog, musik, efek suara untuk  mendukung para pendengar berimanjinasi membayangkan penokohan jalan cerita.

Namun, ada beberapa  hal yang penting  sebagai faktor penentu keberhasilan suatu Sandiwara Radio .

Faktor penentu itu adalah:


Pemilihan cerita yang bukan hanya berasal dari daerah tertentu saja, tapi perlu diperluas dengan pelbagai cerita dari daerah lain.

Packaging , kekuataan suara narator, pengisi suara , musik dan pemilihan sound efek.

 Target Pendengar, yang sifatnya heterogen, sesuai dengan umurnya mereka tentu punya pilihan untuk kesenangan mendengarkan visual bukan hanya dari radio, tapi juga dari TV, video.

Pemilihan Stasiun radio:  Stasiun radio harus menjangkau ke seluruh pelosok. Memiliki basis pendengar, kualitas daya siar dan promosi program

Pemilihan Jam Siar:   Programnya dibatasi durasi waktu dan memiliki jumlah pendengar paling banyak

Siaran Ulang:   Sifat radio adalah hanya sekilas mendengar saja, tidak dapat mendengarkan dalam waktu sama. 

Itulah sebagian faktor penentu sandiwara radio yang perlu dievaluasi kembali untuk lebih mengefektifkan sosialisasi bencana dengan Sandiwara Radio

Acung jempol kepada BNPB yang telah memiliki keberanian untuk memulai cara sosialisasi yang berbeda dengan badan lainnya dan yang bisa menjangkau masyarakat yang rawan gempa.    Sandiwara radio jadi pilihan yang paling tepat untuk saat ini dengan jangkauan ke pelosok-pelosok daerah rawan bencanaJ angkauan dan tujuan misi sosialisasi ini perlu diperjuangkan agar masyarakat bukan hanya menikmati sandiwara saja tetapi juga memahami apa dan manfaat sosialisasi jika bencana datang.

Sikap dan Budaya Jepang Menghadapi Bencana:

Masyarakat Jepang hampir sama dengan masyarakat Indonesia sering tertimpa bencana gempa bumi yang tak pernah habisnya.  Namun, sikap dan budaya  dalam menghadapi siaga  bencana perlu kita camkan dan jadikan sikap dan budaya yang menyatu :

  • Mengembangkan rumah tinggal yang bahan bangunannya  tahan gempa bumi.  Konteks untuk Indonesia, tentunya rumah tinggal  untuk mereka yang rawan banjir  harus menghindari tempat rawan dan tinggal di tempat yang jauh dari banjir, untuk yang rawan gempa harus  bahan bangunan tahan gempa.  Untuk yang  rawan longsor,  jauhi tempat tinggal di bawah bukit  dan dekat bukit.
  • Mengembangkan Sistem peringatan dini bencana alam agar semua pihak dari gugus tugas  siaga untuk bencana segera dapat merespons untuk memberitahukan  dan membantu masyarakat, bagi masyarakat menyiapkan diri untuk segera berlindung di tempat yang sudah dipersiapkan.
  • Pelatihan rutin tentang siaga bencana  sehingga pada saat bencana terjadi, tidak panik dan gagap.
  • Mengembangkan alat-alat  bantu bencana seperti alat pertolongan pertama, pelindung kepala, peringatan dini gempa, waktu dan keparahannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun