2. Tuliskan Tujuan dari Hidup Pernikahan:
Tentunya hal-hal yang berkaitan dengan keuangan perlu ditulis. Setelah berbicara keuangan masing-masing secara mendasar, kita mulai berbicara tentang masa depan dan tujuan jangka panjang kita. Contohnya , menikah dengan berapa anak? Bagaimana biaya kebutuhan 1, 2 anak? Apakah harus berhutang untuk memenuhi kebutuhan yang prioritas atau dapat dipenuhi dengan berbagi? Jika memungkinkan berapa lama kita akan terlepas dari hutang rumah, pendidikan, cicilan rumah, pensiun, kesehatan.
3. Diskusikan Rekening Bank:
Ada yang setuju maupun tidak setuju tentang joint bank account saat menikah. Alasannya merasa tidak nyaman karena lebih enak memiliki rekening sendiri karena dapat menggunakan dengan lebih bebas, tidak diketahui jumlah pemakaiannya dan seterusnya.
Namun, hal yang terbaik dari joint bank account akan memudahkan bagi masing-masing untuk saling memonitor berapa dana yang tersedia, berapa masing-masing telah menggunakannya. Secara psikologis, joint bank account membangun rasa percaya bahwa dana itu adalah milik bersama yang dikelola bersama. Juga untuk mencegah terjadi rasa “inequalities” artinya bagi yang memiliki income lebih sedikit tidak merasa kecil hati dibandingkan yang memilki income lebih besar.
Hal ini juga dapat menghindari salah satu dari pasangan untuk menyembunyikan pembelian besar-besaran atau melarikan diri setelah adanya tahap proses perceraian.
4. Buatlah “Emergency Fund”:
Hidup tidaklah selalu tenang dan nyaman selamanya, baik yang pendapatan tetap maupun tidak. Selalu ada gejolak dan perlu dana besar secara mendadak. Tiba-tiba ada PHK bagi yang bekerja tetap, atau tiba-tiba keluarga yang sakit kronis , kena musibah banjir atau kebakaran rumah tidak diasuransikan. Oleh karena itu, satu “emergency Fund” sebesar 6 kali biaya hidup per bulan perlu disiapkan. Apabila itu datang, kita tak perlu lagi panik mencari dana yang sulit dipenuhi.
5. Buat Budget:
Pada poin 2, kita sudah menentukan tujuan hidup pernikahan. Buatlah secara detail, hitunglah satu persatu kebutuhan dari masing-masing apa yang akan dijadikan tujuan hidup itu. Contoh untuk 1 anak, kebutuhan anak mulai dari makanan, pakaian, mainan, liburan sekolah, pendidikan dasar sampai perguruan tinggi, keperluan sekolah di luar biaya sekolah.Setelah budget dibuat, buatlah review tiap tiga bulan, apakah tiap item sudah memenuhi apa yang dibudgetkan? Jika belum, evaluasi kenapa ada pos-pos pengeluaran yang lupa dibudgetkan. Jika terlalu besar untuk sesuatu pengeluaran yang dibudgetkan, dilihat alasannya, salah dalam menghitung atau salah dalam membeli? Setelah itu dievaluasi kembali agar dapat dipakai sebagai budget baru.
6. Awasi Budget: