Kita sebagai pememimpin dikelas, pastinya akan banyak sekali yang harus dilakukan, diantaranya  mengelola dan memenej kelas dengan kondisi siswa yang berbeda-beda karakternya. Tetapi dengan deliberasi rasa cinta yang telah ada dalam diri kita sebagai seorang guru, tentu kita akan menemukan potensi dan bakat-bakat mereka, sehingga kita akan bisa membimbing dan menuntunnya dengan bijak.
Dalam mendidik dan mengajar, dengan sentuhan pendekatan, metode dan strategi yang dilandasi rasa cinta tadi, juga kesabaran, dipastikan kita akan membawa mereka kepada perilaku-perilaku yang terdidik dan terpelajar serta akan didapati capaian-capaian pembelajaran sesuai harapan kita.
Jauh ratusan tahun yang lalu, pada abad ke-5, Imam Ghazali, seorang ulama sekaligus filsuf muslim yang sangat terkenal, beliau pernah berkata, bahwa Kerja seorang guru tidak ubah seperti kerja seorang petani yang sentiasa membuang duri serta mencabut rumput yang tumbuh di celah-celah tanamannya.
Namun jangan sampai pula kita memaksakan agar mereka bisa seperti kita, merdekakanlah mereka dalam belajar sesuai keinginan, kemampuan, kecerdasan  dan bakatnya. Kita tidak akan bisa menjangkau kehidupan di masa depannya, melainkan kita saat ini hanya membimbing dan menuntunnya sehingga mereka di masa depan bisa  mapan dan mecapai kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Seperti  dalam penggalan puisi Kahlil Gibran:
“Anakmu bukanlah anakmu.Â
Mereka adalah putra putri kerinduan kehidupan terhadap dirinya sendiri.Â
Mereka terlahir lewat dirimu, tetapi tidak berasal dari dirimu.Â
Dan, meskipun mereka bersamamu, mereka bukan milikmu. ...Â
Kau boleh memberi mereka cintamu, tetapi bukan pikiranmu.Â
Sebab, mereka memiliki pikiran sendiri.Â