Mohon tunggu...
Dudy Subagdja
Dudy Subagdja Mohon Tunggu... -

"satu detik,satu menit sangat menentukan"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kematian untuk Mama dan Papa

14 November 2016   11:14 Diperbarui: 14 November 2016   11:30 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Matilah kau bandot tua!”

“Tahun lalu mamaku telah tertidur menikmati pisauku ini, Sekarang giliranmu !”

“Kematianmu adalah takdir dari TUHAN, dan kau sangat pantas menerimanya”.

“Setelah sekian lama kau lebih memilih ibuku dari pada diriku”

“Meskipun aku anak tirimu, namun tidakkah kau mengerti ?”

“Aku mencintaimu !”

“Aku selalu kau sia-siakan, hah ?”

“Seolah kau anggap aku anak kecil dan tak ubahnya kau menganggap diriku boneka ?”

Niken berteriak-teriak bagaikan orang kalap, beberapa kali pisau bergerigi itu dihujamkan dengan sekuat tenaga, sayatan demi sayatan merobek tubuh pria yang sekarat tak berdaya, tangan pria itu bergetar, tubuhnya menggelepar hebat, satu hujaman terakhir tepat mengenai urat lehernya, ia mengerang panjang dan darah menyembur dahsyat, darah segar itu memenuhi sebagian lantai kamar, Niken tersenyum, senyum yang menakutkan dari seorang Psikopat !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun