Mohon tunggu...
Dudy Subagdja
Dudy Subagdja Mohon Tunggu... -

"satu detik,satu menit sangat menentukan"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kematian untuk Mama dan Papa

14 November 2016   11:14 Diperbarui: 14 November 2016   11:30 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

ByDudy Subagdja

Dania baru saja melompat dari tembok setinggi empat meter, hampir seluruh tubuhnya dipenuhi luka sayatan benda tajam. Wajahnya kian pucat, dari leher sebelah kanan darahnya terus mengalir, ia berusaha menekan luka yang menganga dengan tangannya, ia meringis menahan rasa sakit yang amat sangat. Luka tusukan itu memang cukup parah, usaha untuk menyelamatkan diri  sia-sia.

Setengah putus asa ia berhasil melewati tembok yang dililit kawat berduri ia tak lagi memperdulikan tubuhnya yang dipenuhi dengan darah.

Langkahnya kian berat, kini kaki kanannya menjadi beban dan mati rasa, dalam hitungan detik Dania terhuyung mencium tanah basah ”Bruk !” tanpa ampun ia terjerembab, dengan susah payah ia menggulingkan badannya ke kanan, pandangannya memudar, matanya yang indah itu perlahan menutup dengan sendirinya.

Seorang wanita muda, wajahnya terhalang malam yang gelap, tangannya memegang sebuah  gergaji mesin. Ia berjalan perlahan menghampiri Dania yang sekarat. Sorot matanya menyimpan kebencian yang sangat dalam, kemudian ia berjalan menghampiri Dania. Wanita muda yang sekarat itu tak lagi bergerak sedikitpun, tapi nafasnya masih terlihat memburu, meski sangat lemah.

Tangan kokoh itu kemudian menjambak  rambut Dania dengan erat, kemudian menariknya dengan sekuat tenaga lalu menyeretnya dengan tenang.

Semakin jauh tubuh wanita itu diseret ke dalam hutan karet.

********

Beberapa minggu kemudian, malam itu hujan begitu lebat, terdengar gemuruh pepohonan dipermainkan angin. Cahaya halilintar menyambar-nyambar seakan ingin melumat sebuah rumah tua didalam hutan karet di sisi jurang yang sangat terjal.. “beberapa polisi berjaga disebelah timur rumah tua itu, tiga orang diantaranya sibuk mencari alat bukti. Team medis berusaha mengumpulkan ceceran tubuh yang diduga korban mutilasi oleh seorang psikopat.

Ceceran darah yang sudah mengering terlihat dimana-mana, semburatnya sampai juga ke dinding kiri  rumah tua itu, aroma bau tak sedap terasa menyengat hidung.

“Mayat korban sangat mengenaskan”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun