Mohon tunggu...
Dudy Subagdja
Dudy Subagdja Mohon Tunggu... -

"satu detik,satu menit sangat menentukan"

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[KC] 2 Wanita

2 Oktober 2015   09:01 Diperbarui: 2 Oktober 2015   09:26 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wiwi membalikkan badan, ia berlalu sambil melempar rymote itu ke atas sofa disebelahku. Aku memburunya, tapi Wiwi lebih cepat, dan membanting pintu kamar. Aku terpaku menatap daun pintu yang bisu.

Malam semakin larut, untungnya mertuaku saat itu tak ada dirumah, mereka membawa anak-anakku mengunjungi pamannya diperkebunan teh Santosa.

aku mulai jengkel, ini kelewatan, benar-benar bikin aku gondok dan emosiku kian meningkat. Aku hanya butuh penjelasan, butuh kejujuran dari Wiwi, seorang yang yang aku kenal dengan baik. “Ya Tuhan” seandainya aku tak melihat sms itu, mungkin aku tidak segalau saat ini.

Sudah hampir sepekan kami ribut-ribut, selalu ada saja alasan kami bertengkar, terus terang aku terbakar cemburu. Istriku yang super cantik itu kini bikin ulah, bahkan kini mulai berani terang-terangan, berselingkuh, dan itu dianggapnya tindakan yang benar, celakanya kedua orang tuanya ikut memdukung perbuatan gilanya! “ fhuiiiih! Dunia seakan runtuh!.

 

********

 

“Aku bukan ingin mendahului takdir dari Tuhan, tapi segala ikhtiar yang aku tempuh seperti jauh panggang dari api”. Segala pengorbanan, suka duka pahit getir dari waktu kewaktu kami arungi bersama, tak terhitung jumlah kesedihan dan kebahagiaan selama ini.

Nikmat yang Tuhan berikan bagai pasir terbawa ombak, hilang dalam runtutan prahara. “Lalu apa aku harus menyerah dengan beban dosa dipundakku?”.

Pada awal pernikahan kami, meski keadaan ekonomi kami pas-pasan, mertua ku sangat menghargai segala tindak-tandukku, aku sangat bahagia mendapatkan kasih sayang dari mereka, maklumlah sejak semasa kecil aku hidup yatim piatu.

Aku seperti mendapatkan kasih sayang dari mertuaku saat itu, beliau menganggap aku bukan lagi sebagai seorang mantu, tapi lebih dari anaknya sendiri. Imam bagi keluarga, contoh dari ke 4 anaknya yang baru tumbuh dewasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun