“Bukankah kita pernah berjanji?”
“Saat dulu, saat sebelum kita menikah, ingatkan?”
Wajah Dimaz benar-benar murung, mungkin juga ini pengaruh dari Wiwi, mungkin saat ini pendengarannya tidak sepeka dahulu, apapun ocehan Dimaz hanya membuatnya muak, Wiwi hanya diam mematung, tanpa reaksi yang jelas, kalau sudah begitu Dimaz kelabakan, tak ada satupun perkataanya yang nyangkut dihati istrinya.
Wiwi cuek, jemarinya sibuk mengutak atik kypet remote tv, tidak jelas apa yang dilakukannya, mungkin jengkel, sesekali sudut matanya menangkap Dimaz yang terus nyerocos melebihi juru kampanye.
“ Heyy!”
“ Kamu tuli ya?” nadaku kian meninggi, tak ada reaksi sama sekali. Lagi aku dibuat dongkol dengan sikap Wiwi yang terlihat acuh tak acuh.
“ Wi!”
“ Kenapa sih kamu begitu?”
“ Jawab dong?”
“ Ah sudahlah!”
“ Rese!”