Mohon tunggu...
Khoirul Anam
Khoirul Anam Mohon Tunggu... -

Seorang pemuda otodidak yang berupaya menjadikan hidup bernilai lebih.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senja di Gubuk Tua

11 Desember 2011   06:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:32 1229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setelah melalui proses yang cukup panjang, jenazah Mbok Kairah akhirnya sampai di rumah. Hiruk pikuk ribuan pelayat berjubel menyesaki rumah Bejo. Lantunan ayat-ayat suci Alquran dan tahlil mengiringi saat-saat terakhir jelang pemakaman jenazah Mbok Kairah. Beberapa saat kemudian, prosesi pemakaman akan segera dilaksanakan. Namun, Bejo justru kembali pingsan. Kesedihan mendalam karena merasa bersalah tak menemani ibunya pergi ke tanah suci senantiasa menggelayuti hatinya. Meski begitu, prosesi pemakaman tetap dilanjutkan.

Detik-detik terakhir sebelum jenazah Mbok Kairah dimasukkan ke liang lahat, tiba-tiba terdengar suara gaduh dari kamar Bejo. Kepedihan mendalam di hatinya membuat penyakit jantung Bejo kambuh. Suasana berubah jadi keruh. Prosesi pemakaman Mbok Kairah akhirnya dihentikan sementara. Bejo segera dilarikan ke rumah sakit spesialis jantung terdekat. Namun, di tengah perjalanan Bejo meronta. Nafasnya tersenggal-senggal dan semakin menipis. Bejo kemudian mengucapkan beberapa patah kata.

"Ajal kakak sepertinya sudah dekat. Tolong sampaikan permintaan maaf saya kepada seluruh masyarakat Sukoharjo dan para karyawan. Jaga adik-adikmu baik-baik. Jangan biarkan mereka terlena oleh harta. Tuntun mereka ke jalan yang benar," kata Bejo kepada adiknya dengan terbata-bata.

"Sampean bicara apa? Kakak pasti sembuh, jangan bicara yang tidak-tidak," timpal Ani disertai deraian air mata.

"Kalau saya meninggal, tolong makamkan kakak di samping Mbok. Makamkan kami berdua di gubuk tua," kata Bejo yang sudah naza'. Padahal, jenazah Mbok Kairah sudah digalikan liang lahat di pemakaman umum kampung Sukoharjo.

"Insya Allah, Kak," kata Ani tersedu-sedu.

"Ikuti ucapan saya, Kak. Asyhadu alla ilaha ilallah wa asyhadu anna Muhammadarasulullah..." kata Ani menuntun kakaknya membaca syahadat. Berlahan Bejo mengikuti hingga akhirnya menutup mata dan tak bergerak lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun