Mohon tunggu...
Khoirul Anam
Khoirul Anam Mohon Tunggu... -

Seorang pemuda otodidak yang berupaya menjadikan hidup bernilai lebih.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senja di Gubuk Tua

11 Desember 2011   06:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:32 1229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Maaf, Pak. Saya tidak bisa menerima ini..."

"Sudahlah, terima saja. Jangan bingung untuk mengembalikan. Nanti kalau bisnis kamu sudah sukses, baru kamu kembalikan." Meski sedikit malu-malu, Bejo akhirnya menerima. Sesaat kemudian Ia pergi ke pegadaian untuk menebus sertifikat tanah yang digadaikan.

Bejo merasa sedikit lega setelah urusannya dengan pegadaian berhasil diselesaikan. Namun, Ia masih harus bekerja keras untuk membangkitkan kembali bisnisnya yang sedang mengalami resesi. Sebab, hanya itulah satu-satunya harapan keluarga. Untunglah, uang pemberian Pak Eko masih ada sisa dengan jumlah yang cukup untuk menggerakkan bisnis jamunya.

Bejo mengevaluasi kinerja bisnisnya kenapa bisa sampai gagal di pasaran. Hingga Ia dapati memang ada yang kurang pas dalam jamunya. Soal rasa. Meski dikemas sebagus apa pun, jika rasanya tetap pahit seperti itu konsumen pasti kurang suka. Bejo berpikir keras mencari teknis mengubah rasa pahit yang melekat pada jamu pahitan. Iakemudian teringat teknis ibunya ketika meramu jamu sewaktu masih aktif berjualan dulu. Ya, Mbok Kairah ketika meracik jamu pahitan selalu manambahkan kristal ketika proses merebus. Ia juga menambahkan bubuk soda putih ketika jamu pahitan akan dikonsumsi. Kristal berfungsi untuk mendinginkan seperti mentol, sementara bubuk soda akan mengubah rasa pahit yang melekat menjadi manis. Begitu bubuk soda dibubuhkan, maka akan mengeluarkan buih. Dan, seketika itu juga rasa pahit yang melekat pada jamu pahitan berubah manis, persis seperti minuman Coca-Cola dan lebih berkhasiat.

Bejo kembali memproduksi jamu pahitan dengan resep baru. Seluruh agen dikonfirmasi terkait kesediaan mereka untuk memasarkan produk barunya. Ternyata mereka dengan antusias menerima. Setelah jamu pahitan produk baru beredar di pasaran, satu minggu kemudian barang sudah ludes. Para konsumen rupanya banyak yang suka. Kali ini bisnis Bejo benar-benar sukses dan meraup keuntungan yang melimpah.

Lima belas tahun kemudian, Bejo yang dulu anak ingusan itu bukan lagi orang sembarangan. Kini Ia menjadi eksekutif muda terkaya di Indonesia. Beberapa perusahaan jamu telah didirikan. Berbagai investasi telah dirambahnya. Ia juga mendirikan sejumlah yayasan sosial yang diperuntukkan bagi mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan. Orang-orang yang hidupnya harus 'memeras darah' untuk sekadar merasakan nikmatnya sesuap nasi.

***

Malam itu, Bejo sedang bersantai di ruang keluarga bersama ibu dan kedua adiknya. Setelah ngobrol ringan cukup lama, tiba-tiba Mbok Kairah mengutarakan keinginanya menunaikan ibadah haji untuk kali kedua. Sejenak Bejo hanya terdiam membisu. Mengingat usia ibunya yang semakin senja dan sering sakit-sakitan, Bejo memutuskan tidak mengizinkan. Tapi, Mbok Kairah berkali-kali tetap memaksa. Bejo akhirnya tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

Hari yang sangat dinanti-nanti Mbok Kairah akhirnya tiba. Ia pergi sendiri ke tanah suci melalui jalur haji plus. Bejo sejatinya ingin menemani, tapi karena kondisi perusahaan sedang sibuk sepertinya mustahil ditinggalkan. Sesampainya di tanah suci, Mbok Kairah menjalankan semua ritual haji dengan khusyuk dan ikhlas. Semata-mata hanya mengharap ridla Ilahi, bukan untuk gengsi-gengsian atau yang lainnya.

Setelah seluruh rangkaian ritual haji usai, Mbok Kairah bersiap-siap kembali ke tanah air. Ia menumpangi pesawat Saudi Arabia bersama rombongan jamaah haji plus yang lain. Naas, di tengah perjalanan pesawat mengalami gangguan hingga akhirnya jatuh dan meledak. Penumpangnya banyak yang hangus terbakar. Kabar jatuhnya pesawat yang mengangkut jamaah haji Indonesia segera berhembus dan menjadi headline news di hampir seluruh stasiun televisi. Bejo dan kedua adiknya hanya berdiri memaku di depan televisi. Rasa cemas tampak benar di wajah mereka. Sorot matanya seolah tak berkedip menyaksikan kabar memilukan itu.

Dua hari kemudian, berita di televisi menginformasikan bahwa korban yang meninggal akan dikirim ke daerah asalnya masing-masing. Sejumlah korban yang berhasil teridentifikasi disebutkan satu-persatu. Bejo dengan cemas memerhatikannya. Ia terperangah begitu melihat nama Kairah terpampang jelas menjadi salah satu korban yang meninggal. Seketika itu juga Bejo langsung jatuh pingsan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun