Kalau kita menonton acara penganugerahan medali di Olimpiade Tokyo 2020 kemarin, kita pasti tahu bahwa atlet-atlet Rusia diperkenalkan bukan sebagai atlet dari "Russian Federation" tapi "Russian Olympic Committee". Â Dan lagu kebangsaan yang diputar saat atlet-atlet Rusia menang medali emas juga bukan lagu kebangsaan mereka yang judulnya " " (Gosudarstvennyy Gimn Rossiyskoy Federatsii) tapi Tchaikovsky Piano Concerto No.1.
Kenapa begitu ya?
Ternyata jawabannya ada di film ICARUS (2017) yang diproduseri Bryan Fogel.
Jadi ceritanya si Fogel ini di tengah kesibukan sebagai pekerja sinema menggemari aktivitas balap sepeda. Dan sebagai penggemar olahraga ini, dia kenal Lance Armstrong yang dikenal sebagai atlet dengan prestasi yang 'sinting'. Menang di mana-mana kayak Tour de France dan Olimpiade berkali-kali. Dan semua itu tanpa doping. Setidaknya dalam tes-tes yang ia jalani begitulah adanya.
Namun, semua pencapaian itu luruh begitu saja setelah dugaan skandal doping Armstrong ini mencuat.
Lalu apa hubungannya Rusia ama Armstrong? Sabar...begini ceritanya.
Di bulan Juni 2014 Bryan Fogel ini bersiap untuk event lomba sepeda amatir yang mencoba meniru Tour de France yang legendaris tingkat tantangannya. Meski amatir, Fogel udah menekuni olahraga ini selama 28 tahun. Jadi nggak cupu-cupu banget lah. Semi pro bahkan. Ia sudah suka bersepeda dari anak-anak dan saat mahasiswa. Lance Armstrong juga salah satu idolanya.
Fogel mengenal banyak pesepeda yang bertanding melawan dan bersama Armstrong. Sebagai atlet pro, tentu dia harus menjalani uji anti doping sering di berbagai kesempatan.
Saat bertanding maupun nggak, di rumah atau di perjalanan, Armstrong menjalan tes anti doping. Dan anehnya tak sekalipun ia terbukti positif pake doping. Â
Namun, saat seorang teman bersaksi bahwa Armstrong pakai doping, dunia pun terhenyak. Padahal dia tercatat menjalani tes doping 500 kali lebih selama kariernya dan nggak pernah sekalipun terindikasi positif.
Timbullah pertanyaan: Apakah tes doping saat ini sudah bener-bener 100% efektif atau ternyata bisa diakali para atlet dan dokter mereka?
Menurut Don Catlin (pendiri UCLA Olympic Lab), ia udah 50 kali menguji doping si Armstrong ini dan nggak pernah sekalipun Armstrong terindikasi positif pake.
Reputasi Catlin nggak main-main soalnya dia ini sosok yang mengembangkan dan menjalankan UCLA Olympic Lab selama 25 tahun sehingga rekam jejak dan pengalamannya udah nggak diragukan lagi harusnya.
Tapi dengan keluarnya pengakuan doping Armstrong ke publik, Catlin ngomong kalo pada suatu titik di karier mereka atlet pro pasti pernah doping.
Fogel sendiri pernah ikut Tour de France dan cuma sanggup bertahan di posisi 14. Fogel pun memutuskan bekerjasama dengan Catlin untuk menjadikan dirinya sebagai seekor kelinci percobaan.
Fogel bersedia memakai obat doping di bawah pengawasan Catlin dan menunjukkan bagaimana ia bisa lolos dari berbagai tes doping yang diberlakukan di berbagai negara. Mereka mengukur kondisi tubuh  Fogel di World Anti Doping Agency (WADA).
Catlin sendiri paham bahwa uji cobanya bersama Fogel bisa menghancurkan reputasinya sebagai otoritas anti doping. Nah karena itulah Catlin mengundurkan dari dari rencana dan eksperimen Fogel buat film dokumenter Icarus-nya.
Tapi meski Catlin mundur, ia mengenalkan Fogel pada seorang temannya yang menurutnya lebih cocok untuk itu.
PERKENALKAN GRIGORY RODCHENKOV
Namanya Grigory Rodchenkov, yang saat itu menjabat sebagai sebagai direktur Lab Olimpiade di Moskow, Rusia. Catlin dan Rodchenkov memang udah berteman dekat sejak lama. Rodchenkov inilah yang bakal membuat cerita penyelidikan Fogel soal doping ini makin menarik dan berbahaya.
Fogel dan Rodchenkov pun ceritanya ngobrol via Skype dan Rodchenkov sepakat Fogel akan pake program doping yang dibuat Rodchenkov yang bakal bikin Fogel bisa lolos uji anti doping meski sebenernya mengkonsumsi doping.
Dalam program ini, Fogel bakalan disuntik hormon testosteron. Rodchenkov meminta jumlah dosis testosteron itu dan jangka waktu pemakaian dopingnya. Kemudian Fogel harus mengirimkan jadwal dopingnya selama 1 bulan.
Fogel menemui Scott A. Brandt, M.D. (spesialis anti penuaan). Ia akan memakai suntikan testosteron 5x seminggu.
Fogel menerima suntikan HCG dan testosteron. Setelah itu dia ukur level performa sepedanya. Dan biasanya terjadi kenaikan 15-20% usai disuntik, kata Brandt.
Setelah 1 minggu pertama, Fogel menghubungi Rodchenkov lagi dan mengatakan bahwa Fogel harus menyimpan air seninya hari itu juga di lemari pembeku. Di pekan ke-3 program doping, Fogel merasa normal, tidak berbeda dengan performa saat tanpa doping.
Fogel bertanya dalam hati mengapa orang yang menguji atlet yang bertanding di Olimpiade Sochi (maksudnya si Rodchenkov) Â setuju aja diajakin buat ikut dalam eksperimen berbahaya kayak gini. Karena ini bertentangan dengan kode etik profesinya (membuktikan atlet yang curang dengan doping). Rodchenkov menerapkan program Lance Armstrong pada Fogel ternyata.
Karena paha Fogel sudah banyak luka jarum suntik, Rodchenkov menyuruh Fogel menyuntik area bokongnya.
Rodchenkov menyuruh Fogel menonton film dokumenter berjudul "How Russia Makes Its Winners" yang isinya menuduh Rusia mencekoki atlet-atletnya dengan doping supaya jadi juara.
Rupanya Rodchenkov punya kelihaian dalam menyiasati agar doping bisa hilang dari tubuh. Film itu mendorong presiden WADA Craig Reedie meluncurkan penyelidikan melalui pembentukan sebuah komisi mandiri.
Di saat yang sama, Fogel berkonsultasi dengan Ben Stone, Ph.D. (seorang fisiolog olahraga) dan Stone kurang suka dengan rekam jejak Rodchenkov yang kelam ini.
Menginjak  2 bulan doping, Rodchenkov menganjurkan 2 minggu untuk menghilangkan testosteron dari alat tes doping.
Untuk menguji air seni Fogel, Rodchenkov mengambilnya langsung ke Boulder, Colorado tempat Fogel tinggal di AS. Dan ia melarang Fogel untuk mengirim air seninya ke lab lain di AS.
BUDAYA DOPING RUSIA
Rodchenkov sendiri dulunya atlet lari dan mengenal Catlin. Tahun 1989 Rodchenkov bekerja di AS saat lab doping masih ada di kampus UCLA. Setelah keruntuhan Uni Soveit, AS mencoba membuka diri tergadap Rusia. Catlin mengakui pihaknya pernah mengundang orang-orang Soviet untuk menyaksikan bagaimana mereka menguji atlet-atlet dalam Program pengendalian Doping Bersama Soviet-Amerika Serrikat.
Tahun 1989, Rodchenkov masih seorang pelari tangguh. Ia memenangi St Monica Marathon dengan mudah.
Dan ia memang hampir jadi atlet profesional di 1500 m dan 5 km saat berstatus mahasiswa di Moscow University. Sejak kecil Rodchenkov selalu didorong ibunya agar mau berolahraga apapun, dari renang sampai ski pernah dicobanya.
Makin dewasa, makin pahamlah Rodchenkov kalo atlet-atlet banyak yang pake doping.
"Tahun lalu mereka bukan siapa-siapa dan tahun ini mereka berotot lebih gede," kenang Rodchenkov soal budaya doping yang udah lumrah di dunia olahraga Rusia.
Bahkan Rodchenkov sendiri mengaku ibunya yang menyuntikkan doping ke tubuhnya. Jadi ibunya aja paham bahwa doping adalah salah satu cara buat sukses jadi atlet pro.
Rodchenkov muda masuk ke jurusan Kimia di Moscow University karena suka olahraga dan pengen belajar pengendalian doping. Sejak 1985, Rodchenkov bekerja di sejumlah lab top dunia. Dia diangkat sebagai direktur lembaga pengendalian doping Rusia di kemudian hari.
Kembali ke masa kini, Rodchenkov berhasil menyelundupkan air seni Fogel ke Rusia untuk diuji di laboratoriumnya.
Saat itu WADA udah ngirim tim investigasi ke Rusia dan menginterogasi Rodchenkov yang jadi kepala Lab Olimpiade Rusia atas dugaan kecurangan atlet-atlet Rusia dengan berdasar pada isi film dokumenter "How Russia Makes Its Winner" tersebut.
Mereka berjanji bertemu September tahun itu (2014). Anggota Komisi Mandiri WADA yang bertugas menyelidiki Rusia, Prof. Richard M cLaren tidak ke Rusia tapi mengirimkan satu tim khusus.
Menginjak 5 bulan dalam program doping, Rodchenkov terus berkomunikasi lewat Skype dan mengatakan Dick Pound dari WADA kesulitan membuktikan kecurangan lab doping Moskow pimpinan Rodchenkov.
Fogel 3 minggu lagi akan berlaga di Haute Route, sebuah kompetisi amatir balap sepeda. Tercatat tenaganya naik 20% dari tahun lalu.
Empat hari sebelum ikut Haute Route, Fogel terbang ke Nice, Perancis. Meski dikatakan ada kebijakan anti doping dan uji doping, sepengetahuan Fogel tidak diterapkan di Haute Route ini. Jadi cuma lip service gitu dah.
Rodchenkov menguatkan mental Fogel sebelum pertandingan.
Apakah dia bisa jadi juara setelah menerapkan program doping?
Di tahap 1 Haute Route, Fogel berhasil naik ke ranking 11. Ia perlahan masuk ke grup 10 besar. Ini sebuah pencapaian besar. Sayangnya di tahap ke-4 sepedanya ada kendala teknis dan ia turun ke posisi 24.
Fogel merasa lebih kuat secara fisik tapi ternyata gagal mengalahkan para pesaingnya.
Peringkatnya terus turun dan ia kecewa. Fogel diberitahu bahwa cara doping yang dijalaninya itu belum seberapa. Masih ada cara yang lebih canggih. Dan untuk itu, Fogel harus datang sendiri ke lab di Moskow.
Rodchenkov berkata mereka tak bisa setengah-setengah soal doping. Jujur 100% atau nggak sama sekali.
WADA menurut Rodchenkov mirip agama yang mengekang manusia yang menganutnya. Maksudnya, WADA membenci para atlet yang dianggap curang padahal tiap atlet pasti pernah curang kok.
Kemudian WADA mengumumkan bahwa Rusia terbukti doping dengan meyakinkan dengan bukti kuat berupa hasil tes yang dimusnahkan dan ada bukti transfer dana untuk penyembunyian hasil tes yang sebenernya.
Mereka menuntut Rusia dihukum dan direktur lab anti doping Rusia diganti.
Sejak ini keselamatan nyawa Rodchenkov jadi terancam.
Ia dipanggil Menteri Olahraga Rusia dan diperintahkan untuk mengundurkan diri segera. Rodchenkov manggut-manggut aja.
Direktur Pelaksana RUSADA (Russian Anti Doping Agency) tentu menolak tuduhan doping WADA pada negaranya.
Rodchenkov sadar dirinya mulai dikuntit petugas dan gerak-geriknya diawasi sebab apapun yang ia katakan bisa membahayakan Rusia dan WADA sekaligus.
Hal ini bisa berdampak pada keikutsertaan Rusia dalam Olimpiade Rio 2016. Rusia sebagai negara besar nggak bisa melewatkan event sekaliber olimpiade karena ini mempertaruhkan gengsi bangsa mereka. Sebagai bangsa, Rusia emang dikenal punya ego yang menjulang sampai langit ketujuh deh.
Akhir 2015, Rusia resmi dicoret dari semua kompetisi Asosiasi Atletik Dunia.
Pada Fogel, Rodchenkov mengatakan ia ingin keluar dari Rusia secepatnya.
Untungnya ia bisa lolos terbang ke AS. Keluarga Rodchenkov sendiri masih di Rusia. Mereka menghubungi pengacara Edward Snowden yang berpengalaman menangani kasus hukum serumit ini.
Rodchenkov ingin menguak skandal ini dan berkata jujur ke publik dunia tapi semua itu tak memungkinkan karena keselamatannya bisa terancam.
Di saat seperti ini, Rodchenkov teringat dengan novel "1984" karya novelis terkenal Inggris George Orwell. Ia pertama kali membaca novel tadi di tahun 1989 saat berusia 30 tahun. Di Rusia, novel itu dilarang keras untuk dibaca. Ya bisa dipahami wong isinya emang satir untuk pemerintahan otoriter macam Soviet kala itu kok. Dan anehnya meski Soviet runtuh, Rusia masa kini juga sama saja jeroannya. Cuma ganti kulit.
Rodchenkov kemudianbaru memahami makna kalimat Orwell bahwa ketidaktahuan adalah kekuatan dan ada 3 tahap yang harus dilakukan saat seorang pemberontak kayak dia dipaksa masuk ke dalam sebuah sistem diktatorial macam negara Rusia, yakni pembelajaran, pemahaman dan penerimaan.
TAHAP 1: PEMBELAJARAN
Rusia menurut Rodchenkov memiliki sebuah sistem doping yang berskala nasional dan sistematik untuk mencapai prestasi terbaik di Olimpiade. Dari 73 medali yang diraih Rusia di Olimpiade Beijing 2008, 30 atlet kata Rodchenkov melakukan doping.
Di Olimpiade 2012 London, persentase atlet doping sampai 50% dan program doping ini disponsori oleh rezim Putin. Putin sendiri mengangkat Rodchenkov sebagai sebuah tindakan pengampunan atas sebuah kesalahan di masa lalunya.
Kesalahan apa itu?
Semua berawal dari larangan penggunaan obat anabolik. China sebelum 2008 adalah produsen anabolik terbesar dunia. produk mereka diekspor ke AS dan Eropa. Rusia juga ikutan beli buat atlet-atlet mereka. Sebagai kepala lab, Rodchenkov tahu betul fakta ini.
Di Komisi Medis Federasi Atletik Rusia, ada sosok Sergei Pertugalov yang ahli anabolik saat era Soviet.
Portugalov sukses mengantar atlet-atlet Rusia ke Olimpiade. Namun, tahun 2008 pimpinan Komite Olimpiade Dunia Jacques Rogge melarang China memproduksi anabolik lagi karena China kan negara yang ikut Olimpiade. Tentunya nggak etis lah negara yang ikut Olimpiade yang menjunjung tinggi konsep fair play malah memproduksi obat doping yang dilarang buat atlet Olimpiade.
Rusia pun kelabakan karena ini bisa membahayakan performa atlet mereka. Portugalov ingin meneruskan program doping dengan anabolik tapi Rodchenkov nggak setuju dan membuat tes sendiri untuk mendeteksi doping dalam jangka panjang. Jadi kalau tes doping biasa itu cuma bisa deteksi doping dalam 2-3 pekan terakhir sejak tes. Tapi tes yang dibuat Rodchenkov bisa mendeteksi konsumsi doping atlet sejak 6 bulan ke belakang. Karena itulah saat Rodchenkov menguji para atlet Rusia, mereka banyak yang kena vonis positif doping.
Rodchenkov berselisih paham dengan Portugalov soal sumber pasokan anabolik/ doping. Rodchenkov nggak mau jenis anabolik 'kotor' yang disarankan Portugalov dan Rodchenkov pun malah diangkat jadi koordinator program doping Rusia. Nah mungkin si Portugalov jadi dendam atau sakit hati.
Tak dinyana, Rodchenkov tiba-tiba dicokok polisi anti narkoba alias BNN-nya Rusia gitu lah. Â Mungkin aja diaduin si Portugalov.
Mereka menahan Rodchenkov dan karena itu Rodchenkov menderita depresi.
Ia hampir berhasil bunuh diri dengan menusuk dadanya dengan pisau dapur tapi berhasil diselamatkan karena istrinya mendobrak pintu lalu menelepon ambulans.
Karena dianggap depresi, ia dijebloskan ke klinik psikiatri dan menjejalinya dengan obat-obatan yang membuatnya nggak sadar. Lalu ia dipindahkan ke klinik khusus kriminal berat. Dia akhirnya diselamatkan oleh surat Komite Olimpiade Internasional menjelang Olimpiade London 2012.
Rodchenkov diminta hadir ke London mewakili Rusia sebgaai kepala lab yang terakreditasi WADA. Lab Rusia ini emang diakui sebagai salah satu yang terbaik di dunia.
Pengiriman Rodchenkov ke Olimpiade London ini penting karena dari dia, Rusia bisa tahu seluk beluk aturan uji doping yang diberlakukan buat para atlet yang berlaga di Olimpiade.
Tanpa kehadiran Rodchenkov di sana, info berharga ini nggak bakal bisa didapat pemerintah Rusia.
Putin pun memerintahkan penangguhan kasus Rodchenkov dan ia melenggang ke London.
Alih-alih dipenjara, Rodchenkov wajib membawa medali sebanyak mungkin untuk Rusia di kancah Olimpiade Musim Dingin Sochi.
Nikita Kamaev yang sebelumnya menjabat sebagai direktur pelaksana RUSADA atau Badan Anti Doping Rusia tiba-tiba diberitakan meninggal dunia akibat serangan jantung. Padahal menurut Rodchenkov yang berteman dekat dengannya, kamaev nggak pernah tuh ngeluh soal kesehatan jantungnya. Rodchenkov pun syok. Dia ketakutan bakal jadi sasaran selanjutnya.
Bagi Rusia dan WADA, Rodchenkov bisa menghancurkan reputasi mereka dan membuat orang mempertaynyakan masa lalu mereka.
Rodchenkov menduga pembunuhan kamaev bisa dilakukan oleh Deputi Menteri Olahraga Rusia yang dulunya agen KGB (sebagaimana Putin). Namanya Ury Nagornykg.
Mengetahui kehadiran Rodchenkov di wilayahnya, pihak berwajib FBI di AS memerintahkannya hadir di pengadilan.
Rodchenkov pun bertolak ke New York untuk memberi keterangan yang diminta.
Tanggal 5-7 mei 2016 Rodchenkov bertemu dengan wartawan New York Times.
Tiga hari kemudian ia memberi informasi soal doping yang disponsori rezim Putin.
TAHAP II: PEMAHAMAN
Rusia ditunjuk sebagai tuan rumah limpiade Musim Dingin. Lokasi penyelenggaraannya di kota Sochi. Â
Putin bersiap mengerahkan segala daya upayanya untuk menjadi jawara. Doping diteruskan meski Olimpiade sudah akan mulai.
Rodchenkov diserahi tanggung jawab untuk memalsukan hasil tes doping para atlet Rusia di Sochi. Ia mengganti air seni yang terindikasi doping dengan air seni atlet yang masih bersih. Operasi ini disebut "Operation Sochi Resultat".
Operasi ini sangat susah karena Rodchenkov harus menghadapi pengawasan berlapis dari 3 lembaga: IOC, WADA, dan rezim Putin.
Untuk tiap atlet, harus ada air seni yang bersih sebagai ganti dan ini dilakukan di bawah pengawasan KGB/ FSB, badan intelijen Rusia.
Alhasil Rusia di Olimpiade Sochi 2014 berhasil meraup 13 medali emas.
Nah kalo udah menang emang kenapa?
Rupanya Putin menggunakan kemenangan Olimpiade Sochi ini sebagai alat pendongkrak popularitasnya di mata masyarakat Rusia terutama di perpolitikannya. Kita tahulah itu juga berlaku di Indonesia dan di mana-mana. Kalo ada perhelatan olahraga skala internasional yang sukses itu bakal dianggap sebagai prestasi besar bagi sebuah pemerintahan di masa tersebut.
Begitu New York Times menayangkan artikel soal kecurangan Rusia, Rodchenkov gembira tapi juga takut dibunuh Putin.
Tanggal 17 Mei 2016 AS melancarkan penyelidikan atas tuduhan doping Rusia berdasarkan informasi dari Rodchenkov ini.
Di Rusia, tuduhan Rodchenkov diberitakan sebagai kebohongan oleh media negara karena dia dikatakan didiagnosis menderita skizofrenia dan pernah mencoba bunuh diri.
Rezim Putin memerintahkan peretasan email Rodchenkov dan menguak korespondensi dengan Fogel.
Rodchenkov berikan bukti email instruksi penukaran air seni dan akhirnya Rusia dilarang berlaga di cabang olahraga atletik apapun.
Menteri Olahraga Rusia menyalahkan Rodchenkov dan menuduh tindakan penukaran air seni atlet sebagai aksi solo, bukan disuruh Putin.
Krisis memuncak saat 2 pekan sebelum Olimpiade Rio 2016.
WADA ingin semua atlet Rusia dilarang bertanding dengan mendasarkan diri pada temuan-temuan tadi.
Untuk melindungi Rodchenkov dari rezim Putin, ia dimasukkan ke program pengawasan saksi.
IOC memutuskan menolak anjuran WADA danb membolehkan parea atlet Rusia bertanding kecuali di cabor atletik.
TAHAP III: PENERIMAAN
Rodchenkov mengutip kalimat-kalimat George Orwell dalam novel "1984" bahwa selama ini ia merasa terjebak dalam "doublethinking".
Artinya, ia di satu sisi menolak doping tapi ia toh melakoninya sendiri.
Ia terjepit di antara 2 entitas besar: Barat yang diwakili WADA yang anti doping dan rezim Putin yang malah demen doping.
Dengan terlibat dalam semua skandal ini, Rodchenkov harus rela kehilangan aset pribadinya di Rusia dan menjadi buronan rezim Putin jika ia kembali ke negara itu.
Keluarganya di Rusia diinterogasi dan diburu media.
Yury Nagornykh mengundurkan diri dari jabatan Deputi Menteri Olahraga dan Vitaly Mutko yang jadi Menteri Olahraga malah dipromosikan menjadi Deputi Perdana Menteri. Tentu Mutko terus menolak tuduhan keterlibatannya dalam skandal doping nasional ini.
Tanggal 9 Desember 2016 WADA menjelaskan bahwa ada lebih dari 1000 atlet Rusia di berbagai cabor masuk dalam program doping Rodchenkov.
Putin menolak terus tuduhan bahwa negara mendukung tindakan doping atlet tapi kepala badan anti doping Rusia yang baru malah berkata pada New York Times bahwa konspirasi ini sudha terjadi bertahun-tahun. Anehnya, pemerintah Rusia menarik pernyataan tadi beberapa hari kemudian.
Rodchenkov kini masih hidup di sebuah tempat rahasia di bawah pengawasan pihak berwenang AS.
Kini dia bernasib sama dengan Edward Snowden: mereka sama-sama berlindung dari pemerintah negara asal mereka yang malah ingin menghabisi mereka.
Atas tindakan super berani mereka ini, mereka memang menanggung akibatnya tapi nama mereka juga bakal diingat sebagai seorang pelapor pelanggaran (whistleblowers) yang pada akhirnya memilih untuk jujur daripada mati bergelimang rasa bersalah. (*/)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H