“Aduh baju aku basah semua, bisa kena semprot Mama nih,” tukas Eliana
“Dasar Eliana anak mami haha, hujan-hujanan aja nggak boleh.”
“Igra! Kok kamu jadi rese begini sih? Uh,” Eliana mengaduh, membalikan tubuhnya bertolakbelakang dengan Igra.
“Yah, gitu aja ngambek, woo...”
Abel tertawa kecil, melihat tingkah sahabat-sahabatnya dari balik layar handycame, lalu memutar balikan letak handycame nya, hingga layarnya menangkap gambar mereka bertiga.
“Nyanyi, yuk?”
Sementara mereka bernyanyi, burung-burung yang terbang diatas sana mendaratkan dirinya, berjejer diantara rimbunan daun pada ranting pohon yang basah. Ikut bernyanyi.
***
Suasana kantin siang itu sangat jauh dari kata sepi, tiap kios-kios makanan disesaki oleh anak-anak yang kelaparan. Dipojok ruangan, tempat abigel seperti biasa nongkrong dan bercanda ria. Namun kali ini berbeda, salah satu diantara mereka sepertinya sedang dilanda galau yang akut.
“Kamu kenapa Gra? Enggak asik nih diem-dieman terus,” Igra masih tak menjawab.
“Galau ditinggal Farah ya? ” celetuk Abel, Igra masih belum menjawab.