Eliana tercengang, memandangi kedua sejoli itu menjauh. Bahkan saat ini, ia tidak yakin bahwa yang barusan ia temui itu adalah sahabatnya, Igra. Eliana berlalu, ia memilih mempercepat langkahnya untuk menemui Abel.
***
Di ruang tamu...
“Bel, kamu udah sembuh? ”
“Alhamdulilah udah agak mendingan El”
“Oh iya ada apa sih kamu nyuruh aku ke sini? Kenapa cuma aku yang di SMS, ko Igra enggak?”
Abel beranjak dari tempat duduknya, kemudian berdiri memandangi sebuah bingkai foto abigel ketika mereka masih bersama.
“Igra udah punya dunianya sendiri El, yang mungkin lebih indah dari abigel,” ujarnya dengan senyum getir lantas mengelus kaca bingkai dengan jari telunjuknya.
Eliana hanya memandang Abel dengan tatapan sayu, karena ia juga merasakan bahwa kini persahabatan mereka tak sehangat dulu. Sementara itu, pandangan Eliana tertuju pada beberapa tas besar yang berada di samping sofa ruang tamu.
“Kamu mau kemana? Kok banyak tas-tas gini?” selidik Eliana penuh tanya.
Abel menarik nafas dalam-dalam sebelum menjawab pertanyaan Eliana.