Tidak adanya sistem yang memungkinkan mendeteksi buku menjadi alasan utama, ketika diselundupkan pemustaka yang dengan santainya melenggang melewati alat detektor tradisional, yaitu si penjaga pustaka yang duduk manis didepan pintu keluar dan masuk pustaka.
Modus kejahatan ketika itu juga bermetamorfosa. Selain memanfaatkan kelengahan penjaga pustaka, beberapa pelaku melakukan kanibalisme buku dengan menyobek buku, tidak mau direpotkan dengan aktifitas meng-fotocopy buku. Akibatnya buku tidak hanya ter-mutilasi, namun juga tidak lagi berguna karena hilangnya halaman-halaman pentingnya
Intinya kejahatan itu bisa berkembang karena berbagai sisi kelemahan sistem pustaka model lama. seiring waktu, Perpustakaan Unsyiah  memanfaatkan fasilitas Online Public Access Catalog (OPAC) yang menciptakan perpustakaan sebagai gudang informasi.Â
Pemustaka kini dapat menghemat waktu pencarian subyek koleksi cukup dengan mengetik judul, subyek atau pengarangnya lalu computer akan memberikan informasi tempat dan nomor buku sehingga mempercepat akses dan meningkatkan mutu layanan.
Untuk mendorong kemandirian pemustaka dalam menggunakan fasilitas perpustakaan, Perpustakaan USK juga menggunakan tehnologi RFID-Radio Frequency Identification yang dihubungkan dengan Self Loan Station Machine, yaitu mesin pengembalian dan peminjaman buku otomatis layaknya Automatic Teller Machine (ATM) yang dirancang memproses peminjaman dan pengembalian buku secara mandiri oleh pemustaka.
Cara kerja sistem ini, cukup dengan menempelkan chip di dalam buku. Untuk melakukan peminajaman, buku cukup di-scanning pada mesin, dan layar akan menampilkan obyek buku. Kita tinggal memasukkan nomor identitas anggota, klik dan proses peminjaman selesai. Mudah bukan!.Â
Sistem ini memungkinkan mendeteksi tindak kejahatan pemustaka, karena setiap buku telah dilengkapi dengan chip. Pencuri yang gatek-gagap tehnologi dengan mudah tertdeteksi, sementara pencuri canggih harus berpikir dua kali untuk bertindak jahat.
Kini semuanya makin canggih, bahkan yang bosan baca buku versi hard copy, bisa menikmati versi E-book, meski tak semua koleksi versi belum menjangkau semua judul. Atau jika bosan, bisa memilih berselancar dengan gadget atau laptop sendiri. Sama saja, selama yang dinikmati juga buku.'
Meskisebenarnya lebih asyik dengan buku hard copy yang penuh romantisme dan beda,
#1First Floor; Bukan Pustaka Biasa
Beberapa pemustaka, pengunjung tamu, atau mungkin alumni yang lama meninggalkan kampusnya dibuat terpana dengan landskap perpustakaan USK yang megah dengan tiang putih menjulang tak jauh dari gedung Pusat Administrasi USK.Â
Interior pustaka juga dilengkapi sebuah layar televisi besar di ruang tunggu. Di sisi kanan depan dekat pintu masuk berisi ruang dimana program rileks and easy, biasa rutin digelar setiap Rabu oleh komunitas atau pegiat kampus, maupun kerjasama dengan pihak ketiga sebagai sponsor beberapa kegiatan.
Kegiatan mingguan rileks and easy dengan memanfaatkan perpustakaan, setidaknya menjadikan alasan klasik kunjungan pustaka hanya sekedar mencari buku tidak menjadi alasan utama lagi.Â