Keseluruhan proses dalam cara pandang Toyota Way, adalah sebuah keharusan, karena Toyota berprinsip, tak bisa matang buah dalam sehari, walaupun dikarbit, tetap saja ada kelemahanannya.
Dengan filosofi itu, membangun sebuah kapasitas, menjadi kebutuhan utama agar punya daya saing. Tapi bagaiamana, jika keharusan itu tidak menyediakan waktu panjang dalam prosesinya?.Â
Teknologi ada dan telah diciptakan untuk bisa membantu mengubah situasi dan kondisi, seperti kisah Sangkuring Membuat Istana dalam semalam.
Dari sudut Tesla Way, semua itu bukan hambatan karena ketersediaan teknologi yang memudahkan dan bukan memperbudak, justru teknologi harus tunduk pada pembuatnya. Meskipun cara-cara itu seringkali menafikan keberadaan peran manusia.
Tapi sebagai manusia, sekalipun dihadapkan pada dua pilihan menggunakan manusia sebagai cara pandang, maupun teknologi sebagai pendukung, kita ternyata masih tetap beruntung jika dalam membangun personality, Kita bisa berada diantaranya.Â
Memanfaatkan manusia sebagai percepatan pencapaian tujuan dan menggunakan teknologi sebagai perantara percepatan itu.
Ketika era berubah, kita juga tak sepenuhnya bisa memposisikan berada dalam situasi "zona nyaman" terus menerus.Â
Mengadopsi teknologi bisa menjadi kekuatan daya saing, menggunakan akal dan pikiran dan proses menjadi pribadi baik juga mendukung daya saing jadi keduanya mesti dibangun menjadi sebuah "ekuilibrium"- keseimbangan. Jadi adakah "Tesla-Toyota (Testoy) Way untuk melejitkan diri?.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H