Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Sekarang Impor Kedelai, Berikutnya Impor Tempe Made in Amerika

21 Februari 2022   22:33 Diperbarui: 27 Februari 2022   10:08 1341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun konsumsi diperkirakan meningkat mulai 2020 hingga 2029. Dalam Outlook Kedelai 2020, Kementerian Pertanian menyebutkan, peningkatan konsumsi kedelai didorong turunnya daya beli masyarakat. Resesi ekonomi menyebabkan kemampuan masyarakat membeli protein hewani menurun. 

Alhasil tempe dan tahu adalah alternatif untuk memenuhi kebutuhan protein. Selain itu, peningkatan konsumsi kedelai diprediksi karena masyarakat menengah ke atas makin banyak yang menerapkan gaya hidup vegan.

BBC
BBC


Sudah jatuh tertimpa tangga

Apalagi analogi yang tepat menjelaskan nasib "bangsa penghasil tempe", yang justru harus mencari bahan baku melalui impor. Dan itu artinya, jika kebutuhan dunia mulai beralih untuk penggunaan medis atau bahan bakar nabati-biodisel, alamat nasib pengrajin tempe tambah runyam nasibnya.

Dalam waktu dekat ini perajin tempe dan tahu bahkan akan melakukan aksi mogok produksi. Aksi mogok para perajin di Pulau Jawa ini merupakan respons terhadap mahalnya harga kedelai di pasaran. 

Sekaligus ini menjadi bentuk protes mereka kepada kesigapan pemerintah yang dinilai lamban dalam urusan soal logistik bahan baku kuliner tradisi tersebut.Memang ironi terbesar itulah yang sedang disuarakan para pengrajin tahu dan tempe. 

Para pengrajin pastilah tak berurusan dengan besaran angka-angka statistika, yang penting bagi mereka adalah ketersediaan bahan baku di pasaran secara normal.

Padahal data termutakhir produksi kedelai Indonesia kembali turun 3,05% menjadi 594,6 ribu ton pada 2022. Setahun setelahnya, produksi kedelai bakal berkurang 3,09% menjadi 576,3 ribu ton. Sementara, kedelai yang berasal dari Indonesia turun 3,12% menjadi 558,3 ribu ton pada 2024. Dengan kondisi kelangkaan bahan baku kedelai, inilah saatnya mereka "meminta "pertanggungjawaban pemerintah.

Dan anehnya, Indonesia sebenarnya mulai "candu impor kedelai" dengan membuka keran impor kedelai secara deras sejak 1998. Pemerintah tidak berupaya serius untuk mengatasi ketergantungan ini. 

Bahkan dalam beberapa resesi ekonomi yang melanda kita, krisis kacang kedelai juga pernah terjadi sebelumnya. Lebih dari 90% kedelai di Indonesia digunakan sebagai bahan pangan, terutama pangan olahan, yaitu sekitar 88% untuk tahu dan tempe dan 10% untuk pangan olahan lainnya serta sekitar 2% untuk benih !.

Tantangan mendatang akan lebih besar lagi, jika kebutuhan kacang tersebut tidak melulu hanya untuk kebutuhan bahan baku kuliner, tapi berkembang pada pemanfaatan lain seperti bahan bakar nabati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun