Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rumitnya Gaslighting, Ambivalensi Benci Tapi Rindu

13 Februari 2022   01:09 Diperbarui: 15 Februari 2022   10:23 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sakit bisa dimulai dari pikiran, demikian juga obat juga harus berasal dari sana. Bukankah "Men sana in corpore sano", dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Sehingga toksin juga harus diperlakukan seperti terapi jiwa. 

Sudah menjadi hal umum jika hubungan adalah sebuah kerja keras. Katakanlah dalam sebuah hubungan, perkelahian adalah sesuatu yang normal. 

Namun karena banyak yang menganggap perkelahian adalah sesuatu yang normal dalam sebuah hubungan, banyak yang menutup mata tentang adanya hubungan yang toksik. 

Jika kamu berhubungan dengan orang yang kerap menimbulkan konflik dalam hidupmu, mungkin saja kamu sedang berhubungan dengan orang yang toksik. 

Orang-orang toksik dapat menimbulkan stres dan membuat hidup orang lain menjadi tidak nyaman. Belum lagi rasa sakit yang dirasakan secara fisik maupun emosional.

Toksik dalam diri seseorang mungkin tidak dianggap sebagai gangguan mental, namun mungkin ada suatu masalah mental yang mendasari kenapa seseorang bertindak seperti itu. 

Orang toksik mungkin ada di kehidupan kita, namun kita tidak menyadarinya. Atau menyadarinya, namun kita tak pernah bisa bersikap masa bodo dan menjauhinya. Bahkan sebagian orang justru menjalin, atau mempertahankan komitmen yang merusak.

Kecenderungan yang Merusak

Orang-orang yang tidak pernah bertanggung jawab atas perasaannya sendiri, memproyeksikan perasaannya kepada orang lain dan kehidupan orang lain, serta mengganggap emosi yang buruk berasal dari orang lain, adalah sebuah "penyakit" yang justru menjadi pandemi bagi orang lain, yang diidap para toksik.

Kecenderuangan bertindak manipulatif, adalah salah satu bentuk perilaku mereka yang mengidap toksik. Membuat orang lain melakukan hal yang dia inginkan, menggunakan orang lain untuk mencapai tujuan tanpa perlu menanyakan pendapat orang lain, sekalipun berdampak buruk.  

Kecenderungan seperti ini, juga banyak dimiliki oleh orang sukses. Ada pendapat awam yang menyebutkan bahwa, tanpa sifat toksik ini, seseorang "sulit" bisa berhasil. Hanya beberapa yang "menyisakan" sifat baik sebagai komitmen suksesnya.  Bisa jadi ini mitos, namun bisa jadi fakta. Butuh kajian mendalam soal kaitan sukses dan toxic habit ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun