Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rumitnya Gaslighting, Ambivalensi Benci Tapi Rindu

13 Februari 2022   01:09 Diperbarui: 15 Februari 2022   10:23 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana jika kita berada dalam sebuah hubungan, ketika pasangan memaksakan kehendak, menjadi  "episentrum" dalam semua hal?

Apa yang harus kita lakukan, seperti saran orang bijak, tak ada cara sembuh bagi penderita toksik, jadi sebaiknya ditinggal jauh. Lantas bagaimana jika itu pasangan hidup kita?. Sulit menjawabnya. Ada yang bisa?, apakah harus "melepaskan "layangannya?".

Perbincangan tentang kesehatan mental dan masalah relasi toksik (toxic relationship) mulai berkembang beberapa tahun belakangan ini. Namun dalam kenyataannya, masih terjadi kekerasan dalam relasi yang belum disadari oleh banyak pasangan. Jikalaupun mereka menyadari dirinya menjadi korban dalam relasi toksik, tidak semuanya dapat dengan mudah mengambil keputusan untuk keluar dari situ. 

Beberapa rekomendasi bacaan mungkin bisa menjadi pelipur lara, sulitnya keluar dari "penjara" toxic relationship atau toxic habit. Cobalah untuk menelusuri referensi seperti; Toxic Relationsh*t, Diana Mayorita, membicarakan faktor apa saja yang melahirkan relasi toksik, jenis kekerasan dalam relasi dan polanya, tanda-tanda seseorang menjadi pelaku atau korban dalam relasi toksik, fenomena gaslighting, hubungan ambivalen, atau yang disebutnya sebagai love-hate relationship, sampai soal cinta obsesif. Atau referensi lain seperti; Life as Divorcee  oleh Virly, K.A; atau Woe-Man Relationship oleh Audian Laili. 

Beberapa rekomendasi menarik, masih patut diperdebatkan, apalagi bagi para penganut hubungan ambivalen, love-hate-relationship. Biar disakiti, asalkan tetap bisa bersamanya tak mengapa. 

referensi; 1, 2,3,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun