Termasuk bagaimana kita menginstrospeksi diri, atas empat kritik pedas yang dilayangkan oleh STY selama menjadi pelatih timnas. Lakukan solusi empat kritik itu, dan kita lihat hasilya. Jangan-jangan nanti kita sadar, bahkan Naturalisasi, bukan cara instans yang baik untuk membuat timnas sembuh dari "penyakit" mentalitasnya itu. Seperti kata orang bijak, tak ada yang baik dengan segala sesuatu yang instans, bahkan "mie instant" saja harus direbus atau di goreng, biar lebih nikmat.
Saya teringat dengan sebuah film tentang bola, ketika si bintang utama ditanya sang pelatih, apa yang dilakukan jika di depan gawang kita berpeluang memasukkan gol namun teman terdekat justru lebih berpeluang lagi untuk melakukannya. Apakah kita mau membaginya?. Jika berhasil, gol itu tetap gol kita, meskipun menggunakan kaki teman, karena dalam sebuah pertandingan, kita adalah tim, bukan individu. Barangkali mentalitas para pemain timnas, masih enggan berbagi untuk soal yang satu ini, ini masih tentang "gengsi", bukan tentang kemenangan sebuah tim- ini tentang, "One Man Show".
Masih bisa bersiapkah kita untuk Piala Asia 2023, Babak Kualifikasi Piala Dunia 2026, konon lagi Piala Dunia 2026 itu sendiri?. Cukupkah setahun lagi dan lima tahun dari sekarang untuk menjangkau dua laga tanding bergengsi itu?.
Referensi; 1
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H