Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Aku Pamit Dari Busway

16 Januari 2022   00:56 Diperbarui: 25 Januari 2022   10:15 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

tribunews.com

kompas4218557740-61ef69ff06310e31536d9e52.jpg
kompas4218557740-61ef69ff06310e31536d9e52.jpg
kompas

Kirman langsung memasukkan hp-nya ke kantong, sambil melihat ke arah Ambar istrinya yang sejak tadi mengawasi dengan penasaran.  Bos-nya menelepon dari pool busway, tempatnya kerja empat tahun ini. 

Ia sengaja menjauh dari istrinya yang sedari tadi merengek, menagih uang belanja, SPP  anak sulungnya yang duduk di bangku SMP sudah 3 bulan nunggak SPP.  Apalagi  Kirman sempat was-was, takut kalau-kalau ia ditelepon untuk dipecat, atau dipindah ke pool jadi tukang nyuci, gara-gara ikutan demo kemarin.

***

Barusan ia terima tawaran, mengambil alih rute yang biasa di pegang sohib sekerjanya di pool Busway, Simon, meskipun ia tak tega. Cuma tadi ia pikir, kalaupun nanti Simon balik ke belakang stir, toh sahabatnya sendiri yang menggantikan. 

Semua gara-gara Simon menolak kerja 12 jam sehari, karena sang istri sedang hamil tua dan butuh teman karena sejak pindah dari Medan ke Jakarta, mereka cuma tinggal berdua. Ia harus rela pindah di pool jadi tukang cuci mobil. jadi tak ada sangkut paut dengan keahlian Simon nyetir.  Ini soal manajemen yang tidak jelas.

Simon bukan orang baru di belakang stir, semua jenis perusahan taksi sudah dilakoni, semua aman-aman saja. Bari di Busway, perusahaan plat hitam punya pemerintah, ia kena batunya. ia mimpi juga jadi pegawai tetap, biar nggak jadi mainan "orang dalam" busway.

Bukan apa-apa, pegawai tetap dalam sangkaan idealismenya, pastilah punya gaji tetap, kerja pakai aturan jelas, dan pesangon, tunjangan, kartu sehat, dan pasti tak mudah goyah oleh makian para operator yang sok berkuasa.

Tapi kali ini ia memang apes, sial kutuknya, tapi sekali lagi demi istrinya yang tengah hamil tua anak pertama, jelas ia tak mau gegabah menuruti nafsu, melawan operator, bisa-bisa berakhir terlempar di jalanan. 

Mengepit ijazah, cari lowongan. Hari gini mana ada yang mau terima ijazah SMA, kecuali jadi pekerja buruh harian. Beruntung Busway tak butuh ijazah tinggi, bisa jalan belakang, yang penting nurut, "kumaha juragan wae", biar dilirik operator.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun