Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama FEATURED

Menimba Pengalaman Masa Lalu untuk Mitigasi Bencana Gempa di Indonesia

15 Januari 2022   12:42 Diperbarui: 26 Februari 2022   07:11 1249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gempa Banten. Sumber : Kompas

Baca juga : Banjir Sudah Sejak Dulu, Mitigasi Mestinya Belajar dari Masa lalu.   

Melalui studi arkeologi kita dapat menemukan elemen-elemen prinsip yang menyebabkan bencana; merekonstruksi kejadian bencana secara fisik; menemukenali kerusakan fisikal yang terjadi; dan memahami strategi tanggap darurat masyarakat dalam konteks budayanya pada masa silam. 

Yang terpenting adalah, kenyataan bahwa pengetahuan arkeologi dibentuk dalam cakupan waktu yang panjang dan luas, kondisi ini dapat menjadi faktor yang membantu pemahaman atas dampak bencana dalam jangka panjang. Situasi yang dipandang belum diakomodasi dalam kajian modern tentang bencana. 

Kongkretnya begini, pengalaman masa lalu kita sudah mengajarkan dan memberikan pengalaman bencana dari perisitiwa ke peristiwa, dari waktu ke waktu dari masa silam hingga masa kini. 

Arif Bijaksana Menyikapi Kondisi Alam

Kita harus arif dan bijak memperlakukan lingkungan, memanfaatkan alam dan peka terhadap cara adaptasi. Bencana karena faktor alam yang tak dapat dihindari, namun kita bisa mencegah timbulnya banyak korban. Dengan bagaimana, tentu dengan adaptasi terhadap kondisi alam. 

Lebih konkret lagi, gambarannya begini, di daerah jalur cincin api nusantara yang hampir melingkupi seluruh perairan di nusantara, kita harus waspada dan tanggap darurat terhadap fenomena kebencanaan. 

Itu kenapa, reklamasi pantai banyak menimbulkan gelombang protes, karena seperti melawan kondisi alam. Reklamasi pantai kemudian membangun kota-kota baru, pusat-pusat perniagaan, pusat bisnis dan perumahan penduduk, di daerah rawan gempa dan tsunami seperti hendak menyodorkan nyawa. Ini contoh yang paling konkret saja. 

Di sisi lain ada contoh fenomena yang berbeda misalnya, relokasi penduduk atau perkampungan di tempat yang kini dibangun Bandara Yogyakarta Internasional Airport (YIA). 

Awalnya mendapat pertentangan dari masyarakat, karena dianggap mengancam hajat hidup penduduk di lokasi itu. Namun di sisi lain sebenarnya bisa dilihat dalam kacamata mitigasi, yakni melindungi jatuhnya lebih banyak korban jiwa penduduk. 

Meskipun di sisi lain dalam berbagai pandangan publik, Bandara YIA tidak aman dari ancaman gempa dan gelombang tsunami di pantai selatan Jawa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun