Kita juga pasti tidak akan pernah lupa tsunami Aceh tahun 2004 yang menelan korban jiwa hingga ratusan ribu jiwa.Â
Bencana tersebut dipandang sebagai salah satu bencana terburuk di dunia selama beberapa abad terakhir.
Tsunami Aceh adalah bencana paling dahsyat yang akan terus dikenang dunia. Dimulai dari gempa dahsyat di Samudera Hindia, dengan kekuatan 9.1 Richter, kemudian memicu gelombang raksasa yang menghantam pesisir barat Pulau Sumatera. Tinggi gelombang dilaporkan mencapai hingga 30 meter di beberapa titik. Banda Aceh, Meulaboh dan kota-kota di pantai barat nyaris dibenamkan gelombang raksasa (Arif, 2006).Â
Pada tahun 2006, bencana gempa, memporak porandakan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), bahkan kota-kota satelitnya. Korban nyawa, harta benda dan perumahan penduduk yang hancur, juga berimbas pada trauma penduduk yang juga membuat miris. Itu semua adalah pengalaman berharga dalam rentang waktu yang berentetan. Â
Menimba Pengalaman dari Sejarah Masa Silam Kebencanaan
Yang pasti jejak purba kebencanaan nusantara sudah tercatat dalam sejarah dan ingatan umat manusia di bumi nusantara ini.Â
Para ilmuwan termasuk bidang arkeologi juga sejak lama menelisik tentang kebencanaan purba yang terjadi di masala silam nusantara.Â
Di Maluku, menurut catatan arkeolog Maluku, sahabat saya, Marlon Ririmasse, setidaknya dimulai oleh seorang naturalis Eropa yang bermukim di Ambon pada abad 17. Rumpius mencatat gempa dashyat di abad 17 M, yang meluluhlantakkan Ambon hingga rata dengan tanah (Ririmasse, 2014).Â
Selain itu sejarah dan ingatan kolektif masyarakat Maluku juga merekam peristiwa gempa dan tsunami dahsyat di Pulau Seram di pertengahan abad 19. Bahkan kemudian masyarakat mengenal istilah " Bahaya Seram" yang sangat populer disertai berbagai mitos yang melingkupinya.Â
Di Pulau Banda, Gunung Api Banda juga aktif bahkan diperkirakan masih aktif hingga kini. Letusan terakhir pernah terjadi pada tahun 1986, yang menyebabkan relokasi penduduk di Kota Banda Naira, Kepulauan Banda secara besar-besaran.Â
Bahkan di abad 19, tepatnya peristiwa tsunami di tahun 1852 menyebabkan korban jiwa penduduk Banda Naira yang tidak sedikit.Â