Tanah yang suatu saat akan dibagi-bagi lagi untuk anak cucu. Namun saat ini, ibu saya memanfaatkannya untuk berkebun, seluas lahan pomahan yang ibu saya miliki sekarang.
Pomahan atau pekarangan kami, cukup besar. Kalau dibangun rumah nantinya, bisa untuk 3-4 keluarga. Tapi itu nanti. Mungkin.Â
Tapi saat ini, dimanfaatkan bersama untuk berkebun, menanam sayuran, ubi, pisang, buah rambutan, jambu, mangga dan sebagainya. Tidak lupa juga, bunga!
Bahkan ada sedikit kolam lele dan mujair, di areal kebun, memanfaatkan sudut-sudut pomahan atau pekarangan yang tidak ditanami.Â
Di atas kolam lele, ditanami kangkung dalam pipa paralon. Orang menyebutnya hidroponik ya? Ah saya tidak begitu paham, adik saya yang mengurusnya.Â
Sebagai kakak laki-laki, saya hanya berinisiatif dan menyuruh saja, telunjuk saya masih dianggap sakti oleh adik-adik saya.Â
Intinya, kami tetap menjaga tradisi berkebun di pomahan atau pekarangan milik ibu itu tetap hidup.Â
Sebenarnya dalam menjaga tradisi berkebun, ada pembagian peran di antara kami sekeluarga. Ibu saya, sebagai pemilik pekarangan atau pomahan bertindak sebagai inisiator.Â
Dari orangtua, terutama tradisi berkebun di pomahan itu terus hidup. Adik saya yang serumah dengan ibu, dialah sebagai konseptor.Â