Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jejak Kebhinekaan dalam Sejarah Pemukiman Swapraja Etnis Bolaang Mongondow

6 Februari 2021   19:41 Diperbarui: 8 Februari 2021   11:00 2462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peta wilayah Kerajaan Bolaang Mongondow, awal abad 19. Sumber: Asmunandar/Balai Arkeologi Sulawesi Utara

Kelima, Kerajaan Kaidipang, di bawah kekuasaan Raja Antugia Korompot (1897-1910), yang ibukotanya adalah Baroko berada di pesisir Utara, dekat perbatasan dengan bekas Kerajaan Atinggola di Gorontalo.

Kelima kerajaan tersebut memiliki hubungan yang erat antara kerajaan yang satu dengan yang lain. Hubungan yang baik tersebut tidak terlepas dari faktor keturunan, kekerabatan, kesamaan bahasa dan adat, dan faktor perkawinan politik. 

Etnis dan Agama di Bolaang Mongondow

Wilayah Bolaang Mongondow merupakan bagian dari wilayah Karesidenan Manado. Pada tahun 1903, pemerintah Hindia Belanda membentuk daerah Bolaang Mongondow menjadi daerah Afdeeling.

Wilayah Afdeeling tersebut terdiri dari Bolaang Mongondow, Bolaang Uki, Bintauna, Bolaang Itang, dan Kaidipang yang dipimpin oleh seorang Kontrolir. 

Wilayah-wilayah yang disebutkan itu pada masa lampau merupakan sebuah wilayah kerajaan, yang pada masa Belanda, menjadi daerah Swapraja, dan saat kini merupakan daerah-daerah administratif kecamatan di Kabupaten Bolaang Mongondow, Provinsi Sulawesi Utara. 

Tabel. Keadaan penduduk multietnis menurut Kebangsaan di Karesidenan Manado Sekitar Tahun 1940. Sumber: M. van Rhijn. 1941. Memorie van Overgave het Bestuur van den aftreden den Resident van Manado via Asmunandar/Balai Arkeologi Sulawesi Utara
Tabel. Keadaan penduduk multietnis menurut Kebangsaan di Karesidenan Manado Sekitar Tahun 1940. Sumber: M. van Rhijn. 1941. Memorie van Overgave het Bestuur van den aftreden den Resident van Manado via Asmunandar/Balai Arkeologi Sulawesi Utara
Penduduk asli onderafdeling Bolaang-Mongondow adalah orang Mongondow, orang Bolaang-oeki (secara singkat disebut orang Bolaang), orang Bintaoena dan orang Kaidipang. 

Di dalam dan di luar onderafdeling banyak juga yang menyebut diri mereka orang Bolaang-Mongondow. Dari empat sub-kelompok orang Bolaang-Mongondouw, orang Mongondouw merupakan sub kelompok yang terbesar. 

Jumlah mereka di Karesidenan Manado sebanyak 46.269 jiwa, berikutnya orang Kaidipang (8.451 jiwa), orang Bolaang (4.519) dan orang Bintaoena (1926). Namun ada juga 2.559 orang, yang mengakui nama Bolaang-Mongondow.

Dalam catatan Volkstelling 91930), masyarakat Bolaang Mongondow mengalami pertambahan penduduk. Penduduk kemudian menyebar dan menempati kampung-kampung dan membentuk sistem sosial kekerabatan yang disebut Lolaigan. 

Sistem sosial ini masih terbatas pada kekerabatan sempit yang didasarkan pada ikatan marga. Sekitar tahun 1930, jumlah penduduk onderafdeling Bolaang Mongondouw terdiri dari pribumi 70.633 orang, Eropa 124 orang, Cina 859 orang, dan Timur Jauh 373 orang (John Purba, 2019).

Pada tahun 1940, jumlah penduduk Bolaang Mongondow mengalami peningkatan menjadi berjumlah 80.573 orang pribumi, 119 orang Eropa, 835 orang Cina, dan 387 orang timur asing lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun