Manusia disana terdiri dua pasang suami istri, yakni masing-masing Guma Langit dan Tendeduata sebagai istrinya, dan Tumotoy Bokol dengan istrinya Tumotoy Bokat.Â
Gumalangit artinya turun dari langit sedangkan Tendeduata artinya putra dari dewa, sedangkan Tumotoy Bokol artinya yang meniti dari ombak dan Tumotoy Bokat artinya yang keluar dari pecahan ombak.
Mengingat riset ini pendekatan desk study, tentu data lapangan, berupa data arkeologi yang otentik, belum bisa ditemukan. Namun penelusuran pustaka ini, setidaknya menjadi data awal untuk ditindaklanjuti dalam penelitian arkeologi di lapangan nantinya.Â
Pada akhir abad ke-19, terdapat lima kerajaan yang berpemerintahan sendiri (zelfbestuurendelandschappen) di Bolaang Mongondow, yaitu:
Pertama, Kerajaan Bolaang Mongondow, diperintah oleh Raja Riedel Manuel Manoppo (1893-1901). Letak ibukotanya adalah Bolaang yang terletak di pesisir Utara.Â
Riedel Manuel Manoppo digantikan oleh Raja Datu Cornelis Manoppo (1901-1927) dan memindahkan ibukotanya ke Kotabangon di pedalaman. Pada 28 Juni 1928, Laurens Cornelis Manoppo diangkat menjadi raja.
Laurens Cornelis Manoppo (1928-1947) diganti oleh Henny Yusuf Cornelis Manoppo (1947–1950) sebagai raja terakhir.
Kedua, Kerajaan Bolaang Uki, di bawah Raja Willem van Gobel (1872-1901). Pada awalnya ibukota berada di Walugu kemudian Sauk, keduanya terletak di pesisir Utara.Â
Willem van Gobel digantikan oleh Hasan Iskandar van Gobel (1901-1941), yang pada tahun 1906 memindahkan ibukota ke Molibagu di pesisir selatan.
Keempat, Kerajaan Bolaang Itang, di bawah kekuasaan Raja Bondji Ponto (1890-1907) dan digantikan oleh Raja Ram Suit Ponto (1907-1950). Ibukota kerajaan ini adalah Bolaang Itang di pesisir Utara.