Dahlan juga seperti lelaki berkepribadian ganda. Kadangkala menganggap Sisca sudah mati. Tapi ketika Sisca hadir di setiap tengah malam, Dahlan ketakutan dan meringkuk di sudut kamar dan badannya gemetar hebat.Â
Tapi seketika hening, Sisca pergi kembali ke dalam bayangan di cermin. Dahlan berteriak-teriak memanggilnya.Â
Kadangkala, Dahlan berubah menjadi Sisca dalam bayangan cermin, juga pada kenyataan. Namun seringkali pula, Sisca yang berubah menjadi Dahlan dalam bayangan cermin. Antara Sisca dan Dahlan tak bisa dibedakan.Â
Keduanya merupa bersilih ganti. Dan itu semua hanya terjadi di setiap malam. Tapi Dahlan, sepertinya sudah terbiasa. Ia menjalani kehidupannya seperti biasa saja.Â
Namun, tidak begitu bagi orang lain. Dahlan dianggapnya sosok yang pemurung juga penyendiri. Sehari-hari dihabiskan waktunya hanya untuk menulis dan melukis.Â
Namun, Dahlan seperti menjadi sosok yang anti sosial. Ia hampir tak pernah keluar rumah. Kalaupun keluar rumah, hanya untuk keperluan mencari kebutuhannya sehari-hari. Lalu pulang dan mengurung diri dalam rumah dan kamar.Â
Dahlan menjadi sosok yang misterius. Lelaki penyendiri. Dibiarkannya rambutnya gondrong terurai seperti halnya bayangan Sisca yang ada di cermin. Dahlan tampak seperti lelaki yang tak terurus. Ia berubah menjadi sosok yang menakutkan, terutama bagi orang-orang yang melihatnya di malam hari.Â
Jendela kamarnya biasa dibiarkan terbuka tanpa gorden. Dari luar terlihat sosok Dahlan, mondar mandir dalam rumahnya. Kadang terlihat bicara sendiri. Menangis dan tertawa sendiri di malam hari.
Kadang terdengar suara lelaki, kadang juga terdengar suara wanita. Dahlan dianggap lelaki pemuja setan. Tak ada yang berani mendekati rumahnya, apalagi di malam hari.Â
"Kang Dahlan, sampai kapan kau mengurungku terus dalam kamarmu"
"Pecahkan saja cermin lemarimu ini, agar aku bebas terbang kemana saja, dan kau juga tak harus menungguiku setiap malam"