Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Teror Hantu Suanggi di Malam Pengorbanan (Bagian 2)

4 Oktober 2020   13:00 Diperbarui: 4 Oktober 2020   16:27 1453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pak, sebelum pulang, tanya satu lagi. Kenapa sekarang sapi yang dibunuh suanggi? Itu semalam, sapinya Tete Aji mati mengenaskan. Tengah malam, dibunuh, lehernya hampir putus, organ dalamnya tidak ada, kosong dan darah berceceran di kandang?" Tanya Masno. 

Tiba-tiba Bapak kos, berdiri dan tertawa terbahak-bahak, sambil memegangi perut buncitnya yang kebanyakan cacing. 

"Hahaha..Masno....Masno, semalam berapa orang yang datang di kandangnya Tete Aji?. Sambil tertawa terbahak-bahak Bapak kos tanya ke Masno
" Selain Tete Aji, ada sekitar enam orang. Dua ibu-ibu, terus bapak-bapak tiga orang dan seorang anak muda, dengan Bapak kos dan saya, jadi ada sekitar sembilan orang, memangnya kenapa pak?" tanya Masno masih terheran-heran. 

"Hahaha, Masno..Masno, kamu kena prank Suanggi" jawab Bapak kos masih terus sambil tertawa terbahak-bahak. 

"Jadi begini Masno..." sambil terkekeh Bapak kos mulai menerangkan. Hari ini Tete Aji Ulang tahun, dia mau memotong sapi untuk makan siang sebentar untuk seluruh warga yang mau. Tapi karena sapinya itu agak liar, makanya sengaja dia potong tengah malam. Tapi dari siang tadi sudah diikat. Nah, darah berceceran di kandang itu, ya jelas darah sapi yang habis dipotongnya. 

Usus yang terburai, karena memang, waktu habis dipotong, jeroan sapinya langsung dipisahkan. Sudah ada orang yang bawa mengurusnya, dibawa ke belakang rumah Tete Aji, untuk dicuci dan dibersihkan. Lehernya hampir putus, ya terang aja, memang dipotong sama tukang jagal sapi, tapi memotongnya dengan didahului doa. 

"Yang teriak, dimakan suanggi, itu tukang potong sapi suruhannya Tete Aji, yang lain juga begitu, sudah diatur..hahaha..prank suanggi" kata Bapak kos terbahak-bahak sambil meneruskan penjelasannya. 

Terus waktu Bapak kos dan Masno berjalan pulang, terlihat ada tiga orang yang berjalan di gang itu? Ya, memang mereka sedang melaksanakan jadwal ronda. 

"Biasa aja keles, giliranmu besok malam ronda Mas, kamu sudah sebulan tinggal disini, belum pernah ikut ronda" kata Bapak kos masih dengan terkekeh. 

Malam menjelang pagi itu masih terasa dingin. Tapi mentari ufuk timur mulai menyemburatkan sinarnya. Kopi sudah habis tiga gelas. Rokoh dua bungkus juga tandas. Bapak kos, pamit pulang. Ngacir, setelah menghabiskan tiga gelas kopi dan dua bungkus rokok yang dibelikannya. Sialan. Masno, masih tertegun. Suanggi apakah iya, memang masih ada?

Catatan: Cerpen ini hanya fiksi atau rekaan, tidak ada kejadian yang sesungguhnya. Demikian juga plot cerita, setting lokasi dan penamaan tokoh, semuanya hanya fiksi belaka. Diangkat dari cerita hantu urban legend yang masih diceritakan dari mulut ke mulut sampai sekarang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun