Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Teror Hantu Suanggi di Malam Pengorbanan (Bagian 2)

4 Oktober 2020   13:00 Diperbarui: 4 Oktober 2020   16:27 1453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kalau wajah pusat pasi, dan matanya merah, itu karena sering begadang kali ya pak, khan katanya sering beraksinya di saat tengah malam" kata Masno lagi-lagi dengan wajah lugu dan bibir manyunnya. 

Bapak kos, tampak hanya nyengir saja mendengar pertanyaan Masno itu. Bagi bapak kos, seorang Masno memang orangnya lugu dan tidak tahu apa-apa soal suanggi. Maklum dia pendatang dan mungkin saja tidak percaya suanggi. 

Bapak kos melanjutkan ceritanya. Pertanyaan Masno baginya memang wajar. Katanya, memang cerita suanggi ini banyak versinya. Di setiap kampung mungkin berbeda kisahnya. Tapi pada umumnya, mereka sangat percaya bahwa suanggi itu memang benar-benar ada. 

Bapak kos meneruskan ceritanya. Suanggi yang berbentuk bola api, yang menerjang atap rumah dan masuk membakar, orang yang dikehendaki atau orang yang dimusuhi. Tapi lebih mengerikan lagi, suanggi yang berubah wujud, kepala dengan hanya organ dalam yang terburai. Terbang di malam buta mencari korbannya. 

Kata orang-orang tua dulu yang menceritakan ke Bapak kos. Saat suanggi akan beraksi, dia naik ke atas bumbungan atau plafon rumahnya. Supaya tidak ada orang lain yang melihatnya. Di atas bumbungan itu, suanggi beraksi. Ditanggalkannya raganya. Lalu kepala, leher dan organ dalamnya terbang di malam buta, dari pohon ke pohon, terbang melayang-layang mencari korbannya. 

Konon, dia akan merupa binatang atau pohon pisang atau apa saja, supaya tersamar. Ketika melihat orang lain yang bukan korban yang dikehendakinya. Di malam buta itu, suanggi akan memanggil-manggil nama korbannya. Konon, kalau suara terdengar dekat, berarti keberadaan suanggi di tempat jauh. Tapi kalau suaranya jauh, maka keberadaan suanggi itu justru sudah dekat. 

Hanya korbannya saja yang mendengar. Korban atau orang yang dimusuhinya, biasanya karena dendam, atau karena korbannya pernah dan telah menyakitinya. Suanggi hanya akan beraksi pada tengah malam. Katanya di malam bulan purnama, kekuatannya berlipat ganda. 

"Itulah kenapa, suanggi hanya bisa beraksi di malam hari. Kalau siang dia seperti manusia biasa, tidak gampang orang lain tahu dia suanggi atau bukan, kecuali orang itu punya mata batin yang bisa melihat sesuatu yang tidak terlihat" panjang lebar bapak kos menjelaskan ke Masno yang tergagap-gagap. 

Sebagian orang banyak yang tidak mengerti asal-usul suanggi. Cerita Bapak kos soal suanggi itu sudah ada sejak zaman Belanda. Itupun mungkin bagi orang lain, ceritanya berbeda. Tetapi setidaknya, itulah yang dipahami bapak kos soal awal mula adanya suanggi. 

Namun, menurut bapak kos kepada Masno, kepercayaan bahwa suanggi itu turun temurun atau diwariskan ke keluarga-keluarga terdekatnya, pada umumnya dipercaya oleh sebagian besar orang-orang di Ambon, juga Maluku lainnya. 

" Jadi bagaimana caranya mewariskan suanggi itu kepada orang yang dikehendaki itu pak? kok mau-maunya orang-orang menerima warisan ilmu hitam suanggi itu" tanya Masno lagi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun