Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Teror Hantu Suanggi di Malam Pengorbanan (Bagian 2)

4 Oktober 2020   13:00 Diperbarui: 4 Oktober 2020   16:27 1453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendengar pertanyaan Masno, bapak kos menyemburatkan wajah gelisahnya. Tak bisa dipungkirinya, hawa nafsu duniawi yang membuat ada saja orang-orang mau menerima warisan suanggi. Tapi ia menjawab pertanyaan Masno dengan datar. Katanya, suanggi bukan hanya diwariskan kepada sanak keluarga yang mau. Namun, tanpa sadar orang yang tidak tahu menahupun bisa dtulari atau diwarisi suanggi. 

Bagi anggota keluarga yang tahu, kesediaan mewarisi suanggi karena kasihan, melihat anggota keluarganya terlihat kesakitan dan tersiksa menjelang kematiannya. Atau pada saat sakratul maut. Oleh sebab itu, dia bersedia menerima warisan suanggi dari anggota keluarganya yang sakratul maut. 

" Coba bayangkan Mas, kalau misalnya ayahmu sakratul maut, terlihat tersiksa, bahkan ada yang percaya dia tidak bisa mati, tapi tersiksa terus, kalau tidak beralih tangan suangginya itu. Mati susah, hidup tersiksa. Begitu kira-kira. Terpaksa anggota keluarganya harus ada yang mau menerima suangginya" beber bapak kos sambil menghisap rokoknya dalam-dalam. 

Masno hanya mengangguk, tiba-tiba perasaannya bergidik. Membayangkan, tiba-tiba dia mewarisi suanggi karena menjenguk seseorang yang sakit atau sakratul maut, detik-detik menjelang kematian. 

"Kalau anggota keluarganya tidak mau, bagaimana pak? apa berarti harus cari korban orang lain? tanya Masno lagi. Kali ini tanpa sadar dia ikut-ikutan membakar rokok. Dan mengisap rokok untuk pertama kalinya dalam hidupnya. Alhasil, tentu saja batuk-batuk menerjang. 

Mendengar pertanyaan Masno, bapak kos tampak ikut bergidik dan cemas. 

"Masno, masih ada kopimu ka, tambah lagi bole" kata bapak kosnya itu lebih dingin lagi. 

Perintah bapak kos membuat Masno semakin cemas. Semakin gugup dan bergidik. Membayangkan kopi di toplesnya habis dan bapak kosnya marah besar. Berikutnya dengan menghardik menagih uang kos bulan ini yang belum dibayar. 

Dengan harap cemas, Masno masuk ke dapur, berharap kopi masih ada, daripada disuruh bayar kos malam itu juga, dimulai dengan hardikan lagi dari bapak kosnya. Syukurlah kopi masih ada. Masno bernafas lega. 

Menurut bapak kos, orang yang tidak tahu menahu seseorang itu suanggi, mungkin saat dia menjenguk ke rumah salah seorang yang jadi suangg, ia akan menjadi korban menjadi pewaris suanggi, yang awalnya tak disadari. 

Tapi setelah itu, secara perlahan dia akan menyadari kalau dirinya jadi suanggi. Dan pasti merahasiakannya pula. Jadi, suanggi akhirnya semacam persekongkolan rahasia. Siapapun akan merahasiakan kalau dirinya suanggi. Juga pasti merahasiakan, darimana suanggi diperolehnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun