Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Wanita yang Ditemui di Tepi Telaga

27 Juli 2020   21:52 Diperbarui: 28 Juli 2020   13:28 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://lifestyle.okezone.com/

Aku merasa perjalanan dengan mobil online ini, terasa begitu lama. Aku seperti tak sabar ingin segera ke tempat yang sudah kujanjikan untuk bertemua dengan seorang wanita yang baru kukenal, setelah 30 tahun lamanya itu. Seorang teman masa kecil yang tak begitu akrab, atau malah sering bertengkar sepertinya, masa kanak-kanak dulu.

Dan kini tiba-tiba ingin bertemu denganku dan kami sama-sama berumur mendekati paruh baya?. Hemmm...dunia dan waktu begitu aneh, pikirku. Waktu yang lengang tanpa kehadirannya, dan kini setelah sekian lamanya tak pernah kenal dan tak tahu masing-masing kabar, dengan tiba-tiba saja saling berjanji mengadakan pertemuan.

Driver online sepertinya sudah hapal jalan ke tempat kutuju. Tanpa banyak bertanya ia meluncur dan sedikit menaikkan gas mobilnya. Mobil menderu, melawati persawahan dan ladang-ladang kering yang tak tergarap. Cuaca pagi itu mulai terasa hangat.

Ac mobil yang tak berfungsi baik itu, aku suruh saja untuk dimatikan. Kubuka jendela, bau rumput kering merangsek hidung, dan debu berterbangan itu mulai membuntututiku. Mobil semakin menderu, dan menurunkan persnelingnya ke transmisi dua. Rupanya jalan semakin menanjak. Ku bayangkan, wanita itu sudah berdiri di tepi telaga, menantiku sedari tadi.

Benar saja, ketika mobil berhenti, kulihat wanita itu memunggungiku. Menghadap ke arah telaga yang bening airnya, meskipun musim kemarau. Setelah kubayar mobil online itu, segera perlahan aku mendekati wanita itu. Di belakangku mobil menderu meninggalkanku dan wanita itu. Hari masih pagi, dan rindang pepohanan di tepi telaga itu menyejukkan.

Sungguh menakjubkan, diantara puncak-puncak bukit itu, di tengahnya terdapat lembah, dimana telaga itu terhampar. Airnya yang bening, menampakkan rumput-rumput hijau di dasar tepinya. Aku menghampiri wanita itu, wanita yang tiba-tiba hadir di hadapanku. Harum melati merasuki hidungku, harumnya lembut dan ringan. Beberapa detik, aku seperti melayang saat bau harum melati itu merasuki hidung. Bukan harum yang menusuk, tapi harum yang membelai, yang bisa membuatku lunglai.

"Hai, sudah lama disini Siska?" Aku bertanya dengan sangat terbata-bata, kering dan kaku. Seperti perasaanku saat itu yang serba kuatir dan hati-hati. Dan juga kaku, karena baru hari ini ketemu lagi setelah puluhan tahun lamanya tak pernah saling tahu.

'Lumayan, sekitar setengah jam lalu"  jawab Siska dengan dingin dan datar. Iya, wanita itu namanya Siska, dulu, masa kecilnya selalu dipanggil Cika. Tapi aku tak berani memanggilnya dengan panggilan masa kanak-kanak. AKu kuatir Siska tidak suka dan menganggapku sok akrab.

Siska menjawab pertanyaanku dengan sangat dingin dan datar. Seperti air di telaga ini yang begitu dingin, meskipun di siang hari seperti saat ini. Aku mencoba rileks, walaupun dengan gerakan seperti yang kupaksakan. Lalu aku duduk menjuntai di pinggir telaga itu.

Lalu, tanpa aba-aba, aku menggulung kain celanaku sebetis, dan mulai mencelupkan kakiku ke dalam telaga. Segar, sejuk dan lebih rileks rasanya. Tak kusangka, Siskapun mengikuti gerakanku. Ia menggulung celana jins yang ketat setinggi lutut. Terlihatlah betis Ken Dedesnya, yang sejenak membuatku berdesir.

"Naik apa kesini Sis, kok lebih cepat ya, padahal sepertinya aku dari pagi sudah keluar rumah"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun