“Saya ingin dia tahu kalau saya suka sama dia. Tapi saya malu. Lagian kalau dia ternyata tidak suka sama saya, saya kan lebih malu lagi.....” ujarnya
“Tapi sikapnya baiiiiik banget bu. Saya merasa dia juga suka sama saya.... Saya harus gimana bu? Tapiiiii... Pacaran itu kan dilarang ya bu?” Ia bertanya dengan nada harap-harap cemas.
“Iya ibu setuju sama kamu.” Jawabku. “Pacaran memang gak boleh....” Aku diam sesaat. Sengaja perkataanku kubuat menggantung karena ingin melihat respon sesaatnya. Kulihat matanya menyiratkan setuju atas pernyataanku, namun ia butuh solusi atas perasaannya.
“Lalu mengapa harus ada jatuh cinta kalau tidak boleh pacaran, bu?” tanyanya spontan.
“Jatuh cinta itu wajar, Triana. Anugerah dari Sang Pencipta. Bersyukur kamu memiliki rasa itu. Yang bahaya itu kalau kamu jatuh cintanya sama cewek.....”
“Hahaha... ya gak dong bu... emang eike lebong...”
Ah keluar juga aslinya, aku tersenyum berujar dalam hati.
“Karena cinta Sang Pencipta sama kita, kadang kita dites, beneran gak cinta kita sama Dia. Salah satunya dengan adanya perasaan jatuh cinta dengan lawan jenis. Saat itu, kita ingin dekat dengannya, bercanda dengannya bahkan ingin menyentuhnya. Padahal dia belum menjadi pasangan sah kita, belum ada keterikatan apa pun, belum menjadi mahrom kita. Di sinilah Allah hendak melihat, sejauh apa kesabaran kita mengelola perasaan itu.” ulasku
“Tapi.....bolehkah dia tahu perasaan saya?”
“Hmmm....apa yang kamu harapkan setelah itu?”
“Emmmm.... Saya lebih lega bu. Kalau dia tidak suka, gak apa saya sedih sendiri..”