Mohon tunggu...
Wulan Saroso
Wulan Saroso Mohon Tunggu... Lainnya - educator, mompreneur, sosio developer

istri dan ibu, pendidik informal, mompreneur, sosio developer suka membaca, menulis, bikin kue, berbagi ilmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rasa Itu Bukan Hakku (1)

30 Maret 2017   05:39 Diperbarui: 30 Maret 2017   16:00 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sikapnya itu malah membuatku geli dan ingin tertawa. Namun tentu saja kutahan. Ah, anak gadis yang baru merasakan jatuh cinta ini ternyata sangat tersiksa dengan perasaannya, bisikku dalam hati.

“Bisakah kamu ceritakan ke ibu, siapa yang melarangmu jatuh cinta pada seseorang?”

Dia menggeleng pelan.

“Hmmm... Lalu mengapa kamu bilang tidak boleh?”

“Kata kakak mentor agama, kita tidak boleh pacaran, supaya tidak pacaran jadi jangan senang sama lawan jenis... Begitu kan bu?” jawabnya datar

Aku nyaris tak mampu menahan tawa mendengar jawabannya. Segera kuubah posisi dudukku dan aku menggantinya dengan tersenyum ceria.

“Triana sayang, kamu luar biasa menjaga pemahaman agamamu. Ibu salut sama kamu.” Kuacungkan dua jempolku ke arahnya

Dia tersenyum malu.

“Lalu sekarang kamu senang sama seseorang? Sejak kapan kamu merasakannya?”

“Saya tidak tahu kapan bu. Tapi setiap melihat dia, hati saya berdebar. Saya ingin selalu dekat dengan dia. Kami satu ekskul di KIR.” Jawabnya lancar. Sepertinya dia sudah merasa nyaman.

Aku masih diam menunggunya melanjutkan ceritanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun