Sikapnya itu malah membuatku geli dan ingin tertawa. Namun tentu saja kutahan. Ah, anak gadis yang baru merasakan jatuh cinta ini ternyata sangat tersiksa dengan perasaannya, bisikku dalam hati.
“Bisakah kamu ceritakan ke ibu, siapa yang melarangmu jatuh cinta pada seseorang?”
Dia menggeleng pelan.
“Hmmm... Lalu mengapa kamu bilang tidak boleh?”
“Kata kakak mentor agama, kita tidak boleh pacaran, supaya tidak pacaran jadi jangan senang sama lawan jenis... Begitu kan bu?” jawabnya datar
Aku nyaris tak mampu menahan tawa mendengar jawabannya. Segera kuubah posisi dudukku dan aku menggantinya dengan tersenyum ceria.
“Triana sayang, kamu luar biasa menjaga pemahaman agamamu. Ibu salut sama kamu.” Kuacungkan dua jempolku ke arahnya
Dia tersenyum malu.
“Lalu sekarang kamu senang sama seseorang? Sejak kapan kamu merasakannya?”
“Saya tidak tahu kapan bu. Tapi setiap melihat dia, hati saya berdebar. Saya ingin selalu dekat dengan dia. Kami satu ekskul di KIR.” Jawabnya lancar. Sepertinya dia sudah merasa nyaman.
Aku masih diam menunggunya melanjutkan ceritanya.